- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama [old thread version]
TS
haha.hehe
REBORN Sepasang Kaos Kaki Hitam by pujangga.lama [old thread version]
Quote:
Quote:
Diubah oleh haha.hehe 14-07-2017 14:20
blackcloverss dan 83 lainnya memberi reputasi
80
4M
4.7K
Thread Digembok
Tampilkan semua post
TS
haha.hehe
#930
Epilog #4
Gw juga tertawa. Betapa hari ini adalah hari yg menakjubkan! Gw bisa tertawa lepas, setelah tadi berkubang dalam tangisan bersama masa lalu. Gw dan Meva ngobrol cukup banyak sore ini. Kami sama-sama mengungkapkan yg selama ini hanya bisa terpendam dalam hati. Dan sekarang, kami dengan lantangnya bertukar cerita tentang keluarga kami masing-masing. Meva menikah dengan seorang lelaki keturunan Belanda yg dikenalnya di gereja. Mereka sama-sama aktif dalam acara yg diadakan organisasi kerohanian di sana. Dari sanalah kemudian mereka memutuskan mengikat hubungan dalam status yg resmi pada Februari 2006 yg lalu. Sementara gw, gw menceritakan wanita yg kini selalu menemani hari-hari gw. Tentang rumah kecil kami di pinggiran Jakarta yg kumuh. Tentang dua buah hati gw yg lucu dan imut, yg kelak akan jadi kebanggaan ayah dan ibunya. Juga tentang impian-impian yg belum sempat tercapai, dan sedang kami tapaki hari-hari ini..
“Coba liat deh,” Meva menunjukkan foto anaknya di handphone nya. “Cakep banget yaaaaa.............. Aku kasih nama Prince Mevally. Bagus nggak namanya?”
“Keren banget tuh,” komentar gw.
“Kalo kamu, nama anak kamu siapa? Eh, kamu beneran keliatan tua banget deh, anak aja udah dua coba!! Hahaha...” Meva ngejek gw.
“Baru juga dua ah! Masih pantes disebut bujangan. Hehehe..” timpal gw. “Anak pertama aku kasih nama Aisyah, dan yg bungsu udah di booking sama ibunya bahkan sebelum dia sendiri hamil, dengan nama Ratu Lanny Fauzaty.”
“Waah...sesuai sama muka mereka yg cantik-cantik yah?” kata Meva sambil melihat foto dua buah hati gw yg gw perlihatkan di handphone.
Ah, dunia ini memang unik. Dulu rasanya tabu untuk membicarakan yg namanya pernikahan dan sekarang, kami malah sudah membicarakan soal anak-anak kami. Benar-benar aneh rasanya! Meskipun sedikit berat, gw sadar semua memang harus berubah seiring waktu yg selalu berlalu…
Kami asyik berbincang dan tanpa sadar matahari sudah terbenam begitu handphone gw bergetar berkali-kali menerima panggilan dari dua rekan kerja gw yg pasti sudah sangat kesal karena ditinggal di parkiran. Meva berdiri, gw juga berdiri. Rasanya ini sudah terlalu malam buat kami terus duduk mengobrol di sini.
“Nomer HP kamu berapa?” tanya Meva sambil menyiapkan handphone nya. “Biar nanti kita bisa ngobrol panjang lebar lagi. Dan siapa tau kita bisa saling berkunjung ke rumah? Iya kan?” dia tersenyum lebar.
Gw menggeleng.
“Kenapa? Kamu nggak mau ngasih nomer kamu ke aku?” tanya Meva.
Sejenak gw diam.
“Aku cuma takut,” kata gw menjelaskan. “Aku takut aku akan meminta lebih dari ini, kalo kita tetap berhubungan dengan leluasa. Aku nggak mau ada yg tersakiti. Aku sangat menghormati kamu dan suami kamu. Aku juga nggak mau ngecewain istri aku. Mungkin akan lebih baik kalo kita biarkan semua berjalan apa adanya...”
Meva tampak kecewa. Dia menutup handphone nya lalu memasukkannya lagi ke kantong celananya.
“Oke, kalo menurut kamu itu lebih baik,” katanya penuh pengertian. “Padahal aku cuma pengen bernostalgia aja sama kamu.” Dia tersenyum lebar.
