nyunwieAvatar border
TS
nyunwie
Senandung Black n Blue
Ini bukan tentang pembuktian
Bukan juga tentang sebuah sesal
Ini tentang aku dan perasaan
Hanya satu dan penuh tambal

Ini bukan tentang akumulasi kemarahan
Bukan juga hitung-hitungan pengorbanan
Hanya aku dan keegoisan
Bergeming dalam kesendirian

Aku bukan pujangga
Aku tak mahir merangkai kata
Aku hanya durjana
Menunggu mati di ujung cahaya

Aku bukan belati
Bukan juga melati
Aku hanya seorang budak hati
Sekarat, termakan nafsu duniawi

Sampai di sini aku berdiri
Memandang sayup mereka pergi
Salah ku biarkan ini
Menjadi luka yang membekas di hati





Nama gue Nata, 26 tahun. Seorang yang egois, naif, dan super cuek. Setidaknya itu kata sahabat-sahabat gue. Tidak salah, tapi juga tidak benar. Mungkin jika gue bertanya pada diri gue sendiri tentang bagaimana gue. Jawabanya cuma satu kata. IDEALIS TITIK. Oke itu udah 2 kata. Mungkin karena itu, hampir semua sahabat gue menilai gue egois, yang pada kenyataanya gue hanya tidak mau melakukan hal apapun. APAPUN. Yang tidak gue sukai. Bahkan dalam pekerjaan, jika menurut gue tidak menyenangkan, gue akan langsung resign.

Menulis buat gue bukanlah sebuah hobi, bukan juga sebuah kebiasaan yang akhirnya menjadi hobi, bukan juga keahlian diri, bukan juga sesuatu bakat terpendam yang akhirnya muncul karena hobi. Apaa sihh !!? Menulis buat gue adalah cara terbaik meluapkan emosi. Di kala telinga orang enggan mendengar, dan lidah sulit untuk berucap tapi terlalu penuh isi kepala. Menulis adalah cara gue menumpahkan segala penat yang ada di kepala, cara gue bermasturbasi, meng-orgasme hati dengan segala minim lirik yang gue miliki.

Kali ini berbeda, gue tidak menuliskan apa yang ingin gue lawan. Tidak juga menuliskan opini gue tentang suatu hal. Ini tentang diri gue seorang. Tidak indah, tidak juga bermakna, hanya kumpulan kata sederhana yang terangkai menjadi sebuah kisah. Angkuh gue berharap, semoga ini bisa menjadi (setidaknya) hikmah untuk setiap jiwa yang mengikuti ejaan huruf tertata.

.


Quote:


.


Jakarta, 22 Desember 2018.

Senja telah berganti malam saat mobil yang gue kendarai tiba di kawasan kemayoran. Gue masuk ke areal JI Expo Kemayoran. Saat masuk gue melihat banyak banner dan papan iklan yang menunjukan bahwa di area ini sedang dilaksanakan sebuah acara akhir tahun dengan Tag line "pameran cuci gudang dan festival musik akhir tahun". Gue tidak mengerti kenapa sahabat gue mengajak gue bertemu di sini.

Sesampainya di areal parkir, gue memarkirkan mobil. Tidak terlalu sulit mencari tempat kosong, tidak seperti saat diselenggarakan Pekan Raya Jakarta, yang penuh sesak. Sepertinya acara ini tidak terlalu ramai, atau mungkin belum ramai karena gue melihat jam masih pukul 18.35.

"Whatever lah mau rame mau sepi."Ucap gue dalam hati.

Gue memarkirkan mobil, setelahnya gue sedikit merapihkan rambut, berkaca pada kaca spion, lalu memakai hoodie berwarna hitam yang sedari tadi gue letakan di kursi penumpang, kemudian keluar mobil sambil membawa tas selempang berisi laptop.

Perlahan gue berjalan, sesekali melihat ke kiri dan ke kanan, mencari letak loket pembelian tiket berada. Akan lebih mudah sebenarnya jika gue bertanya pada petugas yang berjaga. Tapi biarlah gue mencarinya sendiri.Toh sahabat gue juga sepertinya belum datang.

