dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
AKHIR PENANTIANKU (JILID IV) [18+] [TRUE STORY]
SELAMAT DATANG AGAN SISTA


Halo! emoticon-Hai

Gue ucapkan terima kasih yang teramat sangat terhadap dukungan dan apresiasi agan sista untuk tulisan gue di JILID IIIsebelumnya. Setelah merenung dan mencoba membuka kembali memori lama gue, akhirnya gue mendapatkan khilal gue. Sekarang gue udah siap untuk menulis kelanjutannya, yaitu JILID IV!

Kali ini gue masih menceritakan tentang kisah cinta gue, yang pada cerita sebelumnya masih berkutat di Kampus. Gue yang di kisah kali ini sedang mendekati akhir perjuangan di Kampus pun akan menjalani tahap baru, dimana gue akan bertemu dengan dunia kerja dan dunia nyata. Bakalan banyak konflik di diri gue ini, ketika gue yang tengah mencari jati diri ini dihadapkan dengan kenyataan bahwa hidup itu benar-benar penuh lika liku. Saat kita salah memilih jalan, ga ada putar balik, kita harus terus menjalani dan menghadapinya seraya mencari solusi terbaik atas pilihan kita itu. Dan kesabaran menjadi kunci utama segalanya, buat gue.

Masih dengan gaya menulis gue yang penuh strong language, absurd-nya hidup gue, kebodohan gue dalam memilih keputusan, pengalaman hidup lain, dan beberapa kali akan nyempil ++-nya, jadi gue masih ga akan melepas rating 18+ di cerita gue kali ini. Mungkin akan ada beberapa penyesuaian penggunaan bahasa atau panggilan yang gue lakuin di sini, demi kenyamanan bersama. Semoga ga merusak ciri khas gue dalam menulis! Amiiin.

Dan gue berharap semoga agan sista tetap suka dan betah mantengin thread ane ini sampe selesai! emoticon-Peluk

Oh iya, kalau misalnya agan sista belum baca cerita di JILID III atau mau refresh kembali cerita saat itu, monggo mampir ke LINK INI.




Spoiler for INDEX:


Spoiler for MULUSTRASI:


HT @ STORY



Alhamdulillah berkat supportdari agan sista, thread ane ini jadi HT! emoticon-Malu
Terima kasih banyak ane ucapin buat agan sista yang udah setia nunggu update-an cerita-cerita ane.
Semoga tulisan ane bisa terus lebih baik dan bisa menyajikan cerita lebih seru buat dibaca agan sista!

emoticon-Peluk emoticon-2 Jempol emoticon-Kiss


Spoiler for PERATURAN:


Quote:
Diubah oleh dissymmon08 30-12-2019 00:57
meydiariandi
pulaukapok
bukhorigan
bukhorigan dan 48 lainnya memberi reputasi
49
131.8K
1.6K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
dissymmon08Avatar border
TS
dissymmon08
#455
KISAH TENTANG F: MEREKA LEBIH MENGENAL DIA (PART 04)


“Akhirnya sampe juga kitaaa! Yay~ Jalan-jalan!” Bang Firzy ngerangkul gue setelah dia bayar tiket masuk ke Taman Bunga Nusantara ini. Dia keluarin kamera digitaldia dan foto-fotoin sekitar.

Kami berdua melanjutkan perjalanan kami menikmati keindahan Taman Bunga Nusantara yang penuh dengan segala jenis tanaman hias mulai dari bunga hingga pepohonan unik. Bener-bener refreshing banget dateng kesini setelah sibuk mengurus kehidupan dan drama percintaan kami selama ini. Setelah sekian purnama, edaaan hahaha, akhirnya kami pertama kami piknik ke Taman Bunga Nusantara ini! Hehehe.