“Maaf, aku cuma takut...”
Meva mengangguk.
“Enggak papa, aku ngerti kok.” Katanya jujur.
“Kamu tau kenapa tiap kenangan itu terasa indah dan manis?”
Meva kernyitkan dahi lalu menggelengkan kepala.
“Karena dia nggak akan terulang lagi,” jawab gw. “Itu yg bikin kenangan jadi berarti...”
Meva tersenyum dan dia memeluk gw lagi. Saat itulah jauh dalam hati gw sadar, mungkin ini adalah kali terakhir gw memeluk Meva. Maka gw biarkan diri gw menikmati tiap detik yg berlalu, sangat perlahan. Bahkan gw bisa merasakan getaran jantungnya di dada gw. Sampai saatnya kami lepaskan pelukan kami, saat itulah gw sadar bahwa hidup kami sekarang sudah sempurna. Dan kesempurnaan itu jauh lebih sempurna dari sekedar cerita masa lalu. Kami sama-sama sadar bahwa sekarang kami punya tanggungjawab kepada keluarga kami masing-masing. Dan kami harus bisa menjaga kepercayaan yg sudah diemban kepada kami.
Semuanya telah berbeda sekarang. Gw bukan lagi teman kosannya yg dengan leluasa keluar masuk kamarnya. Dan Meva bukan lagi bidak catur yg kecil dan nggak berdaya. Meva sekarang adalah menteri, bagi dirinya, dan seorang istri yg baik bagi suaminya. Tentu saja dia juga ibu yg penuh cinta untuk anaknya. Kalau dilempar lagi ke masa lalu, rasanya nggak pernah terpikirkan akan menemukan cerita semanis ini. Manis dan pahit, yeah tentu saja….
“……….”
“Oiya, sebelum kamu pergi, ada satu hal yg harus kamu tau,,” lanjut Meva.
“Apa itu?”
Meva diam sejenak, mengatur nafas, lalu bicara.
“Berat buat ngomong ini, tapi aku yakin kamu harus tau. Waktu kamu ungkapin perasaan kamu ke aku dulu,” ucapnya. “Sebenernya aku lagi nggak dengerin musik. Lagu di headset aku udah mati waktu kamu ngomong. Jadi….jadi sebenernya aku denger dengan jelas semua yg kamu ungkapkan waktu itu……..”
Gw tertegun. Ingin rasanya melompat kembali ke masa lalu dan mengulang hari itu. Tapi gw sebisa mungkin segera menguasai diri gw.
“Kenapa Va….?”
“Maafin gw Ri………”
“………”
“Bodoh banget yah?! Waktu itu aku bermaksud ngetes kamu,” ucapnya dengan nada menyesal. “Waktu itu aku yakin kalo kamu bener-bener sayang sama aku, kamu pasti bakal nembak aku untuk yg ke dua kalinya. Tapi…….”
“Tapi aku nggak pernah bisa ngungkapin itu…” sambung gw. Sangat sakit mendengar ini. Bukan, bukan karena pengakuan Meva, tapi gw sakit karena ternyata gw samasekali nggak pernah menyadari hal ini. Gw nggak pernah menduganya.
“Tapi,” kata Meva lagi. “Sekarang aku sadar…yg namanya cinta itu nggak melulu harus diungkapkan lewat kata-kata. Ada yg jauh lebih memahami itu……..”
“……….”
“Di sini…………..” Meva menyentuh dada gw. Hangat gw rasakan dari telapak tangannya yg lembut merambat di dada gw. Gw terdiam tanpa bisa menahan airmata di pipi gw. “Kamu mungkin nggak pernah mengungkapkannya Ri, tapi hati kecil aku tau. Semua yg pernah kamu lakukan, semua yg pernah kamu berikan, dan semua yg pernah kamu korbankan buat aku, itu jauh lebih berharga dari sekedar ungkapan cinta……”
Gw raih tangannya dan memeluknya lagi. Kali ini sangat erat. Gw sudah nggak bisa menahan laju airmata yg terus jatuh. Wajah gw sudah sangat basah sekarang. Tapi gw nggak peduli. Karena gw tahu, hari ini, gw mengerti sesuatu. Apapun keadaannya sekarang, kami sama-sama punya satu tempat spesial dalam hati kami. Samasekali nggak bermaksud mengkhianati pasangan kami saat ini, tapi apa yg sudah terjadi di masa yg lalu tentunya nggak bisa begitu saja terabaikan. Dan gw tentunya tau batasan yg ada.
“……….”
“……….”
“Ri…”
“Ya?”
“Sejak aku pergi, berapa kali kamu dengerin lagu Endless Love?” tanya Meva di sela isaknya, masih dalam pelukan gw.
Gw tersenyum sejenak lalu menjawab.
“Selalu,” jawab gw. “Setiap malam menjelang tidur, aku selalu dengerin Endless Love.”
Meva tersenyum. Sedih...
“Kamu tau, kenapa aku suka banget sama Endless Love?”
Gw menggelengkan kepala.
“Pertama kalinya aku denger lagu itu……..waktu aku meluk kamu di halaman rumah aku. Sejak saat itu aku suka banget lagu ini…”
“……….”
“So…” lanjutnya sambil melepas pelukannya. Kami saling pandang. “Lagu apa yg harus aku dengerin, kalo aku kangen kamu?”
Gw balas tersenyum. Menatap awan di langit selama beberapa detik, lalu menjawab.
“Over The Rainbow,” kata gw pelan. “Aku selalu suka sama lagu itu.”
Meva tersenyum lagi lalu usapi airmatanya yg kembali jatuh…
Dan sore itu jadi sore yg nggak pernah terlupakan di hidup gw. Saat semua kerinduan terobati. Saat semua pertanyaan akhirnya terjawab. Saat semua pengakuan akhirnya terungkapkan. Dan saat semua mengerti bahwa ada batasan antara masa lalu dan masa kini. Gw nggak pernah sedikitpun menyesali apa yg sudah terjadi di masa lalu. Tanpa masa lalu, gw nggak akan pernah ada di sini. Dan tanpa Meva, mungkin gw nggak akan pernah jadi gw yg sekarang.
Dan sore itu, dalam kepala gw, seperti mengalun sebuah lagu…….
My love..
There's only you in my life
The only thing that's right
My first love..
You're every breath that I take
You're every step I make
And I
I want to share
All my love with you
No one else will do...
And your eyes
They tell me how much you care
Ooh yes, you will always be
My endless love…
Two hearts,
Two hearts that beat as one
Our lives have just begun
Forever,
I'll hold you close in my arms
I can't resist your charms
Oh, love
I'll be a fool for you
I'm sure
You know I don't mind
Oh, you know I don't mind
'Cause you,
You mean the world to me
Oh..
I know
I've found in you
My endless love
And yes..
You'll be the only one
'Cause no one can deny
This love I have inside
And I'll give it all to you
My love,
My Endless Love………….
“Coba liat deh,” Meva menunjukkan foto anaknya di handphone nya. “Cakep banget yaaaaa.............. Aku kasih nama Prince Mevally. Bagus nggak namanya?”
“Keren banget tuh,” komentar gw.
“Kalo kamu, nama anak kamu siapa? Eh, kamu beneran keliatan tua banget deh, anak aja udah dua coba!! Hahaha...” Meva ngejek gw.
“Baru juga dua ah! Masih pantes disebut bujangan. Hehehe..” timpal gw. “Anak pertama aku kasih nama Aisyah, dan yg bungsu udah di booking sama ibunya bahkan sebelum dia sendiri hamil, dengan nama Ratu Lanny Fauzaty.”
“Waah...sesuai sama muka mereka yg cantik-cantik yah?” kata Meva sambil melihat foto dua buah hati gw yg gw perlihatkan di handphone.
Ah, dunia ini memang unik. Dulu rasanya tabu untuk membicarakan yg namanya pernikahan dan sekarang, kami malah sudah membicarakan soal anak-anak kami. Benar-benar aneh rasanya! Meskipun sedikit berat, gw sadar semua memang harus berubah seiring waktu yg selalu berlalu…
Kami asyik berbincang dan tanpa sadar matahari sudah terbenam begitu handphone gw bergetar berkali-kali menerima panggilan dari dua rekan kerja gw yg pasti sudah sangat kesal karena ditinggal di parkiran. Meva berdiri, gw juga berdiri. Rasanya ini sudah terlalu malam buat kami terus duduk mengobrol di sini.
“Nomer HP kamu berapa?” tanya Meva sambil menyiapkan handphone nya. “Biar nanti kita bisa ngobrol panjang lebar lagi. Dan siapa tau kita bisa saling berkunjung ke rumah? Iya kan?” dia tersenyum lebar.
Gw menggeleng.
“Kenapa? Kamu nggak mau ngasih nomer kamu ke aku?” tanya Meva.
Sejenak gw diam.
“Aku cuma takut,” kata gw menjelaskan. “Aku takut aku akan meminta lebih dari ini, kalo kita tetap berhubungan dengan leluasa. Aku nggak mau ada yg tersakiti. Aku sangat menghormati kamu dan suami kamu. Aku juga nggak mau ngecewain istri aku. Mungkin akan lebih baik kalo kita biarkan semua berjalan apa adanya...”
Meva tampak kecewa. Dia menutup handphone nya lalu memasukkannya lagi ke kantong celananya.
“Oke, kalo menurut kamu itu lebih baik,” katanya penuh pengertian. “Padahal aku cuma pengen bernostalgia aja sama kamu.” Dia tersenyum lebar.
“Maaf, aku cuma takut...”
Meva mengangguk.
“Enggak papa, aku ngerti kok.” Katanya jujur.
“Kamu tau kenapa tiap kenangan itu terasa indah dan manis?”
Meva kernyitkan dahi lalu menggelengkan kepala.
“Karena dia nggak akan terulang lagi,” jawab gw. “Itu yg bikin kenangan jadi berarti...”
Meva tersenyum dan dia memeluk gw lagi. Saat itulah jauh dalam hati gw sadar, mungkin ini adalah kali terakhir gw memeluk Meva. Maka gw biarkan diri gw menikmati tiap detik yg berlalu, sangat perlahan. Bahkan gw bisa merasakan getaran jantungnya di dada gw. Sampai saatnya kami lepaskan pelukan kami, saat itulah gw sadar bahwa hidup kami sekarang sudah sempurna. Dan kesempurnaan itu jauh lebih sempurna dari sekedar cerita masa lalu. Kami sama-sama sadar bahwa sekarang kami punya tanggungjawab kepada keluarga kami masing-masing. Dan kami harus bisa menjaga kepercayaan yg sudah diemban kepada kami.
Semuanya telah berbeda sekarang. Gw bukan lagi teman kosannya yg dengan leluasa keluar masuk kamarnya. Dan Meva bukan lagi bidak catur yg kecil dan nggak berdaya. Meva sekarang adalah menteri, bagi dirinya, dan seorang istri yg baik bagi suaminya. Tentu saja dia juga ibu yg penuh cinta untuk anaknya. Kalau dilempar lagi ke masa lalu, rasanya nggak pernah terpikirkan akan menemukan cerita semanis ini. Manis dan pahit, yeah tentu saja….
“……….”
“Oiya, sebelum kamu pergi, ada satu hal yg harus kamu tau,,” lanjut Meva.
“Apa itu?”
Meva diam sejenak, mengatur nafas, lalu bicara.
“Berat buat ngomong ini, tapi aku yakin kamu harus tau. Waktu kamu ungkapin perasaan kamu ke aku dulu,” ucapnya. “Sebenernya aku lagi nggak dengerin musik. Lagu di headset aku udah mati waktu kamu ngomong. Jadi….jadi sebenernya aku denger dengan jelas semua yg kamu ungkapkan waktu itu……..”
Gw tertegun. Ingin rasanya melompat kembali ke masa lalu dan mengulang hari itu. Tapi gw sebisa mungkin segera menguasai diri gw.
“Kenapa Va….?”
“Maafin gw Ri………”
“………”
“Bodoh banget yah?! Waktu itu aku bermaksud ngetes kamu,” ucapnya dengan nada menyesal. “Waktu itu aku yakin kalo kamu bener-bener sayang sama aku, kamu pasti bakal nembak aku untuk yg ke dua kalinya. Tapi…….”
“Tapi aku nggak pernah bisa ngungkapin itu…” sambung gw. Sangat sakit mendengar ini. Bukan, bukan karena pengakuan Meva, tapi gw sakit karena ternyata gw samasekali nggak pernah menyadari hal ini. Gw nggak pernah menduganya.
“Tapi,” kata Meva lagi. “Sekarang aku sadar…yg namanya cinta itu nggak melulu harus diungkapkan lewat kata-kata. Ada yg jauh lebih memahami itu……..”
“……….”
“Di sini…………..” Meva menyentuh dada gw. Hangat gw rasakan dari telapak tangannya yg lembut merambat di dada gw. Gw terdiam tanpa bisa menahan airmata di pipi gw. “Kamu mungkin nggak pernah mengungkapkannya Ri, tapi hati kecil aku tau. Semua yg pernah kamu lakukan, semua yg pernah kamu berikan, dan semua yg pernah kamu korbankan buat aku, itu jauh lebih berharga dari sekedar ungkapan cinta……”
Gw raih tangannya dan memeluknya lagi. Kali ini sangat erat. Gw sudah nggak bisa menahan laju airmata yg terus jatuh. Wajah gw sudah sangat basah sekarang. Tapi gw nggak peduli. Karena gw tahu, hari ini, gw mengerti sesuatu. Apapun keadaannya sekarang, kami sama-sama punya satu tempat spesial dalam hati kami. Samasekali nggak bermaksud mengkhianati pasangan kami saat ini, tapi apa yg sudah terjadi di masa yg lalu tentunya nggak bisa begitu saja terabaikan. Dan gw tentunya tau batasan yg ada.
“……….”
“……….”
“Ri…”
“Ya?”
“Sejak aku pergi, berapa kali kamu dengerin lagu Endless Love?” tanya Meva di sela isaknya, masih dalam pelukan gw.
Gw tersenyum sejenak lalu menjawab.
“Selalu,” jawab gw. “Setiap malam menjelang tidur, aku selalu dengerin Endless Love.”
Meva tersenyum. Sedih...
“Kamu tau, kenapa aku suka banget sama Endless Love?”
Gw menggelengkan kepala.
“Pertama kalinya aku denger lagu itu……..waktu aku meluk kamu di halaman rumah aku. Sejak saat itu aku suka banget lagu ini…”
“……….”
“So…” lanjutnya sambil melepas pelukannya. Kami saling pandang. “Lagu apa yg harus aku dengerin, kalo aku kangen kamu?”
Gw balas tersenyum. Menatap awan di langit selama beberapa detik, lalu menjawab.
“Over The Rainbow,” kata gw pelan. “Aku selalu suka sama lagu itu.”
Meva tersenyum lagi lalu usapi airmatanya yg kembali jatuh…
Dan sore itu jadi sore yg nggak pernah terlupakan di hidup gw. Saat semua kerinduan terobati. Saat semua pertanyaan akhirnya terjawab. Saat semua pengakuan akhirnya terungkapkan. Dan saat semua mengerti bahwa ada batasan antara masa lalu dan masa kini. Gw nggak pernah sedikitpun menyesali apa yg sudah terjadi di masa lalu. Tanpa masa lalu, gw nggak akan pernah ada di sini. Dan tanpa Meva, mungkin gw nggak akan pernah jadi gw yg sekarang.
Dan sore itu, dalam kepala gw, seperti mengalun sebuah lagu…….
My love..
There's only you in my life
The only thing that's right
My first love..
You're every breath that I take
You're every step I make
And I
I want to share
All my love with you
No one else will do...
And your eyes
They tell me how much you care
Ooh yes, you will always be
My endless love…
Two hearts,
Two hearts that beat as one
Our lives have just begun
Forever,
I'll hold you close in my arms
I can't resist your charms
Oh, love
I'll be a fool for you
I'm sure
You know I don't mind
Oh, you know I don't mind
'Cause you,
You mean the world to me
Oh..
I know
I've found in you
My endless love
And yes..
You'll be the only one
'Cause no one can deny
This love I have inside
And I'll give it all to you
My love,
My Endless Love………….
~Selesai~
16 Juli 2011
pujangga.lama a.k.a Ari
16 Juli 2011
pujangga.lama a.k.a Ari
JuliusMX dan 26 lainnya memberi reputasi
25
Tutup