Di loket, gue melihat banyak orang menggunakan kaos yang bertema sama. Banyak yang memakai kaos bertema OutSIDers, Ladyrose, dan juga Bali Tolak Reklamasi. Gue sedikit memicingkan mata, dalam hati berkata."Sial gue dijebak."

Setelah membeli tiket, gue masuk ke areal acara, melihat banyak stand dari berbagai brand. Penempatan stand-stand menurut gue menarik, benar atau tidak, sepertinya pihak penyelenggara menaruh stand brand-brand besar mengelilingi brand kecil. It's so fair menurut gue. Karena banyak acara semacam ini yang gue lihat justru menaruh brand UKM yang notabenenya belum terlalu di kenal di posisi yang tidak strategis. Dan untuk acara ini gue memberi apresiasi tersendiri untuk tata letak tiap brandnya. Walau sejujurnya butuh konfirmasi langsung oleh pihak penyelenggara tentang kebenaranya.

Gue masuk lebih dalam, mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk gue menunggu sahabat gue yang belum datang. Sesekali berpapasan dengan SPG yang menawarkan barang dagangnya, gue tersenyum tiap kali ada SPG yang menawarkan gue rokok, kopi, dan lainnya. Dalam hati gue teringat tentang bagian hidup gue yang pernah bersinggungan langsung dengan hal semacam ini. Terus melanjutkan langkah, Gue tertarik melihat salah satu stand makanan jepang, lebih tepatnya gue lapar mata. Terlebih gue belum makan. Tapi saat gue ingin menuju ke stand itu, gue melihat ada stand sebuah merek bir lokal asal Bali. Gue mengurungkan niat untuk ke stand makanan jepang itu, dan lebih memilih untuk menunggu sahabat gue di stand bir.

Gue memesan satu paket yang di sediakan, yang isinya terdapat 4 botol bir, ukuran sedang. Gue mengeluarkan laptop gue, kemudian mengirim email kepada sahabat gue. Memang sudah beberapa hari ini gue selalu berhubungan dengan siapapun via email. Karena handphone gue hilang dicopet di stasiun Lempuyangan beberapa hari yang lalu.

"Fuck you Jon ! Gue di stand Albens, depan panggung yak. Jangan bikin gue jadi orang bego diem sendiri di tempat kek gini sendirian. Kecuali lo bajingan laknat yang ga peduli sama sahabat lo." Email gue pada Jono, sahabat gue.

Dari tempat gue duduk, gue dapat melihat panggung utama. Sepertinya dugaan gue tidaklah salah. Kalau guest star malam ini adalah Superman Is dead. Group band punk rock asal Bali. Pantas saja Jono mengajak gue bertemu di sini. Dia memang sangat menyukai musik bergenre punk rock macam green day, blink 182, SID, dan lainya.

Jujur saja, gue sebenarnya pernah menjadi Outsiders sebutan untuk fans superman is dead. Gue pernah menjadi OSD militan, yang selalu datang ke acara yang di dalamnya terdapat Superman Is Dead sebagai bintang tamunya. Tapi itu dulu, lebih dari sedekade lalu. Saat gue masih duduk di bangku SMA.

Dan malam ini, semua ingatan tentang itu semua membuncah. Berpendar hebat dalam bayang imajiner yang membuat mata gue seolah menembus ruang dan putaran waktu. Melihat semua apa yang seharusnya tidak perlu gue lihat, dan mengenang apa yang harusnya tidak perlu gue kenang. Sampai di titik tertentu gue sadar kalau gue sudah dipermainkan.

"JON, I know you so well, please please don't play with a dangerous thing. Comon Jhon I'm done. Gue balik" Gue kembali mengetik email untuk gue kirim pada Jono. Gue sadar gue sudah masuk dalam permainan berbahayanya. Dan gue tidak ingin mengambil resiko lebih.

Namun belum sempat email gue kirim. Gue melihat seorang perempuan berdiri tegak tepat di depan gue. Dan saat itu juga gue sadar gue terjebak dalam permainan konyol sahabat gue yang "luar biasa jahat".

"Haii Nat." Sapa perempuan itu.

"Fuck you Jhon, what do you think. Bitch !!" Gerutu gue dalam hati kesal.

Spoiler for opening sound:
Diubah oleh nyunwie 31-10-2020 12:21
efti108
aftzack
sargopip
sargopip dan 65 lainnya memberi reputasi
62
131.6K
723
Thread Digembok
Tampilkan semua post
nyunwieAvatar border
TS
nyunwie
#341
Part 5.9
Suara Nata:

Hadirmu


Hadirmu dalam organ pengingatku (jika kuingat) rasanya biasa. Apa yang istimewa dari melihatmu dalam barisan-barisan wajah baru yang sedikit menggetarku hingga jatuh perhatianku padamu; aku mudah merasa suka pada wajah-wajah yang menurutku serupa dengan bidadari surga. Tak ada yang istimewa dari hadirmu dalam ingatanku.

Namun… (aku sejenak tertawa), iya aku menyukaimu sejak pertama mataku merekam kamu dalam ingatanku.

***

Pertemuan Kita


Siapa sangka pertemuan kita begitu cepat? Belum lengkap mataku menggambar keindahanmu. Suaramu terdengar masuk dalam indra dengarku membuatku beranjak tenang; bagai seruling bambu yang dialunkan di tengah bising lalulalang.

Kamu seperti Marsekal dan aku Pajurit Udara. Kamu seperti bintang telenovela aku ibu-ibu yang gemas dengan lakonmu dibalik layar kaca. Dan saat bertemu, aku bisa apa selain gelagap tutupi niat; aku ingin menunjukan aksiku menerbangi pesawat agar aku cepat naik pangkat; aku ingin mencubiti pipimu agar kamu tahu aktingmu sungguh mempermainkan emosiku.

Mungkin karena itu pertemuan kita menjadi unik. Aku yang mendadak panik, aku yang begitu tidak siap menggambarmu utuh dalam memoriku, yang pada akhirnya aku melakukan hal di luar kendaliku, hingga aku menjadikan pertemuan kita lucu. (kita selalu terawa jika mengikat itu.)

Aku ingin merayumu, aku ingin tidak terbangun dari tempatku terjatuh; aku tidak ingin hanya sekedar jatuh hati pada kamu, Aku tidak ingin hanya mengingat kamu sebagai orang yang pernah aku sukai parasnya tanpa pernah melalui waktu bersama; aku diam dan beraindai-andai itu semua dapat aku lakukan.

***

Jangan Bilang-bilang Aku Diam-diam


"Sssttt!",jangan bilang-bilang kalau kita bertemu dalam mimpi karena kenyataan akan memarahi. Jangan bilang-bilang kalau setiap malam aku melihatmu, karena bulan akan cemburu. Jangan bilang-bilang kalau aku selalu mengintipmu setiap hari, karena pasti murka matahari. Jangan bilang-bilang aku menyukaimu diam-diam, karena aku tidak ingin cintaku karam.

***

Ini Caraku


Jangan menatap aku seperti itu; bertanya-tanya dengan kelakuanku. Semua laki-laki akan melakukan hal yang sama jika seseorang yang dicintainya disakiti orang lain. Dan ini caraku membalas setiap air mata luka seseorang yang aku cintai yang jatuh tak mengi-ngin.

Ini juga kutunjukan caraku sebagai media promosiku; seperti ini jika aku menjaga orang yang kucintai. Jadi, jangan nilai aku seburuk itu. Aku takan menjadi seperti ini jika orang yang aku cinta tidak dilukai.

Apa kamu suka caraku? Ahh, semoga kamu menyukainya.

***

Inflamasi


Jatuh cinta padamu seperti mengolah ikan fugu; salah-salah aku mengambil potongan, racun bisa ikut tertelan masuk ke dalam pencernaanku. Terlebih dengan kondisiku yang tengah terluka dalam, akibat dia yang pergi diam-diam. Harus ekstra hati-hati sebab aku tak ingin semakin infeksi yang pada akhirnya aku harus mengamputasi hati.

Saat kamu menghapiriku, aku yakin kamu mengerti bahwa aku sedang tidak baik-baik saja; duniaku tidak berwarna. Dan saat kamu bicara tentang dunia yang tidak aku mengerti. Aku makin tidak mengerti; apa kamu sedang menunjukanku proses memotong fugu yang benar, atau kamu sedang membuaiku untuk membuka kantung racun yang nampak samar. Aku tidak ulung membaca hati. Semoga kamu mengerti aku hanya berhati-hati.

Tak ayal luka yang kurasakan meradang, tatkala aku mengetahui kamu sudah dimikiki seseorang. Rasanya bukan lagi membelah fugu. Jatuh hati padamu hanya prosesi bunuh diriku; tak ada cara benar mencintaimu yang sedang dalam pelukan sahabatku.

Tapi terlanjur sudah hatiku jatuh pada kamu. Aku juga tidak bisa memungkiri, saat duniaku menjadi hitam dan putih, hanya kamu yang kulihat penuh warna dan biarlah aku berdosa; sahabatku sendiri, aku khianati. Kamu proses inflamasi luka hatiku yang dalam; aku mencintaimu sembunyi-sembunyi dan merindumu diam-diam.

***

Lag Phase


Entah sejak kapan, aku mulai menikmati tiap detik yang kita lalui sembunyi-sembunyi. Aku menikmati hadirmu di tempatku bersembunyi, walau kamu selalu mengatakan kamu datang bukan untukku, tapi entah mengapa aku merasa kamu sengaja datang untuk menemaniku yang sedang menahan peradangan luka di hatiku. Semoga aku tidak salah. Semoga aku tidak besar rasa. Dan semoga nanti kekasihmu memaafkan aku; aku tidak peduli dia tidak memaafkan kamu, karena itu yang aku tunggu.

Aku juga selalu meresapi; tiap kamu bercerita. Aku seolah diajak masuk ke dalam duniamu yang sama sekali aku tidak mengerti. Aku tidak mengerti, aku hanya menikmati tiap warna yang kamu pancarkan; aku merasa kamu seperti leukosit yang mencegah lukaku membusuk setelah rasa sakit.

***

Proliferasi


Kamu bertanya padaku "Apa ini sebuah kebetulan?".Dengarkan! Untukku, tidak ada kebetulan dalam hidup ini. Adam memakan Quldi bukanlah sebuah kebetulan. Perbedaan jumlah rusuk pria dan wanita, bukan juga sebuah kebetulan. Amerika meluluh lantahkan Hirosima dan Nagasaki yang akhirnya membuat Jepang menyerah dan Indonesia merdeka, itu juga bukan kebetulan. Itu semua rancangan besar Tuhan.

Mungkin kamu merasa ini seperti kebetulan. Aku yang terluka, kekasihmu mengkhianati kamu; semua terjadi dalam waktu berdekatan. Baik, anggaplah itu kebetulan dan hidup terdiri dari serangkaian kebetulan; aku menyebutnya, kebetulan adalah takdir Tuhan yang menyamar yang mendatangi kita dalam ketidaksiapan.

Jika kamu bersikukuh pada anggapan kamu kalau ini semua kebetulan. Aku hanya bisa mengatakan "Terserah kamu saja! Aku hanya ingin bersyukur pada Tuhan, telah menyembunyikan TakdirNya yang mengitariku samar-samar lalu menemuiku di waktu yang benar".

Dan kamu! Terimakasih, telah menjadi benang-benang fibrin yang menutup luka. Kini, aku hanya ingin melakukan hal yang sama. Izinkanku jadi kulit baru yang menutup lukamu, seperti kamu yang telah menjadi warna baru dalam hidupku; "Segera", katamu. Dan aku siap menunggu. Aku dan kamu, menjadi kita yang satu.

***

Aku cemburu


Siapa dia? Laki-laki yang berdiri di ambang pagar rumah mu? Yang berbagi tawa denganmu? Yang juga mencium tangan ayahmu, mamahmu, keluargamu seperti aku bertatakrama dengan keluargamu. Siapa dia? Yang menciummu di titik buta mata pengintai rumahmu? Kenapa dia bisa tahu titik itu? Caranya, aku yakin dia bukan seseorang yang baru?. Jawab aku! Siapa dia? Sudah berapa lama kalian mengenal, atau bahkan berhubungan? Siapa dia? Dari mana datangnya? Jawab!

Apa selama ini saat aku mengatakan rindu, dia ada di sampingmu? Bermesraan seperti itu dan aku hanya tahu kamu sedang di ranjangmu, membalas semua pesanku. Di mana kamu saat kamu mengatakan rindu? Di kamarmu kah? Atau bersama dia kah di pinggir halaman rumahmu? Atau… kamu di kamar bersamanya saat menjawab semua pesanku? "Ahh gila aku!!"

Aku ingin tahu! Dan selama aku belum tahu, maafkan aku jika aku kembali mengorek lukaku. Jangan buatku gila! Dengan membuatku tidak satu-satunya.

***

Koreng!


Kamu tahu, ada yang lebih nikmat dari mencetin jerawat, Ngorekin koreng!.Maaf, aku sedang melakukan itu, pelan-pelan aku mencabuti sisa kulit mati, hingga darah mengalir kembali, dan luka terbuka lagi.

Maaf, malam ini aku bermalam mengoreki luka yang telah rapih kamu tutupi. Membuka kembali goresan-goresan luka, menikmati kembali setiap rasanya.

Maaf, aku tak jadi meminta maaf. Ini salahmu, bermesraan dengan entah siapa itu; yang kamu bilang mantanmu!

Sudah, kamu kembali saja padanya. Aku sudah kecewa! Dengan caramu menyembunyikan dia yang pernah mencintaimu di masa lalu. Aku juga bisa menggunakan caramu sembunyikan dia yang pernah mencintaiku, walau di akhirnya dia menyakitiku.

Bagaimana rasanya? Lebih nikmat dari sekedar memecah jerawat, kan?

***

Anestesi


Aku suka caramu yang sporadis, aku suka caramu menangis, yang membuktikan kalau aku hanya satu-satunya dan apa yang kulihat hanya sebuah khilaf sesaat; mengorek luka memang nikmat. Dengan caramu yang unik, pantaslah aku menilai kamu unik. Dan aku sebaik-baik kolektor; takan aku biarkan sesuatu yang antik jatuh pada sembarang kolektor.

Dan tentang luka yang telah terbuka kembali… Bagaimana kalau hari ini kita jadikan anestesi. Lalu aku jahit lukamu dengan fibrinku, dan kamu menjahit lagi lukaku dengan benang-benang proteinmu; aku mencintaimu, maukah kita sepakat menutup masa lalu kita dan mulai saling bicara cinta, hanya kita berdua?

Jika kamu berkata iya, berjanjilah untuk mengubur dia. Jika kamu sepakat berjanjilah untuk melepas sekat. Jika kamu setuju, berjanjilah hanya aku yang ada di langit-langit kamarmu. Berjanjilah hanya aku yang ada dalam dimensi heningmu. Berjanjilah mengganti selimutmu dengan kulitku. Dan berjanjilah jadikan selalu hari ini anestesi saat kita mulai saling menyakiti.

Namun jika sebaliknya, berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan sebaliknya. Karena aku akan mencintaimu tanpa jeda.

***

Albhy


Ya habibbal qolbhy, yahlil jannah ya bidadariku.Aku sudah katakan, aku mencintaimu. Silahkan tanya guru ngajimu. Apa arti ucapanku!

Tapi tunggu dulu. Jika kamu mengaji pada seorang ustadz, jangan tanyakan itu. Itu kalimatku hanya untuk kamu. Aku tidak ingin ustadzmu mengatakan itu padamu; aku akan cemburu, Albhy.

***

Bukan Senja


Apa yang kamu lihat? Senja? Bukan! Itu hanya langit yang jingga. Jangan dipuja! Karena cantiknya tidak seberapa dibanding cantikmu yang luar biasa.

***

Zombie


Tenang, jangan takut. Dia hanya perempuan yang tentangnya sudah aku kubur hidup-hidup. Dia hanya zombie yang menyamar wujud bidadari. Kamu jangan juga tertipu, Albhy.

Tenang, jangan lari. Dia hanya perempuan yang kenanganya kujadikan mumi. Tahan saja nafasmu, dia akan segera berlalu. Atau tempelkan saja kertas kuning, pasti dia bergeming.

Tenang, jangan berteriak. Dia hanya kuntilanak. Jangan tunjukan ketakutamu, kuntilanak senang menghisap jiwa-jiwa yang ragu…

Sudah kubilang tenang!
Sial benar kuntilanak menang!

***

Kuntilanak


Saat suaranya dekat dia berada jauh, saat suaranya jauh berarti dia dekat. Apa benar itu kuntilanak, dia selalu buat tidurku tidak nyenyak!

Maafkan aku sudah masuk ke dalam tipu muslihat kuntilanak. Dia memang jahat, ingin merebutku kembali wajahnya yang minim ekpresi. Kuntilanak tahu titik lemahku dan menyerangku dengan cermat. Ahhgawat, aku terjerat.

***

Killing Zombie


Kenapa aku harus berdiri di batas hidup dan mati, saat kamu bertemu zombie dan si kunti. Jika saja aku tersadar saat kamu menghadapi mereka, aku akan melempari mereka granat agar mereka lenyap 'tuk selamanya.

Tapi kenapa kamu tidak pernah menceritakan itu padaku? Menceritakan bagaimana caramu mengalahkan dua makhluk jelek itu. Senjata apa yang kamu gunakan? Hingga mereka mundur perlahan.

Ahh apapun itu, aku tidak peduli. Yang penting adalah bagaimana akhirnya dua makhluk jelek itu mati kembali. Dan yang paling penting lagi, kamu memang selalu menjadi anestesi.

Dan melihat caramu merawat aku yang kembali dari mimpi panjang. Aku rasa aku mengerti bagaimana akhirnya si zombie dan kunilanak itu pulang kembali ke tempatnya bersemayam. Kamu memang sehebat-hebatnya sebuah pedang.

***

Keuatan cinta itu, TEGAR!


Kamu membuktikanku satu hal: kekuatan cinta itu saat dua hati saling menegarkan. Dan bagaimana caramu menegarkanku, itu yang pada akhirnya membuatku selalu kembali padamu.

Karena aku tahu, aku sudah sampai titik di mana kamu adalah pusat semestaku. Apapun yang aku lakukan, semua mengenai kamu. Bahkan aku meragu aku akan mampu bernafas tanpamu.

Dan aku ingin bersama kamu berdua selamanya. Aku ingin saat aku membuka mata selalu kamu yang ada di sana. Karena sepertimu, bersamamu aku tegar.

Terimakasih sudah memberiku segalanya. Terimakasih sudah memberiku alasan mengalahkan kekuatan cinta yang lainya. Kamu satu-satunya aku ingin, tiada yang lain. Bahkan si Kunti yang menyanyi merdu itu, mari kita berdua buktikan kalau kekuatan cinta kita sudah tidak bisa lagi diganggu.

***


Mei 2011

Gue tidak menyangka waktunya begitu cepat. Hari di mana Dita akan pergi ke belahan bumi berbeda untuk melanjutkan pendidikannya.

Hari masih begitu pagi, suasana masih begitu sepi dan bahkan cuaca membuat pagi ini membuat gue tidak percaya kalau gue sedang berada di Jakarta. Dan pagi-pagi sekali gue sudah berada di depab rumahnya Dita untuk mengantarnya ke Bandara Soekarno Hatta.

"Nata siap?" Tanya Papah.

"Siap Pah". Sahut gue lalu masuk ke dalam mobil yang sudah ada Dita, Sandra dan Papah Mamahnya. Sebelum berangkat adegan haru sempat terjadi antara Pak Dade dan Dita. Gue mengerti bagaimana perasaan Pak Dade, kurang lebih sama dengan apa yang gue rasakan; sangat berat untuk berkata baik-baik saja menghadapi kenyataan kalau gue akan hidup berjauhan dengan orang yang gue cinta.

