- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
[REBORN] Aku Memilih Bahagia
TS
fadw.crtv
[REBORN] Aku Memilih Bahagia
Quote:
"Kamu harus pintar-pintar jaga perasaan, ya, Nak. Sering bareng sama Fika bukan enggak mungkin bisa bikin kamu jadi suka sama dia. Kamu harus tahu kapan waktunya memperjuangkan cinta dan kapan waktunya harus mundur."
Mata ibu menatap tajam ke arah mataku, sesekali jari-jari tangannya mengusap pipiku kini.
"Ketika ada peluang manis dan tidak ada satu kondisi yang berpotensi merugikanmu, perjuangkan cintamu, kejar cintamu..., tapi kalau keadaan enggak memihak padamu, jangan memaksakan diri, ya, Sayang. Mama enggak mau kamu kecewa." Ibu memelukku erat.
Awalnya kami bertemu di sebuah audisi paduan suara kampus, aku menjadi peserta dan dia menjadi salah satu panitia. Ketertarikanku padanya berawal dari tingkahnya yang lucu, celetukannya yang membuatku tertawa geli, dan juga parasnya yang cantik. Cinta membuatku akhirnya buta akan kenyataan.
Satu fakta yang aku ketahui saat kami saling dekat adalah dia sudah memiliki pacar. Meski aku tahu bahwa mereka sudah menjalin hubungan sejak lama, tapi tak menghalangi rasaku yang semakin tumbuh padanya.
Aku selalu bertanya, akankah keadaan memihak kepadaku?
Mata ibu menatap tajam ke arah mataku, sesekali jari-jari tangannya mengusap pipiku kini.
"Ketika ada peluang manis dan tidak ada satu kondisi yang berpotensi merugikanmu, perjuangkan cintamu, kejar cintamu..., tapi kalau keadaan enggak memihak padamu, jangan memaksakan diri, ya, Sayang. Mama enggak mau kamu kecewa." Ibu memelukku erat.
***
Awalnya kami bertemu di sebuah audisi paduan suara kampus, aku menjadi peserta dan dia menjadi salah satu panitia. Ketertarikanku padanya berawal dari tingkahnya yang lucu, celetukannya yang membuatku tertawa geli, dan juga parasnya yang cantik. Cinta membuatku akhirnya buta akan kenyataan.
Satu fakta yang aku ketahui saat kami saling dekat adalah dia sudah memiliki pacar. Meski aku tahu bahwa mereka sudah menjalin hubungan sejak lama, tapi tak menghalangi rasaku yang semakin tumbuh padanya.
Aku selalu bertanya, akankah keadaan memihak kepadaku?
Spoiler for Cover:
Quote:
Prolog
Cinta tak harus memiliki adalah salah satu omong kosong terbesar yang pernah ada di dunia ini. Aku menganggap kalimat itu hanyalah sebuah kata menyerah bagi mereka yang tak sanggup memperjuangkan cinta. Sudah tak bisa saling memiliki, mereka akhirnya menghibur diri dengan omong kosong tersebut.
Namun, aku juga mengakui, banyak sekali orang yang menobatkan dirinya dengan kalimat itu karena mereka memang berhati tulus dan kuat karena mampu untuk melakukan hal yang tak banyak orang bisa lakukan: memberikan segenap rasa tanpa pernah mengharap balasan asa.
Meredam rasa itu sakit!
Entah kenapa, dari sekian ratus juta bahkan milyar orang, aku menjadi salah satu yang mesti merasakan omong kosong ini. Aku terjebak dalam dilema dan situasi yang membuat otakku harus berpikir akan keputusan yang mesti aku ambil, memaksa untukku memilih antara bertahan atau pergi.
Dia. Wanita itu yang masuk ke dalam hidupku dan berusaha untuk menggenapkan satu perdua hatinya di hatiku, tetapi masih meninggalkan sisanya di hati yang lain. Aku bisa memeluk raganya, tapi tak bisa membuatku nyaman. Aku bisa menikmati rasa hangatnya, tapi tak bisa menghilangkan dinginnya. Terkadang pergi adalah yang kuinginkan, tetapi hati selalu menjadi alasan otak untuk menyampingkan logika.
a.w.a.w.a.w dan 73 lainnya memberi reputasi
72
42.3K
Kutip
188
Balasan
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
fadw.crtv
#168
Sebelas (Bagian dua)
Quote:
Spoiler for :
Kemacetan kota ini membuat mobil yang kukendarai terhambat. Walau memang masih bisa merayap, tapi berdua dengan gadis lain dalam satu mobil membuat perasaan berbeda. Waktu berjalan begitu lama, warna jingga di langit pun berangsur pekat.
Aku heran sedari tadi Angel menatap ke arah spion, apakah dia tengah memalingkan pandangannya dariku? Begitu kulajukan mobilku kembali, dia membuka pembicaraan.
“Sa, kamu dari tadi ngerasa, enggak?” tanyanya yang kini melempar pandang ke arahku.
“Ngerasa apa?”
“Perasaanku dari tadi ... Aku kaya ngerasa kalau kita sekarang ini....”
Decitan ban yang menggesek aspal begitu nyaring saat kuinjak rem dalam-dalam. Tubuhku dan Angel ikut terguncang ke depan dan kepalaku hampir mengenai roda kemudi.
“Kamu ini kenapa, Aksa?!” teriak Angel setengah marah karena aku mengerem mendadak.
