panjang.kakiAvatar border
TS
panjang.kaki
Dibatasi Jendela Kamar
*cover by @ka.luwi



Sedikit Intermezzodari gue.

Mungkin akan ada yang bertanya kedepannya, ini kan Idnya agan Hadi? Dan katanya agan Hadi sudah meninggal?

Yah benar ini idnya Hadi, teman akrab gue. Jadi, cerita ini sebenarnya sudah pernah dipublish di kaskus beberapa tahun lalu dengan judul yang berbeda, namun dengan alasan tertentu dihapus oleh beliau, selanjutnya beliau menuliskan cerita ini di laptop pribadinya, dan qodarullah beliau meninggal dunia (mari kita sempatkan mendoakan keselamatan beliau di alam kubur) dan cerita ini belum selesai, akhirnya disimpan oleh agan Hadi di Laptopnya. Hadi memiliki istri bernama Laura (Baca : Dibatasi Dua Kamar) dan Laura juga ternyata disayang oleh Allah dan Allah mencabut nyawanya (mari kita sempatkan juga berdoa untuknya). Selanjutnya, cerita ini terbengkalai di laptopnya dan laptop itu dipegang oleh seorang tokoh yang juga ada didalam cerita sebelum ini, nama yang mungkin kita kenal adalah Mega. Sampai akhirnya laptop itu rusak dan membangkai dirumah Mega begitu saja, namun Mega tak berani menjualnya dikarenakan itu adalah peninggalan dari Hadi dan dibiarkan begitu saja oleh Mega.

Bagaimana cerita ini bisa dipublish?

Dengan pertimbangan diri gue sendiri, @thebeatlesss aka Mega dan @handarunaufal aka Daru yang mereka adalah kaskuser disini juga yang terlibat di dalam cerita ini, akhirnya kami memutuskan untuk mempublish cerita ini di kaskus, yang Alhamdulillah ternyata cerita ini tidak rusak dan masih tersimpan rapi di hardisk laptop agan Hadi, setelah hardisk itu dibuka ternyata banyak cerita lain yang beliau tulis sampai tamat yang disimpan di folder rahasia beliau dan dengan bantuan teknisi komputer folder itu bisa dibuka dan cerita-cerita agan Hadi mungkin bisa mengisi hari-hari kita di kaskus selanjutnya.

Seperti kata salah satu sastrawan wanita yang terkenal di Indonesia :

"Ketika sebuah karya selesai ditulis, maka pengarangnya tak mati. Ia baru saja memperpanjang umurnya lagi." Helvy Tiana Rosa

Jadi gue sungguh berharap, agar tulisan-tulisan agan Hadi abadi, bukan hanya dalam bentuk tulisan, melainkan abadi di dalam benak dan hati kita, untuk apresiasi penuh terhadap karya-karya yang beliau tulis.

Jika ada pertanyaan yang lain bisa PM gue atau bisa langsung tanya di komentar. Selama memang masih bisa gue jawab, InsyaAllah akan gue jawab, namun untuk pertanyaan yang tidak gue jawab, artinya memang gue tidak ada wewenang apapun untuk menjawab pertanyaan itu.

Sedikit lagi tambahan dari gue, cerita ini adalah cerita lanjutan dari cerita sebelumnya yaitu Dibatasi Dua Kamar dan cerita ini sangat berhubungan dengan cerita dari agan @handarunaufal yaitu Aku Tidak Melakukan Apapun.

Spoiler for Sinopsis:





Rules in My Thread

1. Ikuti Rules H2H, SFTH Dan Kaskus, jika melanggar akan di laporkan ke hansip atau BRP dari kawan-kawan yang lain
2. Baca Bismillah sebelum membaca.
3. Sepertinya cerita ini agak BB ya gan, tapi dikit kok, kalo di bawah 18 + Di dampingi orang yang lebih besar yah

Udah itu doang kok.

Diubah oleh panjang.kaki 19-09-2019 04:22
mariayulia
danielyukingham
selangbocor
selangbocor dan 73 lainnya memberi reputasi
68
67.9K
709
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
panjang.kakiAvatar border
TS
panjang.kaki
#32


Part 1

Selama kamar itu dipersiapkan, Renata dipindahkan dulu sementara ke kamar lain, gua memesan CCTV untuk di kamar gua dan Renata, dan juga beberapa colokan listrik di kamar gua untuk charge handphone, setelah itu sisanya sama seperti kamar lainnya dengan tambahan jendela dari besi yang menghubungkan kamar gua dan Renata, dari jendela itu gua berencana untuk bisa melihat Renata dan berbincang dengannya dan jendela itu tidak bisa terbuka, dengan ukuran yang tidak besar dan hanya cukup satu kepala, namun tetap tidak bisa kepala masuk, karena di sekat dengan besi-besi kecil.

Setelah persiapan selesai, gua segera pindah ke kamar itu dan gua memesan kepada seluruh karyawan rumah sakit untuk merahasiakan ini dari media dan publik, tamu-tamu yang datangpun pasti akan menganggap gua juga pasien di rumah sakit ini.

Renata kembali dipindahkan ke kamar lamanya dan Ini adalah hari pertama gua di rumah sakit ini, gua dimasukkan ke dalam sel waktu pagi oleh petugas dan gua menggunakan pakaian yang sama seperti yang dipakai pasien rumah sakit ini, gua masuk dan gua duduk, gua belum melakukan apapun, gua hanya mengawasi Renata tanpa mengajaknya berbincang.

Tiba-tiba Renata menengok ke dalam sel gua, lalu dia melihat ke gua yang sedang duduk di kasur kamar ini dan dia mulai membuka obrolan.

"Apa maumu?" Tanyanya

Gua diam saja dan belum mau menjawab pertanyaanya.

"Aku ingin bertemu dengan adikku, Handaru." Katanya lagi

Handaru? Gua baca diberkas memang Renata dan Handaru mempunyai hubungan yang rumit, dan mereka bertemu ketika besar.

"Kenapa kamu ingin menemuinya?" Tanya gua kepadanya

"Aku rindu dengannya." Jawabnya

Gua berdiri dari mendekat ke arah jendela kamar.

"Kamu membunuh adik Handaru dan kamu ingin bertemu Handaru?" Tanya gua

"Yunita bukan adik Handaru! Dia anak orang lain! Dia bukan anak ayahku!" Teriaknya dengan nada yang tinggi

Gua tersenyum tipis, sepertinya memang ada kecemburuan antar kakak beradik ini, Handaru dan Renata memang satu bapak, namun Yunita berbeda bapak dengan Renata namun satu ibu dengan Handaru, itu yang menyebabkan Renata cemburu terhadap Yunita, dan juga Renata berlaku seperti itu karena memang dia memiliki penyakit kepribadian.

"Besok siang aku akan bawa Handaru kesini." Kata gua

Setelah itu, gua menjauh darinya dan kembali duduk di kasur, gua membuka handphone gua dan menelpon mba Indri, salah satu rekan kerja gua di Lampung.

Gua memberitahunya bahwa carikan seorang pria bernama Handaru yang tinggal di Metro, besok dia harus kesini untuk pemeriksaan, mba Indri mengiyakan.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali, dia diantar oleh seorang rekan kerja gua, yaitu Kemal, gua menyuruh agar Handaru menunggu diruang tunggu, lalu gua keluar dari sel dan menemuinya, awalnya dia bingung karena yang menemui dia menggunakan baju pasien, lalu gua menyalami tangannya.

"Kenalin namaku Hadi." Kata gua

"Jadi mas ya, Psikolog yang dibilang mau nangani kasus Renata?" Tanyanya

Gua mengangguk, setelah itu gua mengajaknya berjalan menuju sel Renata, gua perintahkan untuk petugas bahwa jam besuk tolong diundur sedikit, yang tadinya jam 09.00 jadi jam 13.00. Sesampainya di depan sel, Renata melihat ke Handaru dan wajahnya tampak berseri-seri, lalu dia berbicara ke Handaru.

"Daru, aku minta maaf karena telah membunuh adikmu." Katanya

Handaru tak bergeming dan wajahnya sangat datar, gua saat ini tidak bisa tahu apa yang Handaru pikirkan.

"Sudahlah, lo akan busuk dipenjara." Ucap Handaru dengan wajah datar

Renata menangis, setelah itu Handaru berbalik badan dan berjalan menjauh dari sel, gua melihat Renata meraung-raung memanggil Daru, gua tinggalkan Renata dan berjalan ke arah Handaru dan menanyakan beberapa hal.

"Kenapa kamu menjauh darinya?"

"Kalau anda memang Psikolog, seharusnya anda paham mas! Apa yang dia ucapkan semuanya dusta!" Handaru meninggikan suaranya

Memang, penyakit kepribadian ambang sulit ditebak, bahkan penyakit ini tidak bisa disembuhkan, penyakit ini hanya bisa di tahan, namun jika penderita penyakit ini menerima tekanan dia akan kambuh dan melakukan tindakan impulsif. Gua harus hati-hati dalam setiap langkah, karena jika tidak, gua yang akan terbawa dalam permainannya Renata dan gua akan terjebak didalam jebakannya, itu berbahaya.

"Saya paham mas Daru, saya sudah membaca diberkas semuanya, namun saya masih banyak belum paham, mengapa dia membunuh." Kata gua

"Karena dia badjingan! Jadi anda membawa saya kesini hanya untuk menemui perempuan laknat itu! Itu tak ada gunanya."

"Tenang mas."

"Tenang??? Sialan! Antarkan saya pulang! Sekarang!" Handaru marah-marah ke gua, memang pikir gua karena usianya masih muda untuk menerima masalah yang sulit seperti ini.

Gua menyuruh rekan kerja gua untuk mengembalikannya ke Lampung, sebelum Handaru pergi dia mengucapkan sesuatu ke gua.

"Dia akan terlihat seperti cahaya, ketika cahaya itu memudar, maka hanya ada lubang hitam, dan tak ada yang bisa lepas dari lubang hitam, bahkan cahaya sekalipun." Katanya

Gua tak menjawab syair yang dia ucapkan, setelah itu Handaru diantar pulang ke Lampung dan gua kembali menuju ke kamar, gua mengintip Renata dari jendela besi dan melihatnya duduk sembari tertawa, gua bingung apa yang dia tertawakan.

"Hei." Sapa gua

Dia bangun dan menuju jendela besi tangannya masuk dan menyerang wajah gua, untung saja gua cepat menghindar dari serangannya.

"Mana adikku!?" Tanyanya

"Pulang, hei Renata bolehkah aku bertanya beberapa hal kepadamu?" Tanya gua

"Tidak!"

Walaupun dia menjawab tidak, gua tetap akan menanyakan pertanyaan ini.

"Kamu mencitai Handaru dalam artian cinta ingin memiliki kan? Bukan arti cinta sebagai adik dan kakak."

Pupil mata Renata membesar, lalu dia tiba-tiba mengucapkan kata yang membuat gua kaget sekaget-kagetnya.

"Aku horny melihatmu." Katanya

Sialan, badan gua gemetar, karena dia baru saja menggigit bibirnya dan memainkan lidahnya untuk menggoda gua. Sialan!

Diubah oleh panjang.kaki 06-09-2019 10:15
arip1992
oktavp
pulaukapok
pulaukapok dan 13 lainnya memberi reputasi
14
Tutup