Di dalam Taman Bunga Nusantara ini terdapat beberapa taman lain yang tersebar di seluruh wilayahnya. Ada Taman Air, Taman Mawar, Taman Perancis, Taman Labirin, Taman Bali, Taman Palem, Taman Jepang, Rumah Kaca, dan Menara Pandang. Tempat favorit Bang Firzy ya di Taman Labirin ini. Kenapa? Soalnya dia seneng bisa sok detektif-detektifan gitu nyari jalan plus nyari gue yang ga setinggi tanaman di Taman Labirin ini. Ngehe emang!

Sepanjang jalan, kami membahas banyak hal (lainnya) di luar pembicaraan kami selama di chat, sms, atau telepon selama ini. Gue ngerasa semakin mengenal sosok Bang Firzy ini. Gue jadi lebih paham, kenapa dia jadi terbentuk jadi sosok ‘Ija’ yang dikenal di Kampus kami. Sosok ‘Ija’ yang terkenal galak, bacot, dan ‘anaknya metal banget’ begitu.

Mungkin emang butuh waktu untuk bisa menerima dan mengenal Bang Firzy ini dengan segala keunikan dia. Ga sedikit yang kurang suka sama sifat dan sikap dia. Tapi entah kenapa, semakin mengenal dia, gue ngerasa ada banyak hal yang bisa bikin gue menyayangi dia dengan cara yang lain daripada cewek-cewek lainnya menyukai dia.

Bang Firzy kalah ganteng lah bangs*t sama Radit dan Kak Natha. Wkwkwk. Bang Firzy pun kalah super cerdas untuk akademiknya kalo mau dibandingin sama Fani. Tapi masih banyak hal lainnya yang gue pahami dari dia yang mungkin udah disadari sama cewek-cewek lainnya. Bang Firzy ini seperti Google berjalan untuk urusan pengetahuan umum dan sejarah. Dia sangat menyukai sejarah. Ya walopun kadang ga se-wow itu banget sih. Tapi dia akan selalu berusaha menyediakan jawaban untuk kalian yang bertanya padanya. Entah dia pake logika dia untuk bantu jawab atau ya dia coba Googling dulu sebelum jawab. Gue udah ngetes dia kok untuk urusan ini soalnya. Hahaha. Mungkin dia kepengen pamer di depan cewek-cewek biar bisa bilang ‘Gue bikin lu demen sama gue gegara gue cerdas, Bangs*t!’ atau ya dia emang murni pengen bantu. Entahlah.

Yang pasti, hasil dari survey gue, hal begini nih yang ditawarkan sama Bang Firzy bisa bikin cewek-cewek makin klepek-klepek sambil bilang ‘Duuh, udah ganteng, suaranya bagus, udah kerja, jabatannya tinggi, gajinya gede, pinter pulak. Plis nikahin gue!’ Halah, konti Anda Firzy! Hahaha.

Selain membahas tentang hal itu, dia pun akhirnya menceritakan sedikit tentang keluarga kecil dia dan bagaimana keluarga besar dia. Gue cukup minder bagaimana background keluarga dia tersebut. Gue berasa jadi Sanchai yang berusaha pacarin Dao Ming Shi di Meteor Garden, Bangs*t! Keluarga gue ga setajir itu sih… Keluarga gue sederhana. Hanya saja keluarga kami adalah keluarga yang besar jadi akhirnya rumah kakek gue pun ikutan besar karena kakek nenek gue dari sisi bokap punya anak 9 orang. Otomatis rumah kakek nenek gue di Kampung pun harus muat menampung 9 orang anak yang saat ini udah harus nampung cucu juga. Cuma itu, gue bukan dari keturunan keluarga orang berada kayak keluarga Bang Firzy. Gue mengkhawatirkan restu hubungan ini dari keluarga dia. Seriusan.

Dan pastinya, kami membahas tentang hobi kami juga. Selain musik, fotografi, travelling, kuliner, dan jejepangan, ternyata kami pun punya hobi membaca, datengin tempat-tempat bersejarah, punya concern di bidang teknologi, bisnis, dan lingkungan, serta banyak hal lainnya yang kepanjangan kayaknya kalo mesti gue sebutin satu per satu. Itu yang bikin bahasan kami setiap saat dan setiap harinya ga pernah keabisan obrolan. Apalagi belum ditambah obrolan tentang ngomongin orang, urusan selangkangan, dan kesomplakan kami berdua. Ga nyangka, bisa nemuin orang yang klop banget sama kita itu sebahagia ini lho…

Walopun selain kesamaan kami, masih banyak perbedaan di antara kami berdua kayak gue ga begitu paham tentang sepak bola, superheroes, game, politik, dan alat musik. Gue lebih paham olahraga lain kayak atletik dan futsal wanita. Gue lebih paham film animasi Disney dibandingkan superheroes keluaran Marvel dan DC. Gue lebih nyambung diskusi pengetahuan umum seperti global warming dibandingkan diskusi urusan politik negara ini. Dan gue hanya penikmat musik yang kebetulan bisa dasar-dasar bermain alat musik keyboard dan bass, bukan cewek yang ahli memainkan alat musik. Tapi gue yakin, perbedaan kami ini bisa kami atasi dan bisa bikin kami saling melengkapi serta memperkaya bahasan di hubungan kami. Jadi pasangan yang terlalu sama persis itu nantinya bakal ngebosenin banget soalnya. Yang penting adalah kami saling menghargai dan mau saling mengenal perbedaan satu sama lainnya.

Oke. Di sini, gue akui kalo gue sayang Bang Firzy. Gue akan membalas setara bagaimana rasa sayang Bang Firzy ke gue.

Kami istirahat sebentar di Taman Bali. Di sini ada gubug-gubug untuk beristirahat. Gue mengeluarkan beberapa perbekalan kami. Kami menikmati tanaman yang ada disekeliling kami.

“Aku seneng kita bisa jalan-jalan begini juga akhirnya… Kita butuh banyak waktu berduaan begini tanpa gangguan dari orang lain…” kata Bang Firzy sambil makan masakan tamagoyaki (fried egg snack) yang gue bikin.

Spoiler for CARA MEMBUAT TAMAGOYAKI:


“Iya, aku juga seneng… Bener-bener refreshingbanget yak.”

“Kita harus sering-sering jalan-jalan begini. Dulu sama Papa aku sering banget jalan-jalan begini. Sejak Papa ga ada, jadi makin males jalan-jalan begini. Ade aku mageran orangnya. Pacar aku kalo diajak jalan-jalan kerjaannya tidur doangan dan ga asik kalo diajak ngebolang begini. Entah dia mau apa ga diajak jalan-jalan naik motor jauh kayak kita begini…”

“Aku pengen kita naik motor kayak begini karena mempersingkat waktu dan mempermudah kita kalo mau mampir sana sini, ga perlu nyari parkiran. Ya emang sih lebih nyaman naik mobil. Tapi travelling naik motor begini punya pengalaman beda tersendiri kan?”

“Iya banget, hemat biaya juga. Ga enaknya ya panas sama barang yang dibawa jadi terbatas.”

“Emang lu mau bawa apaan lagi, Su?”

“Mau bawa mas kimpoi dan seperangkat alat sholat dibayar TUNAI.”

“A*u.”

“Hahaha.” Bang Firzy mendadak celingak celinguk ngeliat sekeliling. “Mi, mumpung sepi terus pada mesum di gubug-gubug sebelah, kita mesum juga yuk?”

“BANGS*T!” Gue ngakak sama omongan dia ini. “Heh bangs*t! Apaan lu kata? Gubug-gubug tetangga pada mesum gimane? Nyahahahasuuu!”

“Noh liat!” Bang Firzy nyuruh gue nengok ke gubug yang letaknya ga jauh dari kami. “Ngapain itu ceweknya tiduran di paha cowoknya tapi badannya ngadep ke lantai kalo bukan lagi ‘ngerokok’ lakiknye? Terus itu yang dibangku sebelah sonoh ngapain tangan cowoknya ada di antara selangkangan ceweknya kalo bukan lagi ‘kobelista’?”

“Terus?”

“Ya kita mesum juga dong jangan mau kalah!”

“Ga mau! Malu-maluin amat!”

“Yaudah, sun aja sun.”

“San sun san sun.”

“Halah banyak cincong!” Bang Firzy narik dagu gue, memiringkan kepalanya, dan menempelkan bibir dia ke bibir gue. Dia mencium hangat bibir gue perlahan dengan penuh perasaan. Dia menutup kedua matanya, menandakan dia menikmati ciuman kami ini. Gue pun membalas ciuman dari Bang Firzy ini ketika tangan kiri Bang Firzy mulai turun ke pinggang gue dan merapatkan kedua badan kami.

CEKREK!

Bang Firzy mendadak ngelepas ciuman kami. “GOBL*G! KENAPA ADA FLASH-NYA BANGS*T!” Bang Firzy langsung fokus sama kamera digital dia.

“WAH! LU MAU BIKIN B*KEP PRIBADI BUAT KOLEKSI C*LI LU YAK???”

“BANGS*T! YA KAGAK LAH! NAMANYA JUGA KENANG-KENANGA!”

“KENANG-KENANGAN KENAPA MESTI FOTO PAS CIP*KAN, NJ*R???”

“AWAS AJA LU KALO GUE ADA DI sempr*t.com KALO MISALNYA KITA PUTUS!!!”

Bang Firzy mendadak diem dan natap mata gue. “Karena kita ga akan pernah putus. Kalo suatu saat bad things happened dan kita separah-parahnya harus putus, gue ga akan pernah membagi kenangan ini ke siapapun.”

“…”

“Bilang so sweet kali!” kata Bang Firzy nyolot ke arah gue.

“Taek. Pengen banget dibilang so sweet!”


XOXOXO


Menjelang sore hari, gue dan Bang Firzy memutuskan untuk pulang. Langit Cianjur saat itu udah mulai gelap bukan karena udah kesorean, tapi karena mendung. Di perjalanan pun, rintik ujan udah mulai turun. Bikin tangan sama muka kalo kena rintikan hujannya berasa sakit bener. Hahaha.

Ujan turun semakin deras, kami memutuskan untuk melipir ke salah satu tempat makan yang ada di sepanjang Jalan Raya Cianjut – Puncak, Sop Buntut Bang Hadji. Kenapa kesini? Karena kita berdua mau melipir ga cuman neduh doangan, mau sekalian makan makanan favorit kami berdua. Hahaha.

Setelah pesen makanan, mendadak Bang Firzy nyenderin kepalanya ke bahu gue. Badan dia panas banget! Mungkin karena jaketnya gue pikir atau mungkin karena baju di dalam jaketnya yang basah gara-gara tadi sempet kena ujan sepanjang jalan. Gue pun minta Bang Firzy buka jaketnya biar panasnya turun, walopun cuacanya dingin. Gue mastiin baju dia ga basah dulu.

“Buka jaketnya yank…”

“Aku panas karena kedinginan aja.”

“Ya pokoknya ini mah udah akumulasi, pasti gara-gara tadi dipaksain berangkat ini mah.”

Bang Firzy ngebuka jaketnya dan dikasih ke gue. “Ah itu perasaan Dek Emi saja.”

“Cot.” Gue lipet jaket yang dia pake dan buat dijadiin alas kepala dia buat tiduran. Gue cek kaos yang dia pake, ga basah sama sekali. Gue langsung ambil mukena gue dan sarung dia dari dalem tas buat jadiin selimut dia. Biar bikin badan dia anget aja, ga menggigil kedinginan sambil berusaha nurunin panas dia.

“Nelen sakit ga?”

“Dikit. Ingusnya juga nih elah, meler terus bangs*t.”

“Yaudah aku beli obat flu sama Bye Bye Feverdulu aja.” Gue berdiri sambil bawa dompet gue dari dalem tas.

Bye Bye Fever? Mana mempan buat aku itu kan buat anak kecil.”

“Mempan! Udah coba belom? Enak adem. Nanti tidur dulu aja abis makan sama minum obat. Aku tungguin sampe badan kamu enakan… Toh besok libur ini kan?”

“Yaudah, atur aja. Aku tidur dulu ya.”

Gue angkat kaki kanan Bang Firzy dan masukin kaki kanannya ke tas gendongnya dia. Biar tasnya aman selama dia tidur. Barang-barang berharga Bang Firzy kayak dompet, gue bawa di tas gue. Handphone dia biar dia kantongin aja. Gue pun cabut keluar tempat makan buat nyari Ind*maret atau Alf*mart. Syukur-syukur dapet apotek. Tapi ujan-ujan dan di daerah Puncak begini dan mesti keluar tuh bener-bener nyiksa! Payungan tetep basah. Kaki tetep kena becekan, dari kaki gue sendiri atau dari mobil motor yang lewat.

Gue jalan entah seberapa jauh tapi gue cuman nemuin warung. Akhirnya yang kebeli sama gue saat itu buat Bang Firzy cuman obat flu aja. “Nanti pas dia udah mulai kuat jalan, baru deh dicoba beli Bye Bye Fever-nya di sepanjang jalan…” Gue kembali ke tempat makan. “Pokoknya kalo lain kali mau pergi kemana-mana, gue bakalan bawa perabotan gue kayak biasa biar ga nyusahin begini. Berat-berat juga bodo amat dah daripada riweuh.” kata gue sepanjang jalan ke tempat makan.

Sesampainya gue di tempat makan, makanan yang kami pesen udah lengkap semua. Bang Firzy masih tiduran di meja makan dengan posisi yang sama kayak saat gue tinggalin dia. Gue pegang kepala dia, udah lumayan turun panasnya. “Palingan abis makan sama minum obat udah mendingan dia.” Gue pegang mangkok dan gelas bandrek yang ada di hadapan kami. Bang Firzy ga bisa makan makanan panas atau anget, dia mah selalu nunggu dingin dulu makanan baru mau disentuh. Tapi ternyata, SOP DAN KOPI KAMI UDAH GA PANAS LAGI DONG! CUMAN ANGET GITU DOANG! Sumpah! Cepet banget makanannya dingin!

“Yank bangun… Makan dulu.” Gue usap-usap pipinya. Bang Firzy ga bisa bangun karena dikagetin, dia bisa puyeng dan ngamuk-ngamuk kesetanan udahannya. Mood dia pun bakalan rusak SEPANJANG HARI kalo dibangunin begitu. Cukup bangunin make omongan aja, cuman emang mesti berkali-kali jangan sampe bosen. Nanti juga dia bangun sendiri. Hahaha. Masih inget aja banget gue bangk*k!

“Kamu lupa? Aku kan ga suka makan panas-panas…” Dia ga langsung bangun, tapi cuman ngebalikin kepalanya dia biar ga menghadap ke gue.

“Coba dulu, Ny*t.” Gue tempelin gelas bandrek dia ke pipi dia.

“Eh iya anget, enak.” Bang Firzy bangun dan duduk nyender di bangku. “Suapiiiin~”

“Banyak maunya nih ini orang. Udeh gue ujan-ujanan nyari obat, masih minta disuapin lagi! Madi kipe!”

“Hahaha. Bahasa Si Doel nya keluar! Betawi benerrr!” Akhirnya Bang Firzy bisa semangat ketawa.

Gue suruh dia minum bandreknya dan langsung gue suapin sop buntut dia yang ujung-ujungnya ga abis karena mungkin lidahnya juga udah mulai berasa pait. Gue kasih dia obat setelahnya dan minta dia tidur.

“Aku lanjut tidur ya yank…” Gue tidurin kepala dia di paha gue beralaskan jaket tebel dia. Gue gantian lanjutin makanan gue dan ngabisin semua makanan kami. Gue udah terbiasa begini nih, jadi kang sampah kalo makan bareng. Malu? Kagak. Ini bentuk rasa syukur karena ngabisin makanan dan ga bikin makanan mubazir. Toh Bang Firzy pun ga pernah protes gue begitu. Hahaha.

Kurang lebih 2 jam dia tidur, akhirnya dia kebangun sendiri dengan muka yang jauh lebih seger walopun masih sedikit meler. Kami segera memutuskan untuk pulang karena saat itu udah hampir pukul 10 malam dan ujan plus kabut udah mulai menghilang. Soalnya mau sampe jam berapa gue di kosan? Bang Firzy pun gimana?

Sepanjang jalan gue ajak ngobrol Bang Firzy. Gue ajak ngobrol yang lucu-lucu dan asik-asik biar dia terus ketawa dan bisa fokus. Kalo sepi, takutnya dia nanti ngantuk. Perjalanan masih jauh banget sodara-sodara. Ga lupa gue tetep celingak celinguk sana sini buat nyari Apotek, Alf*mart, Ind*maret, atau mart-mart lainnya yang sekiranya masih buka buat beli Bye Bye Fever. Ini sekarang tinggal nurunin panasnya dia aja make Bye Bye Fever.

Akhirnya setelah turun dari daerah Gunung Mas, ada Alfamart yang buka. Gue minta Bang Firzy melipir untuk beli Bye Bye Fever dan air putih dulu. Dia harus terus terhidrasi.

“Buka helmnya.” Gue pakein Bye Bye Fever di kening dia dan ga lupa nampol keningnya sedikit biar Bye Bye Fever-nya menempel sempurna! Hahaha. “Dah, ganteng bener bayi tuir ini! Hahaha. Nih minum AMDK-nya…”

“Hah? Apaan? PSK?”

“AMDK Su! Kenapa jadi PSK! Lu mabok apa sakit sih???”

“Kan sakit, jadi salah dikit mah dimaklumi lah~”

“JAUH BANGET BUSET SALAHNYA!”

“Hahaha.” Bang Firzy minum air putih yang gue kasih. “AMDK apaan yak? Lupa gue singkatannya…”

“Air Minum Dalam Kemasan… Jangan apa-apa kalo beli AMDK merk apapun bilangnya Aqua bae. Labelling itu namanya… Hahaha.”

“Oh iya yak… Kebiasaan orang endonesah kan. Hehehe.” Bang Firzy kasih botol air putihnya ke gue. “Aku udah seger nih… Enak diginiin.” Dia megangin Bye Bye Fever yang nempel di keningnya. “Sering-sering lah make beginian biar otaknya adem.”

Gue cubit paha dia. “Lu pengen sakit mulu sampe doa sering-sering begitu???”

“Orang badannya kecil kayak lu begini kalo nyubit pedes bener bangs*t!”

“Makanya ngomong jangan sompral!”

“Hahaha. Yuk lanjut… Pengen cepet-cepet sampe kosan kamu. Mau istirahat dulu…”


XOXOXO


“Alhamdulillah… Akhirnya sampe juga di kosan lu! Duuh mau tiduraaan~” kata dia sambil parkirin motornya di depan kamar kosan gue. Saat itu udah hampir jam 1 pagi. Tapi temen-temen kamar kosan gue kayaknya entah ga ada masih malem mingguan atau ada di kamar tapi ‘main’ sepi-sepi aja. Entahlah. Soalnya ga keliatan ada yang ngintip kami ketika kami masuk ke dalem kosan.

“Aku siapin kasurnya dulu… Bisa tolong tutup pintu gerbang depan ga? Diselot sama gembok sekalian yak…” kata gue sambil masuk ke dalem kamar.

“Banyak yak nyuruhnya si bangs*t.”

“Udah malem masih bacot aja lu, Ji!”

TAPTAPTAP! BRAKK!!!

Mendadak Bang Firzy lari ke dalem kamar dan nutup pintu kenceng banget! Dia segera ngunci pintu. Buka sepatu dan loncat ke kasur yang lagi gue rapihin.

“HEH! KENAPA LU??? ABIS NGELIAT SETAN???”

“SETAN KEPALA ITEM!”

“Emang setan mestinya kepala apaan???”

“Pokoknya ada setan kepala item!” Bang Firzy pura-pura pingsan di kasur dan ngelemparin jaket, kaos kaki, tas dia ke lantai biar dirapihin sama gue.

Gue langsung ambil air di gelas dan semprotin air ke muka dia. “BARU SAMPE KAMAR ITU MBOK YA BERSIH-BERSIH DULU BARU TIDUUUR!” Gue lemparin kaos dan celana pendek yang dia titip ke kosan gue. “Buru ganti!”

Bang Firzy pun berdiri di depan gue, buka semua bajunya kecuali sempak dan ganti bajunya. Segitu udah ga malunya ini om-om ganti baju di depan gue. Dia langsung loncat ke kasur dan tiduran lagi. Gue pastiin dia udah dapet posisi enak dan kamar udah rapih dari barang-barang dia, baru gue ganti baju sambil bersih-bersih.

“Biarin dia tidur dulu terus pulang besok pagi atau rada siangan aja… Biar enak dulu.” kata gue dalem hati.

Kurang lebih 15 menit gue di kamar mandi buat bersih-bersih. Gue mastiin kamar udah kekunci, matiin lampu kamar, nyalain lampu meja belajar gue, dan ikut gabung bareng Bang Firzy di kasur. Dia tidur terlentang di kasur, hampir ngabisin seluruh porsi kasur kecil gue. Bangk*k!

Dret. Dret. Dret.

HandphoneBang Firzy yang ada di kasur bunyi jam 2 malem begini. Gue tadinya ga berani ngeliat siapa yang sms dia malem-malem. Tapi rasa penasaran gue saat itu mengalahkan rasa ga berani gue. Gue pun liat notifikasi terbaru di layar handphone dia itu.

Quote:


“Jam 2 pagi? Dia abis sms Nindy tadi pas gue di kamar mandi?” tanya gue dalem hati. “Apa selama perjalanan tadi dia bahkan sms-an terus sama Nindy?”

Bang Firzy mendadak memiringkan badannya di belakang gue. Gue nengok ke arah dia berasa lagi kegep ngebuka bok*p di handphonedia! Gue liatin ekspresi dia. Dia udah full tidur. Bang Firzy itu kalo udah deep sleep, tidurnya matanya ga menutup rapat dan kebuka sedikiiit banget. Keliatan bola matanya putih semua. Masih apal terooos, Mi! Hahahanj*ng!

Saat gue mau simpen handphone Bang Firzy di meja, eh mendadak…

Kring. Kring. Kring.

Handphone Bang Firzy bunyi! "JAM 2 PAGI ANJ*NG! SIAPA LAGI INI???"

Quote:


“Dewi??? LAGI??? JAM 2 PAGI??? ANY*NG, FIRZY! LU NGEHUBUNGIN SIAPA AJA HARI INI???” Gue penuh tanya dalam benak gue.

Saat handphone-nya berenti berdering dan bergetar, gue simpen handphoneBang Firzy di meja belajar lagi. “Zy, gue kayaknya emang ga tau apa-apa tentang lu dibandingin mereka ya…” kata gue dalem hati.

Gue rebahin badan gue di kasur. Gue berusaha nutup mata gue di antara pikiran gue yang saat itu banyak pikiran tentang beribu asumsi baik dan jahat tentang Bang Firzy.

“Saat gue udah mulai sayang sama dia, kenapa dia malah mulai keliatan begini?”
randycgk
singgihwahyu
namikazeminati
namikazeminati dan 23 lainnya memberi reputasi
22
Tutup