“Eh, maaf, Angel. Tadi ada kucing lewat ... Memang kamu enggak lihat?”
“Mana mungkin ada kucing lewat di jalan selebar ini, Aksa!”
“Iya, maaf. Kucing setan kayanya.” Aku tertawa dalam hati atas dua kelegaan.
Angel tampak lupa dengan apa yang ingin dia ucapkan, tetapi aku merasa tidak enak karena dia seperti marah. Tangannya bersilang di dada, wajahnya cemberut menatap spion kembali, dan suasana kabin ini menjadi begitu aneh.
“Angel, kamu marah?” ucapku ragu.
Dia tidak menjawab. Aku tanya untuk kedua kali. Dia lagi-lagi tak menjawab. Lalu aku coba meraih lengannya. Angel tampak kaget saat kulitku menyentuh kulitnya.
“Aku minta maaf, ya, bikin kamu kaget.”
“I-iya, enggak apa-apa.” Wajahnya merona merah.
Akhirnya, aku kembali menanyakan apa yang hendak dia katakan tadi. “Tadi kamu mau bilang apa?”
Angel mendengus. “Kamu enggak sadar kalau kita ini diikutin sama motor yang di belakang?”
“Motor?” Mataku lekas melihat spion. Tak perlu berpikir lama, aku langsung tahu kalau motor itu mungkin orang suruhan Erik. “Ah, paling cuma karena macet aja, jadi dia di belakang terus.”
“Aneh aja, harusnya motor bisa selap-selip.”
“Lagi santai aja kali orangnya,” kataku coba tidak mengatakan hal yang sebenarnya.
Angel semakin bertanya dan tampaknya sedikit khawatir karena motor itu terus membuntuti. Aku ingin sekali turun dan melabraknya, tapi nanti Angel malah tahu masalah yang sedang aku alami.
Hal yang tak kusangka adalah motor itu terus membuntuti sampai aku tiba di rumah Angel. Motor itu berhenti sejenak beberapa meter di belakang sambil tetap memantau. Aku yang kurang memperhatikan Angel, terkaget karena Angel begitu saja ingin turun dari mobil.
“Angel, jangan dulu turun....”
“Memangnya kenapa, Sa? Masih kangen?” guraunya sambil tertawa.
“Temenin aku dulu istirahat, pegal nih kakiku.”
Akhirnya Angel kembali duduk. Aku yang tak tahu ingin berbicara apa, akhirnya malah membuka obrolan yang melantur.
“Rumah kamu gede, ya, Angel? Enggak capek nyapunya?” kataku yang membuatnya tertawa.
“Apaan sih, Sa? Kamu ngeledek aku, ya, yang jarang beres-beres?” katanya sambil menepuk pelan ke pundakku.
Akhirnya aku dan Angel pun mengobrol dengan cair. Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit, motor yang dibelakangku masih tetap saja tak beranjak. Hingga akhirnya, setengah jam berlalu, kaca pintu mobilku diketuk seseorang.
“Maaf, Mas, mobilnya bisa dimajuin sedikit?” kata lelaki yang aku taksir sudah berkepala empat.
“Oh, iya, sebentar, ya....”
“Lah, Mbak Angel, saya kira belum pulang.”
Aku menatap Angel, Angel menatapku, bapak-bapak itu menatap kami berdua. Tak lama, dia malah tersenyum yang seolah bermaksud menggoda. Angel lalu panik dan dengan terburu-buru pamit dan bergegas masuk ke rumah.
“Bapak siapa, ya?” tanyaku kepada bapak-bapak yang masih mematung di samping mobil.
“Saya? Saya supirnya keluarga Mbak Angel.”
“Oh, kenapa bapak selalu enggak bisa jemput Angel, ya? Bapak punya masalah sama dia?” tanyaku menyelidik dan tak mau berlebihan menuduh seperti kata-kata Angel dulu.
“Masalah? Enggak ada, kok, Mas.”
“Terus kenapa enggak jemput dia?”
“Jujur saja, ya, Mas, tapi Masnya jangan ke-GR-an dulu,” ucapnya sedikit berbisik.
“Memangnya apa?” Aku menjadi penasaran.
“Biasanya Mbak Angel ini suka dianterin pulang sama laki-laki yang dia suka. Dulu waktu SMA dia juga sering dianter pulang sama pacarnya...,” katanya terputus sambil melirik ke belakang. “Mas ini pacarnya Mbak Angel?”
Aku tersentak sambil menampik tuduhan darinya. “Bukan, Pak, Bukan. Saya teman satu kampus aja.”
Dia mengangguk seperti mengiyakan, tapi juga meragukannya. “Ya, sudah, saya tinggal dulu, ya, Mas. Mau jemput orang tuanya Angel dulu.”
Bapak itu lalu menuju kembali ke halaman rumah, aku juga sempat melihat Angel berdiri di samping pagar dan melambai ke arahku. Sepertinya esok akan ada seorang detektif yang akan mengorek tentang perbincangan hari ini.
Terlalu serius mengobrol dengan supirnya Angel, membuat aku tak ingat dengan dia yang mengikutiku. Motor itu sudah tidak ada dan entah sejak kapan motor itu lenyap. Namun, aku tak ambil pusing dan segera pulang karena hari semakin gelap.
***
Diubah oleh fadw.crtv 09-01-2020 09:40
pavidean dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas