nyunwieAvatar border
TS
nyunwie
Senandung Black n Blue
Ini bukan tentang pembuktian
Bukan juga tentang sebuah sesal
Ini tentang aku dan perasaan
Hanya satu dan penuh tambal

Ini bukan tentang akumulasi kemarahan
Bukan juga hitung-hitungan pengorbanan
Hanya aku dan keegoisan
Bergeming dalam kesendirian

Aku bukan pujangga
Aku tak mahir merangkai kata
Aku hanya durjana
Menunggu mati di ujung cahaya

Aku bukan belati
Bukan juga melati
Aku hanya seorang budak hati
Sekarat, termakan nafsu duniawi

Sampai di sini aku berdiri
Memandang sayup mereka pergi
Salah ku biarkan ini
Menjadi luka yang membekas di hati





Nama gue Nata, 26 tahun. Seorang yang egois, naif, dan super cuek. Setidaknya itu kata sahabat-sahabat gue. Tidak salah, tapi juga tidak benar. Mungkin jika gue bertanya pada diri gue sendiri tentang bagaimana gue. Jawabanya cuma satu kata. IDEALIS TITIK. Oke itu udah 2 kata. Mungkin karena itu, hampir semua sahabat gue menilai gue egois, yang pada kenyataanya gue hanya tidak mau melakukan hal apapun. APAPUN. Yang tidak gue sukai. Bahkan dalam pekerjaan, jika menurut gue tidak menyenangkan, gue akan langsung resign.

Menulis buat gue bukanlah sebuah hobi, bukan juga sebuah kebiasaan yang akhirnya menjadi hobi, bukan juga keahlian diri, bukan juga sesuatu bakat terpendam yang akhirnya muncul karena hobi. Apaa sihh !!? Menulis buat gue adalah cara terbaik meluapkan emosi. Di kala telinga orang enggan mendengar, dan lidah sulit untuk berucap tapi terlalu penuh isi kepala. Menulis adalah cara gue menumpahkan segala penat yang ada di kepala, cara gue bermasturbasi, meng-orgasme hati dengan segala minim lirik yang gue miliki.

Kali ini berbeda, gue tidak menuliskan apa yang ingin gue lawan. Tidak juga menuliskan opini gue tentang suatu hal. Ini tentang diri gue seorang. Tidak indah, tidak juga bermakna, hanya kumpulan kata sederhana yang terangkai menjadi sebuah kisah. Angkuh gue berharap, semoga ini bisa menjadi (setidaknya) hikmah untuk setiap jiwa yang mengikuti ejaan huruf tertata.

.


Quote:


.


Jakarta, 22 Desember 2018.

Senja telah berganti malam saat mobil yang gue kendarai tiba di kawasan kemayoran. Gue masuk ke areal JI Expo Kemayoran. Saat masuk gue melihat banyak banner dan papan iklan yang menunjukan bahwa di area ini sedang dilaksanakan sebuah acara akhir tahun dengan Tag line "pameran cuci gudang dan festival musik akhir tahun". Gue tidak mengerti kenapa sahabat gue mengajak gue bertemu di sini.

Sesampainya di areal parkir, gue memarkirkan mobil. Tidak terlalu sulit mencari tempat kosong, tidak seperti saat diselenggarakan Pekan Raya Jakarta, yang penuh sesak. Sepertinya acara ini tidak terlalu ramai, atau mungkin belum ramai karena gue melihat jam masih pukul 18.35.

"Whatever lah mau rame mau sepi."Ucap gue dalam hati.

Gue memarkirkan mobil, setelahnya gue sedikit merapihkan rambut, berkaca pada kaca spion, lalu memakai hoodie berwarna hitam yang sedari tadi gue letakan di kursi penumpang, kemudian keluar mobil sambil membawa tas selempang berisi laptop.

Perlahan gue berjalan, sesekali melihat ke kiri dan ke kanan, mencari letak loket pembelian tiket berada. Akan lebih mudah sebenarnya jika gue bertanya pada petugas yang berjaga. Tapi biarlah gue mencarinya sendiri.Toh sahabat gue juga sepertinya belum datang.

Di loket, gue melihat banyak orang menggunakan kaos yang bertema sama. Banyak yang memakai kaos bertema OutSIDers, Ladyrose, dan juga Bali Tolak Reklamasi. Gue sedikit memicingkan mata, dalam hati berkata."Sial gue dijebak."

Setelah membeli tiket, gue masuk ke areal acara, melihat banyak stand dari berbagai brand. Penempatan stand-stand menurut gue menarik, benar atau tidak, sepertinya pihak penyelenggara menaruh stand brand-brand besar mengelilingi brand kecil. It's so fair menurut gue. Karena banyak acara semacam ini yang gue lihat justru menaruh brand UKM yang notabenenya belum terlalu di kenal di posisi yang tidak strategis. Dan untuk acara ini gue memberi apresiasi tersendiri untuk tata letak tiap brandnya. Walau sejujurnya butuh konfirmasi langsung oleh pihak penyelenggara tentang kebenaranya.

Gue masuk lebih dalam, mencari tempat yang sekiranya nyaman untuk gue menunggu sahabat gue yang belum datang. Sesekali berpapasan dengan SPG yang menawarkan barang dagangnya, gue tersenyum tiap kali ada SPG yang menawarkan gue rokok, kopi, dan lainnya. Dalam hati gue teringat tentang bagian hidup gue yang pernah bersinggungan langsung dengan hal semacam ini. Terus melanjutkan langkah, Gue tertarik melihat salah satu stand makanan jepang, lebih tepatnya gue lapar mata. Terlebih gue belum makan. Tapi saat gue ingin menuju ke stand itu, gue melihat ada stand sebuah merek bir lokal asal Bali. Gue mengurungkan niat untuk ke stand makanan jepang itu, dan lebih memilih untuk menunggu sahabat gue di stand bir.

Gue memesan satu paket yang di sediakan, yang isinya terdapat 4 botol bir, ukuran sedang. Gue mengeluarkan laptop gue, kemudian mengirim email kepada sahabat gue. Memang sudah beberapa hari ini gue selalu berhubungan dengan siapapun via email. Karena handphone gue hilang dicopet di stasiun Lempuyangan beberapa hari yang lalu.

"Fuck you Jon ! Gue di stand Albens, depan panggung yak. Jangan bikin gue jadi orang bego diem sendiri di tempat kek gini sendirian. Kecuali lo bajingan laknat yang ga peduli sama sahabat lo." Email gue pada Jono, sahabat gue.

Dari tempat gue duduk, gue dapat melihat panggung utama. Sepertinya dugaan gue tidaklah salah. Kalau guest star malam ini adalah Superman Is dead. Group band punk rock asal Bali. Pantas saja Jono mengajak gue bertemu di sini. Dia memang sangat menyukai musik bergenre punk rock macam green day, blink 182, SID, dan lainya.

Jujur saja, gue sebenarnya pernah menjadi Outsiders sebutan untuk fans superman is dead. Gue pernah menjadi OSD militan, yang selalu datang ke acara yang di dalamnya terdapat Superman Is Dead sebagai bintang tamunya. Tapi itu dulu, lebih dari sedekade lalu. Saat gue masih duduk di bangku SMA.

Dan malam ini, semua ingatan tentang itu semua membuncah. Berpendar hebat dalam bayang imajiner yang membuat mata gue seolah menembus ruang dan putaran waktu. Melihat semua apa yang seharusnya tidak perlu gue lihat, dan mengenang apa yang harusnya tidak perlu gue kenang. Sampai di titik tertentu gue sadar kalau gue sudah dipermainkan.

"JON, I know you so well, please please don't play with a dangerous thing. Comon Jhon I'm done. Gue balik" Gue kembali mengetik email untuk gue kirim pada Jono. Gue sadar gue sudah masuk dalam permainan berbahayanya. Dan gue tidak ingin mengambil resiko lebih.

Namun belum sempat email gue kirim. Gue melihat seorang perempuan berdiri tegak tepat di depan gue. Dan saat itu juga gue sadar gue terjebak dalam permainan konyol sahabat gue yang "luar biasa jahat".

"Haii Nat." Sapa perempuan itu.

"Fuck you Jhon, what do you think. Bitch !!" Gerutu gue dalam hati kesal.

Spoiler for opening sound:
Diubah oleh nyunwie 31-10-2020 12:21
efti108
aftzack
sargopip
sargopip dan 65 lainnya memberi reputasi
62
131.6K
723
Thread Digembok
Tampilkan semua post
nyunwieAvatar border
TS
nyunwie
#242
Part 4.7
Izinkan gue sejenak, mengenalkan Karina pada kalian. Dia Karina, mantan pacar gue! Cinta pertama gue. Dia perempuan yang cerdas. Sangat cerdas. Dia blasteran you know perempuan blasteran selalu dianggap cantik oleh rata-rata pria di negeri ini. Dia sangat akrab dengan keluarga gue, terlebih dengan Bella. Dia sudah dianggap sebagai adik kandungnya sendiri oleh Kakak kandung gue. Haaah jadi gue harus anggap apa, kalau kakak gue menganggapnya adik kandung? Haaah.

Karina sering bertukar pikiran dengan Bella, dalam hal apapun, dan dalam masalah apapun orang pertama yang Karina hubungi pasti Bella. Bahkan saat dulu kami masih memiliki hubungan, Karina tidak pernah menjadikan gue orang pertama yang tahu kesulitanya, pasti Bella orang pertama yang tahu tentang apa yang jadi kesulitan Karina. Menyebalkan? Tidak juga! Karena gue tidak perlu repot mencari ata-kata indah kalau Karina sedang butuh motivasi dalam hidupnya. Dia pasti sudah mendapatkannya terlebih dahulu dari Bella dan gue tinggal menanyakan "Bella ngomong apa?"lalu "Yaudah bener tuh Bella". Mudahkan? Thanks Anabel! Sekali lagi lo bikin gue terlihat bodoh.

Mungkin karena itu kadang Karina bisa lebih bersikap dewasa dari gue. Kadang! Karena kadang Karina bisa menjadi anak kecil yang manja saat dia memang menginginkan itu dari gue.

Karina adalah tipe perempuan yang dimanapun dia berada dia pasti akan selalu dipuja. Gue tidak berlebihan dan tidak membual. Bahkan di sekolahnya yang semua muridnya perempuan, dia primadonanya. Dia kutu buku, bacaan bukunya 'berat' dia juga penggemar musik dan seleranya juga 'berat'. Dia putri yang bisa menjadi apa saja tanpa meninggalkan identitasnya sebagai seorang putri. Dia bisa berpenampilan seperti apa saja tanpa kehilangan kata cantik untuknya.

Fisiknya sempurna, pribadinya juga sempurna, percayalah jika gue mengingat apapun tentang dia hanya akan membuat gue menyesal menerima kenyataan kalau kini ada kata mantan di antara gue dan dia.

Tapi sejujurnya gue tidak begitu menyesal putus dengan Karina, AWALNYA. Iya awalnya karena menjelang akhir-akhir hubungan gue dan dia. Karina menunjukan perubahan sifat yang signifikan yang membuat gue berpikir untuk mengakhiri hubungan gue dengan dia. Dan akhirnya itu tidak jadi pikiran semata, kenyataanya gue sudah putus dengan dia. Dia semacam menghilangkan aura pesonanya yang luar biasa menurut gue itu hingga membuat gue tidak terlalu menyesali putusnya hubungan kami. Remember! AWALNYA! Karena sialnya. I said SIALNYA. Gue diperlihatkan lagi sosok dia yang dulu begitu gue anggap sempurna. Yang pada AKHIRNYA membuat gue menyesali berakhirnya hubungan gue dengan dia. Dan makin menyesal karena dia 'kembali' di saat tangan ini sedang menggenggam cinta yang lain.

Life is never flat!
Yes! Life is never never flat
But life is always damn!!
Fck this life.


Karina datang kembali mengintimidasi gue dengan sosoknya yang dulu gue puja. Bahkan bukan cuma gue yang diintimidasi, pesonanya telah sukses mengintimidasi Dita. Entah kenapa saat Karina dan Dita bersamalan dalam otak gue Karina seperti sedang berbicara pada Dita; "Hey little girl I'm a queen. And your … wait … who are you? Haaah" Lalu Karina menghempaskan tanganya Dita lalu membersihkan tanganya yang bekas memegang tanganya Dita.

Gue bersumpah otak gue membayangkan seperti itu. Dan otak gue juga membayangkan Karina sedang berbicara pada gue; "Hey man, aah man … Cihh … your not a man your just a boy, your a badboy, hussh … go away from me"

Bahkan hanya dengan beberapa kata saja. Karina mampu mengkontaminasi otak gue, membuatnya lumpuh seketika, lalu menjadikanya gila. Sejenak gue menyesali kedatangan gue di acara ini. Harusnya gue diam saja di kosan hari ini.

Karena apapun motif dibalik Karina menghampiri gue dan Dita dia sudah sukses besar! "Gal! You're so fckn damned!"

"Nata, Dita gue ke sana dulu yah. Makasih loh udah datang. Selamat menikmati acaranya yah". Ucap Karina ramah sambil melambaikan tangannya, sementara tidak ada kata yang keluar dari mulut gue dan Dita. See, bagaimana dia juga sukses mengintimidasi Dita.

Jujur setelahnya gue tidak bisa menikmati acara ini, Karina benar-benar menghancurkan mood gue. Karina benar-benar sukses membuat gue kembali berpikir untuk kembali padanya. Untung saja hujan turun jadi gue mempunyai alasan untuk mengajak Dita pulang walau acara belum sampai puncaknya.

Kondisi gue dan Dita sudah setengah lepek, akhirnya gue memutuskan untuk pulang naik taxi. Karena tidak mungkin kalau harus pulang naik angkot atau transjakarta. Pasti akan mengganggu penumpang lainya.

"Setiabudi Pak". Ucap gue pada supir taxi saat dia menanyakan tujuan kami.

"Aku ga mau pulang, ke kosan kamu ajah". Sahut Dita.

"Oh yaudah, Pejaten Pak".

"Itu tadi yang namanya Karina Bhy?" Tanya Dita sambil mengelap badanya dengan handuk kecil yang dia bawa.

"Iyah, tadi kenalan kan?"

"Cantik yah?"

"Cantikan kamu!"

"Bohong!" Sahutnya. Gue tidak merespon lagi. Gue juga tidak tahu apa gue sedang berbohong atau tidak. Rasanya gue memang sedang berbohong. Ah tapi kalaupun jujur, rasanya lebih baik berbohong.

"Kok kamu bisa sih Bhy putus sama dia?"

"Kamu kan udah pernah nanya itu Bhy, udah aku jawab juga". Sahut gue.

"Ya engga, diakan cantik banget, bule, dewasa juga keliatanya. Yah kaya ga percaya ajah gitu ada yang rela putus sama dia".

"Ada, aku buktinya". Sahut gue lagi entah gue sedang berbohong atau tidak. "Hey Albhy, yang keliatan bagus dari luar belum tentu bagus dari dalam, mungkin yang baru kenal dia ngeliat dia kayanya wah banget, cantik banget, tapi ga tau dalemnya gimana. Aku biasa ajah menurutku". Lanjut gue.

"Yakin biasa ajah?...

"Engga!" Sahut gue dalam hati.

"Tapi tadi kamu keliatan speechless gitu pass ketemu dia". Lanjut Dita.

"Bukan speechless, cuma males". Sahut gue.

"Yakin males?"

"Engga!" Jawab gue dalam hati. "Iyah Bhy, udah ah kenapa jadi ngomongin dia sih males banget". Sahut di mulut gue. Sesampainya di kosan gue langsung berganti pakaian di kamar, sedangkan Dita berganti pakaian kering di dalam kamar mandi. Saat Dita berada di dalam kamar mandi diam-diam gue mengirim sms untuk Karina.

"You know, your right! Kita tidak usah bertemu lagi."

Sebelum gue mengirim sms ini. Gue membayangkan ekspressi menyebalkan Karina saat membaca sms gue itu. Mungkin dia merasa menang, tertawa puas, diatas perasaan sesal gue yang muncul kepermukaan. Tapi gue tak ingin menyakiti, tak ingin sesal ini terjadi pada Dita nanti. Gue telah memilih Dita. Dan gue tidak pernah diajarkan oleh orang tua gue maupun Bella untuk tidak bertanggung jawab pada apa yang telah gue pilih.

So, what the hell my mind! Press sent!

"Go away you !!"
SMS delivered…


5 menit kemudian Dita keluar dari kamar mandi dan langsung merebahkan badan di samping gue. Dan …  "Sial kenapa gue nunggu Karina bales sms gue".

10menit kemudian tidak ada percakapan antara gue dan Dita. Dia sedang asik menonton televisi, kepalanya bersandar di dada gue. Sementara gue memejamkan mata. Pura-pura terpejam, dalam hati gue menunggu Karina membalas sms gue.

20menit kemudian, hening, Dita sudah mematikan televisi, dan entah dia sedang apa. Karena gue masih pura-pura terpejam dan masih menunggu sms balasan dari Karina.

40menit handphone gue bergetar, satu sms masuk. Dengan cepat gue langsung meraih handphone gue dan membaca sms masuk itu.
From Albhy: Hay
Gue langsung berbalik arah menghadap Dita yang ternyata sudab duduk bersila sambik melipat kedua tangannya di depan. "Kamu nunggu sms dari siapa haah?" Tanya Dita dengan Nada mengintrogasi.

"Haah engga, aku ga nunggu sms, yah ada sms masuk aku baca".

"Aku tau dari tadi kamu cuma pura-pura tidur Bhy, pas aku sms kamu gercep banget kaya orang yang udah dari tadi nunggu sms".

"Kamu apaaan sih Bhy, udah deh ga usah mikir aneh-aneh".

"Coba liat hape kamu!"

"Mau ngapain?" Tanya gue sedikit gugup.

"Yah mau liat ajah".

"Mau liat apa?"

Dita tidak menjawab, dia langsung merebut handphone gue. Perbuatan Dita seketika membuat gue panik dan langsung merebut kembali handphone gue.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Dita.

"Kamu yang kenapa!?" Tanya balik gue.

"Kalo emang di hape itu ga ada apa-apa kenapa kamu sampe segitunya?"

"Segitunya gimana?"

"Ga tau, udah. Aku mau pulang!

"Kamu kenapa sih Bhy?" Tanya gue. Sementara Dita beranjak bangun dan mengambil tasnya.

"Tanya sama diri kamu sendiri kamu kenapa!" Sahutnya sambil menunjuk ke arah wajah gue kemudian pergi begitu saja.

Entah kenapa saat Dita pergi gue tidak mengejarnya. Seperti ada keengganan dalam diri gue untuk mengejarnya. Jangan tanya kenapa, karena gue sendiri pun tidak mengerti kenapa gue bisa seperti ini. Akal sehat gue benar-benar sudah dirusak oleh satu kata hay oleh Karina.

Gue langsung menghapus semua sms masuk maupun keluar, serta menghapus semua riwayat panggilan. Kemudian gue melempar handphone gue ke sisi kasur lainnya. Lalu kembali merebahkan dan menutup diri dengan selimut.

Hay sedetik, rusak move on sebelanga


"Lo kenape sih?" Tanya Malik yang baru saja tiba di kosan gue saat gue sedang main ps di pagi harinya setelah semalam Dita pulang begitu saja dari kosan gue.

"Lo yang kenape? Dateng-dateng nanya gue kenape!"

"Yee begok! Lo kenape semalem sama Dita?"

"Gapape". Sahut gue.

"Eh monet! Gue nanya serius!" Ucap Malik sambil menarik baju gue.

"Apaan ni maksudnye!" Sahut gue. Malik lalu mengambil ancang-ancang memukul. Namun sepertinya Malik menahannya. "Kenapa? Lo mau tampol gue? Tampol nih!" Lanjut gue menadahkan pipi gue, mempersilahkannya untuk memukul gue. Tapi Malik hanya diam, tangannya masih mengepal. "Kenapa diem? Belain dia belain. Kalo emang lo mau jadi pahlawannya tampol gue. Biar dia terkesan. Biar dia demen sama lo kaya lo demen sama dia! Anjing!"

Malik lalu melepaskan tangannya yang erat mencengkrang baju gue. "Sakit lo!" Ucap Malik menunjuk wajah gue kemudian pergi berlalu keluar kamar gue.

Setengah jam kemudian gue merasa jenuh sendiri. Akhirnya gue memutuskan untuk keluar kamar, tidak tahu kemana arah tujuan gue. "Yang penting keluar lah". Gue bisik sendiri dalam hati.

Gue naik Transjakarta dari halte terdekat kosan. Gue naik Transjakarta jurusan dukuh atas. Di Dukuh Atas gue transit. Gue tidak tau kenapa kaki gue melangkah naik ke bus Transjakarta jurusan Blok-M, lalu turun di halte tepat di depan Ratu Plaza. Kemudian gue berjalan lagi, masuk ke area parkir Ratu Plaza, melewati pintu hasil jebol dinding di belakang Ratu Plaza, lalu tepat di depan pintu masuk utara Plaza Senayan gue langsung mengusap wajah gue. "Ampun, nggapain yak gue ke sini". Ucap gue dalam hati, pada akhirnya gue geli sendiri.

Sudah kepalang tanggung, yasudah. Gue memutuskan untuk ngopi sejenak di sebuah coffee shop yang ada di diri dalam plaza senayan. Setelah memesan minuman dan sedikit makanan gue duduk di area smoking, gue duduk di kursi yang menghadap ke taman. Tidak lama gue duduk menunggu pesanan suara Intro lagu B.Y.O.B nya Sistem of Down terdengar lumayan nyaring dari handphone gue. Ada 1 panggilan masuk dari Bella. Gue menolak panggilan itu, lalu menonaktifkan handphone gue. "Gue lagi ga mau ngomong sama siapa-siapa".Ujar gue dalam hati.

.

Gue percaya, setiap orang pernah berbicara, berdiskusi, bahkan berkelahi dengan diri sendiri. Menurut gue itu adalah hal yang wajar. Seperti saat ini gue sedang berdialog pada diri gue sendiri.

Quote:


.


"Permisi, Kak Nattt…" Suara Perempuan memecah lamunan gue. "Nataa!!?? Ini Nata kan?" Sahutnya lagi sambil.

Gue melihat orang itu, seorang perempuan memakai pakaian hitam dengan apron coklat berlogo coffee shop ini, topi dengan warna yang senada dengan Apron yang dia kenakan, rambutnya keluar dari lubang yang ada dibagian belakang topinya, rambutnya sedikit keemasan dibagian ujungnya. Lalu gue melihat wajahnya, kulitnya putih, ada sedikit riasan rona merah di wajahnya gue tebak memang SOP di sini memakai sedikit make up untuk karyawan perempuan.

Wajahnya tidak asing, gue seperti merasa pernah mengenalnya. Namun gue lupa kapan dan di mana.

"Ini Nata anak ***** kan?" Tanyanya menyebut nama sekolah gue.

"Iya bener. Aduh maaf nih kemaren gue kecelakaan, rada amnesia dikit. Heheheh". Sahut gue.

"Hahahah, bisa ajah lo. Gue …"

Belum selesai dia berbicara, tiba-tiba gue ingat siapa dia. Dia adalah Ratih. Kak Ratih, kakak kelas gue di SMA, saat gue kelas satu di kelas 3, pantas saja gue sedikit lupa. Sudah dua tahun tidak bertemu.

"KARAT?... Aaa iya gue inget lo Kak Ratih. Heheheh. Sorry sorry gue lupa. Apa kabar lo kak?" Sambar gue sambil menjulurkan tangan gue.

"Hahaha, kan inget. Gue baik kok. Lo sendiri ajah?" Sahutnya sambil menyambut sodoran tangan gue.

"Iya nih gue sendiri. Lo?" Sahut gue sambil menunjuk seragamnya bermasut bertanya.

"Iyah nih, gue kerja di sini".

"Udah lama? Kemaren gue kesini siang ga ada lo?"

"Emmpp mayan lah, udah jalan 4 bulan, kemaren gue closing, masuk siang. Hehehe".

"Sekarang berarti pagi?" Tanya gue menyimpulkan, karena saat ini belum genap pukul 12 siang.

"Iyah, eh gue lanjut kerja yah, nanti kalo mau pesen lagi panggil gue ajah biar ga usah ke sana lagi". Sahut Kak Ratih sambil menunjuk tempat mengorder makanan/minuman.

"Sip sip" Kak Ratih berjalan menjauh. " Ehh Kak". Panggil gue. Kak Ratih berhenti lalu membalik hadap. "Iyah".

"Aaa lo selesai kerja jam berapa?" Tanya gue.

"Emmpp jam 4, kenapa?"

"Abis selesai, kemana?" Tanya gue.

"Yapulang lah, masa klabing, hahaha".

"Nonton yuk". Ajak gue.

"Lo ngajak gue ngedate ceritanya nih?" Kak Ratih menghampiri gue lagi.

"Eehh ga gitu, gimana yah. Gue suntuk. Nyari temen ajah sih, tapi kalo ga bisa gapapa kok".

"Emmmmp sebentar". Kak ratih berjalan cepat ke arah kasir. Lalu terlihat sedang menulis sesuatu kemudian kembali menghampiri gue.

"Add pin bb gue". Ucapnya memberikan gue selembar kertas memo.

"Ahh gue ga pake bb". Sahut gue menunjukan handphone sambil menggoyangkannya.

"Aaahhahahah, sorry, yaudah nomer lo berapa nanti gue sms".

Lalu gue menuliskan nomer handphone gue di kertas memo yang dia berikan sebelumnya. "Eh masih nomer yang lama?" Tanyanya.

"Iyah, hehehe".

"Yaudah, nanti gue sms".

Gue sengaja menunggu Kak Ratih di sini. Di coffe shop ini. Gue tidak peduli berapa kali ada yang menatap gue aneh. Seorang diri duduk berjam-jam. Gue tidak peduli, yang penting gue duduk jajan. Dari pada duduk bergerombol, jajan cuma sekali. Contohnya meja di sebelah gue. Mereka ber-empat. Pasang-pasangan, sudah duduk hampir dua jam. Tapi mejanya tidak lebih banyak pesanan dari pada meja gue yang mungkin mereka cibir orang aneh yang penyendiri.

Pukul 4 sore lebih 20 menit, Kak Ratih menghampiri gue. Dia sudah berganti pakaian. Kini dia mengenakan rok pendek di atas dengkul berwarna hitam, kaos putih yang ditutupi parka berwarna hijau army yang kancingnya sengaja tidak dikaitkan lalu sepatu cats addidas berwarna putih tanpa kaus kaki.

Mungkin jika saat ini berpenampilan seperti itu sudah lah sangat wajar. Sudah banyak ditemui bukan hanya di mall-mall tapi juga bisa dilihat di bazar jalanan. Tapi percayalah gue melihat itu di tahun 2009 agak sedikit aneh di mata gue.

"Waw" Ucap gue spontan melihat pemampilan Kak Ratih.

"Kenapa, aneh yah?" Tanya Kak Ratih.

"Lo emang selalu keren Kak, beda dari yang lain. Keren". Sahut gue sambil mengacungkan dua jempol gue.

"Bisa aja nih brondong, hahahah. Yuk lo mau culik gue kemana?"

"Emmmppp, gampang deh, yang penting cabut ajah yuk dulu. Eneg gue dimari, banyak yan mulutnya ga bagus". Sahut gue dengan volume sedikit gue naikan, sengaja untuk menyindir 4 orang yang ada di meja sebelah gue.
mmuji1575
khodzimzz
oktavp
oktavp dan 9 lainnya memberi reputasi
10