evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
Ayahmu Adalah Lelaki Yang Pernah Menikahi Ibuku
Kisah Cerita Bersambung


Part. 1. Pertemuan Pertama

💞💞Happy Reading💞💞


Ketika hujan sedang turun senja ini, ingatan akan dirinya kembali  saat pertama kali bertemu dengannya, saat itu hujan deras sedang turun. Pakaiannya basah memperlihatkan lekuk tubuh seorang wanita dewasa.

“Nih, pakai jaketku. Kau pasti kedinginan.” Kusodorkan jaket kulit KW 5 itu padanya.

“Makasih ya, tapi maaf … nanti jaketmu basah juga.” Si gadis membalas malu-malu.

“Gak apa-apa pakai saja, dari pada bagian tubuhmu menjadi tontonan gratis orang di sini?” ucapku sambil menunjuk beberapa pandang lelaki yang kebetulan menepi untuk berteduh di halte bus.

Akhirnya si gadis manis berambut sebahu itu memakai juga jaket yang dari tadi kusodorkan. Setidaknya aku telah berbuat baik, melindungi tubuhnya yang ia sendiri tak mampu menutupnya.

Hujan masih teramat deras, ia mendekat di sisiku. Kurasakan sesuatu yang melingkari lengan. Rupanya tangan gadis itu kini memeluk lenganku, mungkin ia masih kedinginan.

Kubiarkan saja. Toh lenganku tak menyentuh tubuhnya, karena terlapisi oleh jaket KWku. Ada tanya berkelebat, kenapa pula sudah tahu hujan ia malah kebasahan? Padahal halte ini hanya di isi oleh beberapa orang saja, ia bisa saja berteduh di sini agar tak terkena hujan.

“Maaf, boleh aku bertanya?”tanyaku sedikit berbisik.

“Eeh … maaf, mau tanya apa?” Ia serta merta melepas tangannya. Mungkin ia mengira aku keberatan dengan perlakuan sebelumnya.

“Ooh … gak apa-apa, jika kamu masih kedinginan, sekalian peluk aku saja, aku gak marah kok?” ucapku sambil tertawa. Menertawakan sikapnya yang gugup.

Tanyaku lagi, “Kenapa kamu sampai basah kuyup begitu?

Ia lalu memeluk lenganku kembali. Pandangannya mengarah ke depan, bukan ke samping maupun ke belakang.

“Tadi aku melihat ayahku, ia sedang berdua dengan seorang perempuan yang bukan ibuku. Jadi aku mengikutinya hingga kehujanan saat sedang mengejar mobil ayah ketika mereka pergi.”

“Dimana kau melihat ayahmu?”

“Di situ ….”

Gadis cantik berwajah manis itu menunjuk sebuah kafe tepat di seberang halte.

Oh tidak! Tadi ayahku juga berada di cafe itu. Ayah meminta aku dan ibu untuk bertemu, membahas tentang kelanjutan pendidikanku. Ah semoga yang ia lihat bukanlah ayahku.

“Ayahmu? Aku juga tadi baru dari cafe itu, hanya terhalang hujan, jadi aku berteduh di sini.”

“Apa kau tidak melihat ayahku? Dia memakai kemeja biru dan celana hitam, dia tadi duduk di dekat jendela bersama seorang perempuan. Kata ibuku, ayah selingkuh dengan perempuan lain dan aku ingin menangkap basah perempuan itu.” katanya berapi-api.

Quote:


😌😌😌

*Bersambung emoticon-Ngacir2emoticon-Ngacir2


Simak pula lanjutan dari kisah di atas pada indeks link di bawah yaak
emoticon-Jempol
Diubah oleh evywahyuni 06-12-2019 11:10
dewakere
terbitcomyt
volcom77
volcom77 dan 103 lainnya memberi reputasi
100
96.5K
1.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
evywahyuniAvatar border
TS
evywahyuni 
#698
Part. 16 Biarlah Tuntas



Aku masih termangu, pertanyaan Ana membuatku tak tahu harus menjawab apa. Di satu sisi, ingin jujur mengatakan kalau Ranti adalah pacar, tetapi di sisi lain aku tak mau melukai perasaan Ana dengan menambah pikirannya yang tengah menghadapi situasi sulit karena ayah yang sementara sakit.

"Kak Fajar, kok bengong? Lagi mikirin perempuan itu tadi, ya? Memangnya perempuan itu siapa? Apa dia pacar Kakak?"

Pertanyaan Ana kembali memberondong laksana mortir yang menembus sendi. Kuangkat kepala dan menatapnya  dengan pandangan lesu.

"Masuklah, ga usah dipikirin soal tadi. Besok akan Aku jelaskan semuanya, kabari kalo mau ke rumah sakit, ya? Ayo, masuklah … nanti kamu masuk angin."

Ana mengangguk paham, dia berbalik membuka pagar dan melangkah masuk. Aku masih menatap punggungnya ketika tiba-tiba dia berbalik dan berlari memelukku.

"Maafkan Ana ya, Kak."

"Maaf untuk apa, Ana?" tanyaku kebingungan. Ya! Aku bingung dengan sikapnya. Tadi dia memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum mampu kujawab. Kini, ia malah meminta maaf.

"Maaf karena telah membuat Kak Fajar susah malam ini, perempuan tadi itu pasti pacar Kakak, kan? Kini dia pasti akan marah-marah sama Kakak karena tadi melihat Ana menyuapi Kakak nasi goreng."

Ya ampun! Makin sayang aku padamu, Ana.

"Sudahlah, tak usah dipikirin. Lebih baik kamu masuk sekarang, besok aja kita bahas. Aku tak mau kamu terlambat ke sekolah gara-gara mikirin soal ini. Ayo … jangan bandel."

Ana melepas pelukannya, dia tersenyum kembali. Lalu melangkah masuk setelah menutup pagar. Aku menyalakan motor dan meninggalkan rumah Ana. Ada tugas yang harus aku selesaikan malam ini juga.

emoticon-Jempolemoticon-Jempol emoticon-Jempol


Kularikan motor ke tempat Ranti. Apapun konsekuensinya akan aku terima asal dia sudah mendengar penjelasan soal Ana. Tak ada keinginan untuk membuat hati Ranti galau, meski kejadian malam ini telah berhasil membuat hati gadis itu terbakar cemburu.

Kuketuk-ketuk pintu kamarnya. Tak ada suara. Kupanggil namanya berkali-kali, pun tak ada jawaban. Ke mana gadis itu pergi?

Aku berbalik, meninggalkan kamar Ranti. Namun, langkahku terhenti kala mendengar suara lembut itu yang memanggil namaku untuk menoleh ke arahnya.

"Bang Fajar …."

Kulihat Ranti ke luar dari kamar Yuni, teman se-kostnya. Gadis cantik itu semakin cantik di mataku, meski ada kabut nan berawan di matanya saat kutinggalkan dirinya di taman. Aku diam menunggu dan terus memandanginya tanpa bicara.
Ranti mendekatiku yang tetap bergeming di tempat.

"Ayo, ikut aku!" 

Kuraih tangannya dan membawanya ke motor yang terparkir di luar pagar. Dia menurut tak banyak bicara, kupakaikan helm dia masih tak mau bicara meski wajah lembutnya sedikit tersentuh jariku. Begitu selesai memasangkan helm, aku menyuruhnya naik ke motor. 

Segera motorku meluncur membawa Ranti ke kost. Aku harus menyelesaikan masalah ini, malam ini juga. Biar hati gadisku ini tenang esok hari. Aku tak mau menunda menjelaskan kesalah-pahaman yang telah terjadi. Baik Ana maupun Ranti, keduanya punya posisi dalam hatiku.

Tak sampai lima belas menit, akhirnya kami tiba. Setelah memarkir motor, kuajak Ranti ke kamar. Kupersilahkan masuk, dia segera duduk di kursi panjang dekat jendela. Kulepas jaket karena gerah, lalu mengambilkan air minum buat Ranti.

Gadis itu masih terdiam, aku duduk di sampingnya, pintu telah kututup agar pembicaraanku tidak terdengar di luar. 

emoticon-Shakehand2emoticon-Shakehand2


"Kau masih marah?" tanyaku kemudian, memecah hening.

"Ana itu siapa, Bang? Sepertinya dia dekat dengan Abang?" Bukannya menjawab pertanyaanku, Ranti malah balik bertanya.

"Aku akan jelasin semuanya, Sayang. Kamu jangan cemburu lagi sama Ana karena dia adalah adikku, meski kami berbeda ibu," jawabku tanpa basa basi lagi.

"Maksudnya, ayah Abang sudah menikah lagi?"

"Iya, Sayang. Ayah Haris rupanya sudah menikah saat menikah dengan ibuku dan Ana adalah anaknya. Ini kuceritakan padamu agar kau tak cemburu pada Ana lagi. Kau harus paham posisimu di hatiku masih tetap sama."

"Tapi kalian kan tidak sedarah? Bisa saja Ana menaruh hati padamu, Bang?"

"Lalu? Apa masalahnya? Dia tetap adikku, andai dia bukan anak kandung dari ayah Haris mungkin saja aku jatuh cinta padanya."

Ranti mendelik, refleks dia mencubit lenganku. Aku mengaduh dan dia makin cemberut. Aku tertawa, kuanggap Ranti sudah tak marah lagi. 

"Kok Abang dicubit, sih? Sakit tau," kataku sambil mengusap lengan yang tampak kemerahan.

"Biarin! Awas aja kalo Abang sampai selingkuh."

"Yeei, selingkuh apaan. Aku tak mau menyakiti hati perempuan, Sayang. Bagaimanapun aku lahir dari perempuan juga."

"Lalu kenapa tadi Abang ada di taman bersama Ana? Bukannya tadi Abang bilangnya mau ke rumah sakit?"

"Iya … Abang sudah dari rumah sakit, Ayah Haris masuk rumah sakit. Tadi Ana mau kuantar pulang tapi dia lapar, jadinya kubawa makan di Mang Jagat aja."

"Kok, sampe suap-suapan segala? Kayak orang pacaran aja."

"Begitulah Ana, kadang manjanya kumat. Toh, waktu dia memperkenalkan dirinya dia tidak mengaku pacarku, kan? Jadi kamu tenang aja, besok Aku mau ke rumah sakit menjenguk ayah. Kau mau ikut?"

Ranti menggeleng. "Aku mau ke kampus, Bang. Ada kuliah sampe sore. Abang pergi aja," jawabnya.

"Tuh, airnya diminum dulu. Sampai ayah ke luar dari rumah sakit, mungkin aku akan sibuk, Ran. Mana harus menjaga Ana juga. Kalian harus akur, ya?"

Ranti mengangguk paham. Diteguknya air minum yang tadi kubawakan, cuma sampai setengah gelas saja. 

"Iya, Bang. Ranti akan minta maaf ke Ana. Ranti udah salah paham ma dia."

"Nah, gitu dong. Ini baru pacar Abang," kataku sambil mengecup dahinya lembut.

Ranti tersenyum manja dan memelukku. Kupeluk dirinya penuh kasih. Kami berdua saling berdekap mesra. Segala sesuatunya jika dikomunikasikan dengan baik bisa mengikis kesalah-pahaman yang ada.

Aku tersenyum senang, kesalah-pahaman ini sudah tuntas, rasa lega mengisi hela napasku. Kulepas pelukan Ranti, lalu berdiri meraih jaket yang tersampir di sandaran kursi, memakainya dan kembali duduk di samping Ranti.

"Ayo, Sayang.  Kuantar kaupulang, sekarang. Sudah malem banget, nanti kamu terlambat bangun besok."

Ranti mengangguk sambil bangkit dan mengikutiku keluar. Setelah mengunci kamar, kami berjalan bersisian ke parkiran di mana motorku berada. Kembali kupakaikan helm dan menyuruhnya naik. 

Malam ini kerjaanku jadi tukang ojek gratis, tadi bersama-sama Ranti makan lalu mengantarnya pulang. Dari rumah sakit, mengantar Ana makan nasi goreng di Mang Jagat, lalu mengantarnya pulang juga. Sekarang, setelah menjemput Ranti di kost-an, akhirnya aku mengantarnya kembali pulang juga. Semoga malam ini aku tak masuk angin, asal masalah yang tadi tercipta tuntas tak bersisa.

emoticon-Coolemoticon-Cool emoticon-Cool




Diubah oleh evywahyuni 19-11-2021 02:21
lumut66
jiresh
mmuji1575
mmuji1575 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Tutup