saleskambingAvatar border
TS
saleskambing
[TAMAT] I Bet My Life
I know I took the path that you would never want for me
I know I let you down, didn't I ?

So many sleepless nights
Where you were waiting up on me
Well I'm just a slave unto the night

Now remember when I told you that's the last you'll see of me
Remember when I broke you down to tears

I know I took the path that you would never want for me
I gave you hell through all the years

So I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you
I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you

I've been around the world but never in my wildest dreams
Would I come running home to you

I've told a million lies
But now I tell a single truth
There's you in everything I do

Now remember when I told you that's the last you'll see of me
Remember when I broke you down to tears

I know I took the path that you would never want for me
I gave you hell through all the years

So I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you
I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you

Don't tell me that I'm wrong
I've walked that road before
I left you on your own

And please believe them when they say
That it's left for yesterday
And the records that I've played

Please forgive for all I've done

So I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you
I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you

So I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you
I, I bet my life, I bet my life
I bet my life on you



I Bet My Life - Imagine Dragons
Diubah oleh saleskambing 21-01-2018 15:25
imamarbai
Yoayoayo
JabLai cOY
JabLai cOY dan 14 lainnya memberi reputasi
15
156.8K
768
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
saleskambingAvatar border
TS
saleskambing
#153
Part 8

Salah satu hal yang paling tidak mengenakan dalam hidup adalah saat kita saling berdekatan secara fisik dengan seseorang, tapi secara emosi kita sebenarnya saling berjauhan. Secara fisik kita sedang berada diruangan yang sama dengan seseorang, tapi interaksi yang kita timbulkan, tak jauh beda dengan dua orang yang sedang terpisah oleh jarak yang begitu jauh. Dan itulah yang sekarang gua alami, dengan Lydia sebagai objeknya.

Secara kasat mata, kita masih saling berdekatan. Tempat duduk kita juga masih belum bergeser, semua masih sama seperti saat Lydia pertama kali menginjakkan kakinya dikelas ini.

Tapi dibalik itu semua, sebenarnya hubungan kita jauh dari kata 'baik baik saja'. Terlebih sejak malam itu, sejak saat itu seperti ada penghalang yang membuat kita seolah terpaut jarak ribuan mil jauhnya, seolah ada sekat yang membuat kita seperti dua orang yang tak pernah saling kenal. Meski pada kenyataannya kita masih berada diruang dan waktu yang sama.

Dikelas, nyaris setiap jam pelajaran kita lewati dengan kesunyian, tak ada lagi canda tawa dan obrolan ringan yang biasa kita lakukan untuk sekedar mencairkan suasana. Lydia terus saja bungkam, entah sedang fokus memperhatikan semua pelajaran atau hanya 'nggak sudi' saja mengajak gua berbicara. Sementara gua juga nggak bisa berbuat banyak menghadapi makhluk tuhan yang satu ini. Saat Lydia sedang 'normal' saja gua masih kesulitan untuk sekedar mengajaknya berbicara, apalagi saat dia sedang dalam mode ngambekseperti ini. Jangankan untuk mengajaknya bicara baik baik kemudian meminta maaf perihal kejadian waktu itu, dia nggak beranjak dari tempat duduknya saja gua sudah sangat bersyukur.

Hari ini adalah hari kesekian yang kita lewati dengan keadaan nggak menyenangkan seperti beberapa hari terakhir, dimana sepanjang jam pelajaran kita hanya diam layaknya dua orang yang tak pernah saling kenal. Gua sempat beberapa kali berniat membuka obrolan dengannya, namun melihat ekspresi Lydia yang begitu dingin dan sangat berbeda dari biasanya membuat gua kembali harus mengurungkan niat untuk sekedar membuka obrolan atau menyapanya.

Sepanjang hari, gua hanya bisa melewati semua ini dalam keheningan. Dan hingga jam sekolah hampir berakhir, gua masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Yang bisa gua lakukan sekarang mungkin hanya sesekali melirik kearah Lydia, sembari berharap bahwa dia rela untuk sedikit saja memberikan senyum manisnya pada gua seperti yang biasa dia lakukan, dan mengganggap semuanya baik baik saja. Namun setiap kali melihat ekspresinya yang begitu dingin, gua kembali sadar bahwa sebenarnya nggak ada yang 'baik baik saja'.

"hmm, Lyd.. gua mau ngomong sebentar sama lu.." gua akhirnya membuka obrolan, sementara Lydia masih nampak sibuk merapikan dan menata peralatannya.

"mau ngomong apa pis ? buruan, gue ga punya banyak waktu.." Jawabnya cuek, yang kini sudah merapikan semua peralatannya dan sudah bersiap untuk pulang.

"ngg.. iya, anu Lyd, eh.." ucap gua terbata bata. "gua mau minta maaf sama lu soal waktu itu. Waktu itu hape gua ketinggalan dirumah Lyd, jadi nggak tau kalo lu sms sama nelpon.." jelas gua.

Lydia nampak memandang gua sekilas.

"udah pis ? lo cuma mau ngomong itu doang ?"

"yaa intinya gitu sih Lyd.." jawab gua sembari mencoba tersenyum. "jadi gimana, lu mau kan maafin gua ?"

"lo udah buang tiga menit waktu gue yang lebih berharga piss. Udah, gue mau pulang.."

Tanpa menjawab permintaan maaf gua, Lydia langsung berjalan keluar kelas. Meninggalkan gua yang masih memandang sosoknya dari belakang, meninggalkan gua yang masih berharap bahwa dia menerima permintaan maaf gua, dan meninggalkan gua yang semakin bingung dengan makhluk tuhan yang satu ini. Oke gua memang salah, dan gua juga sudah meminta maaf atas kesalahan yang sebenarnya juga nggak gua sengaja itu. Tapi kenapa begini balasan lu Lyd ? Gua harus ngapain supaya bisa dapet maaf dari lu ?

***


Malam harinya, setelah selesai mengerjakan tugas sekolah, gua menghampiri Icha yang sepertinya juga sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Dia duduk dimeja belajar yang ada dikamarnya, lengkap dengan sebuah earphone yang melekat di kedua daun telinganya. Dia terlihat sangat fokus saat itu, hingga tak menyadari kehadiran gua.

"hoi cha..." ucap gua, yang langsung membuatnya menoleh, sementara gua membalasnya dengan memberikan isyarat supaya ia melepas earphone yang sedang menempel ditelinganya.

"ada apa mas ?" balasnya setelah dua kabel putih itu terlepas.

"emm, masih lama nggak ? sini tak bantuin, pelajaran apa sih ?"

"Ga kok, udah selesai malah mas. Emang ada apa sih ? tumben banget mau bantuin aku, biasanya aja disuruh bantuin malah alesan mulu. Pasti ada maunya yaa ?"

"hehe, mau nanya bentar cha.." ucap gua nyengir.

"mau nanya apa mas, haha pasti soal cewe yaa.."

"hehe kurang lebih sih gitu cha.."

"Ciyee mas apis udah gede, udah bahas bahas cewe sekarang haha.." ucapnya meledek, yang membuat gua tersipu dan secara spontan melemparnya dengan boneka winnie the poohyang ada dikamarnya. "haha, mau nanya soal apa mas ?"

"jadi gini cha, cara minta maaf ke cewek itu gimana sih ? sama aja atau butuh perlakuan khusus ?" tanya gua to the point.

"yaa kalo menurut aku sih sama aja mas, wong cewe juga sama sama manusia kok. Mau minta maaf ya minta maaf aja."

"masa sih sama aja cha, tadi aku udah minta maaf tuh. Tapi bukannya dimaafin kayaknya dia malah makin marah." jelas gua perihal kejadian tadi siang.

Mendengar ucapan gua Icha justru tersenyum, kemudian dia berdiri dari tempat duduknya dan berbalik menghadap gua.

"wah kalo begitu justru bagus mas.." ucapnya semangat.

"bagus darimananya cha, wong kata maafku aja masih belum dijawab." sanggah gua.

"yee dengerin dulu.." balasnya. "kalo cewe udah kaya gitu biasanya sih dia udah nganggep kamu spesial mas. Yaa paling ga posisimu udah lebih dari yang lain deh."

".." gua masih menyimak semua kata kata yang keluar dari bibir Icha.

"itu artinya dia pengen kamu usaha lebih mas buat dapetin maaf dari dia. Saran aku sih coba kamu kasih sesuatu deh sama dia sebagai permintaan maaf.."

"tapi ngasih apa ya cha ?" ucap gua sembari mengetukan jari pada lantai karpet kamar Icha.

"yaa apa gitu mas, bunga kek, coklat kek, kan macem macem. Tergantung dia sukanya apa.."

"ooh gitu ya cha." gua membulatkan bibir. "yaudah deh besok tak coba, makasih ya cha. Kamu emang adik yang paling baik deh.."

"halah kalo ada maunya aja bilang gitu.." gerutunya. "emang mau minta maaf sama siapa sih mas ? sama 'Lydia Cantik' yaa ?" tanyanya sambil mengedipkan mata, seolah meledek gua.

"haha mau tau aja kamu cha. Lagian namanya cuma Lydia aja kok, nggak ada 'cantik' nya." jawab gua.

"walau dia emang cantik sih." lanjut gua dalam hati.

***


Esok harinya, sesuai saran Icha gua akhirnya membawakan Lydia sebatang coklat sebagai senjata tambahan agar permintaan maaf gua diterima. Yah meski harganya hampir setara uang saku harian gua, tapi itu lebih baik daripada gua terus terusan 'didiemin' Lydia.

Hari ini masih seperti hari hari belakangan, Lydia masih saja cuek dan dingin. Nyaris semenjak bel masuk berbunyi dia sama sekali nggak pernah menoleh kearah gua. Sementara gua masih sesekali mencoba melirik kearahnya, sekedar berharap dia akan sedikit tersenyum. Meski memandang wajahnya yang dingin itupun masih membuat gua takjub. Ya, lagi lagi gua harus bilang bahwa Lydia memang cantik. Mau bagaimanapun tampilannya, dia tetap terlihat cantik. Ekspresi wajahnya memang bisa berubah ubah, tapi tidak dengan kecantikannya.

"Lyd.. gua mau ngomong sama lu." ucap gua membuka obrolan saat kebetulan ada jam kosong.

"mau ngomong apa lagi piss ?"

"ya masih seperti kemarin Lyd, gua mau minta maaf sama lu soal malem itu.." ucap gua. "gua bener bener nggak tau kalau saat itu lu nelpon. Andai gua tau, pasti gua nggak akan ninggalin hape gua dirumah Lyd.. maafin gua ya Lyd."

Lydia kemudian menutup novel yang sedang dia baca, tentu setelah memberi tanda pada halaman yang telah ia baca. Dia sedikit membenarkan ikatan rambut kuncir kudanya, sebelum kemudian membalas kata kata yang baru saja gua ucapkan.

"lo sebenernya ga salah kok piss, cuma gue aja yang terlalu ngarep saat itu. Mungkin waktu itu, dan sampai sekarang gue cuma kesel aja sama lo. Karena gue udah dandan cantik cantik, eh lo nya malah ngilang ga tau kemana."

"oh iya Lyd, gua punya sesuatu buat lu." Gua mengobrak abrik tas slempang gua, lalu mengambil sebatang silverkingyang tadi sempat gua beli. "nih Lyd.."

Lydia menerima coklat yang gua beri, membolak baliknya sebentar kemudian tertawa.

"hahaha, jadi ceritanya lo nyogok gue pis supaya gue maafin lo ?"

"eh enggak kok Lyd, gua ngasih ini ya murni pengen ngasih aja. Gua sadar kok coklat ini nggak sebanding sama kesalahan yang udah gua lakuin." ucap gua. "tapi kalau setelah nerima coklat ini lu mau maafin gua, gua pasti bersukur banget Lyd."

Lydia kembali tertawa lepas, meski secara resmi gua masih belum menerima maaf darinya, tapi melihat tawanya saja sudah membuat gua cukup bahagia.

"haha iya iya piss, gue maafin lo kok. Itu juga karena gue emang mau maafin lo, bukan karena coklat ini. Jangan diulangi lagi ya piss, jangan bikin gue nunggu lagii.."

"makasih ya Lyd, udah mau maafin gua.."

Lydia hanya membalasnya dengan sebuah senyuman. Senyum manis yang sudah beberapa hari ini tak gua lihat lagi dari bibirnya. Membuat gua kembali harus bergumam dalam hati. "Duh Lyd, lu cemberut aja cantik, apalagi waktu senyum gini."

***


Saat pulang sekolah gua kembali melihat Lydia sedang berdiri di depan gapura sekolah. Gua yang bisa menerka kalau dia sedang menunggu angkot yang lewat pun secara perlahan mulai mengarahkan motor menuju tempat dimana dia sedang berdiri.

"halo Lyd.. lagi nunggu angkot ya ?" ucap gua tanpa basa basi "bareng gua aja yuk.."

"eh apiss.." dia nampak sedikit terkejut saat melihat gua. "duh gimana ya piss, makasih atas tawarannya. Tapi maaf, kali ini ga bisaa."

"kenapa emangnya Lyd ?" tanya gua bingung, bukannya lebih cepet naik motor daripada nunggu angkot.

"emm, itu.. gue keburu janji sama orang lain piss. Maaf banget yaa."

"sama siapa emang ?"

Belum sempat Lydia menjawab pertanyaan gua, sebuah motorsport berwarna hijau datang dari arah parkiran sekolah. Kuda besi itu kemudian berhenti tepat didepan Lydia, lalu si pengendara membuka kaca helmnya. Sementara Lydia secara perlahan mulai naik dijok empuk yang ada dibagian belakang motor buatan jepang itu.

"kita duluan ya piss.."

Sembari tersenyum, Ikram menutup kaca helmnya. Kemudian secara perlahan mulai berjalan menjauh. Meninggalkan gua yang masih memandang sosok dua orang itu dari belakang.
Diubah oleh saleskambing 21-01-2018 12:48
jiresh
khuman
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 8 lainnya memberi reputasi
9