Mobil yang dikendarai supir kantor Papahnya Dita melaju dengan cepat. Hingga kurang dari sejam, kami sudah ada di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta.

Suasana haru menjadii tatkala announcer berbunyi yang berarti saatnya berpamitan. Dan gue sudah berjanji pada diri sendiri kalau gue tidak ingin membuat ini menjadi berat sendiri untuk Dita pergi. Gue terus mencoba menahan perasaan haru gue saat satu persatu keluarganya Dita berpamitan dengannya.

"Bhy inget yah janji kamu, janji kita". Bisik Dita saat memeluk gue untuk berpamitan.

"Iyah Bhy, take care. Kalo aku libur aku pasti main ke sana. Aku buat janji baru lagi".

"Bener yah, berarti agustus nanti kita liburan summer di sana, okeh".

"Siap!". Gue mulai menitikan air mata.

"Albhy jangan nangis…"

"Aku pasti bakal kangen sama kamu, Bhy". Ucap gue.

"Aku juga Bhy". Dita mulai menangis.

"Kamu jaga diri kamu, jangan telat makan, jangan dandan cantik-cantik di sana, inget apa yang kamu ucapin 'seberapa besarpun dia yang coba dudukin tempat aku, bakal kamu usir'…" Suara gue dan Dita bersamaan.

"Kamu juga jangan kebanyak tp-tp jangan godain Bea mulu! Kasian anak orang. Jangan hubungin si kuntilanak lagi pokoknya kalo berani hubungin dia aku sumpahin didatengin kuntilanak beneran!!"

"Iyah Bhy, kamu tenang ajah, aku ga akan kecewain kamu".

"Love you Bhy and thank for make it easy". Ucap Dita mencium pipi gue.

"Love you more, Albhy. Tunggu aku nanti jemput kamu kalau kamu udah selesai kuliahmu".

"I'll wait Bhy, kamu juga kuliahnya yang bener".

"Iyah, Albhy yaudah cepet sana nanti telat disuruh cabutin rumput kamu".

"Aaaahhhhh Albhyy resee kan aku belum pergi udah dibikin kangen". Ucap Dita makin memeluk gue erat membenamkan kepalanya di dada gue dan menangis sejadi-jadinya.

***


Suara Nata:

Mungkin Nanti


Maaf sudah membuat ini tidak mudah. Tapi aku sulit mengatakan aku baik-baik saja kamu pergi ke belahan bumi lainnya. Langkah kakimu yang menjauh dari tempatku memandangmu seperti ribuan pedang yang menusuk dadaku satu persatu.

Aku mengerti ini bukan sebuah perpisahan, kita hanya membuat jarak untuk masa depan. Mengkhawatirkanmu memang suatu penghinaan untukmu. Nengingat caramu bersetia selama ini. Rasanya kamu yang pantas memiliki rasa khawatir tentang setelah ini dan kemungkinan nanti.

Tapi aku tidak bisa membohongi diri. Sejujur-jujurnya aku tidak ingin kamu pergi. Bayang-bayang akan kemungkinan nanti sungguh menakutkan dari sekedar bertemu zombie.

Bagaimana jika nanti di sana kamu berubah? Bagaimana jika nanti kamu tidak lagi mencintaiku karena tak lagi merajut waktu berdua denganku? Bagaimana jika nanti ini menjadi terakhir kalinya.

Ahh, maaf. Belum saja kamu pergi, aku sudah berpikiran yang tidak aku ingin. Sudahlah, tegakkan langkah kakimu, selama kita masih berada di bumi. Kupastikan jarak takan ada arti. Aku akan tetap mencintaimu, dan menantimu kembali.

Dan mungkin bila nanti kita bertemu lagi. Peluklah aku dan jangan kamu lepas lagi. Albhy.

Sampai jumpa,
Aku mencintaimu tanpa jeda.
Diubah oleh nyunwie 30-07-2019 21:40
Congormiring
khodzimzz
oktavp
oktavp dan 12 lainnya memberi reputasi
13