Aku sampai di perrmukaan air dan terapung. Ini adalah permukaan sebuah lubang air yang tak begitu besar, mungkin lebarnya hanya dua kali panjang badan ku. Langit yang ku lihat di sini jauh lebih terang dengan warna kuning tua. Udaranya pun terasa lebih hangat tanpa aroma melati. Segera ku gerakkan
Hasan terus berjalan di depan ku. Dia sama sekali tak menoleh kemana pun, seolah dirinya begitu yakin bila tujuan kami tepat di depan mata. Cukup lama kami tak saling bicara lagi. Entah berapa ribu langkah yang telah ku lalui sejak pembicaraan kami yang terakhir. Dekat yang dimaksud Hasan ternyat...
Batu terlempar jauh ke depan dan memantul beberapa kali saat jatuh di tanah. Lemparan ku yang ke tiga ini masih saja tidak mengenai pohon besar dengan daun-daun berwarna merah tua yang menjadi sasaran ku. Aku mengambil batu keempat yang tergeletak di sebelah ku, batu biru tua dengan sedikit corak...
Tanah yang ku pijak sepertinya mulai terasa keras. Pasir lembut berwarna biru tua tak lagi memenuhi pijakan ku. Hanya tanah-tanah mengeras dan permukaannya yang bergelombang curam. Namun semua masih dengan corak yang sama, warna biru tua di sana-sini. Entah berapa lama aku berjalan, yang ku lihat...
Aku terbangun, sekeliling ku terlihat remang-remang saat aku berhasil membuka mata. Kepala ku terasa sedikit berat. Aku mencoba memejamkan mata ku lagi, berusaha memperbaiki fokus pandangan ku. Tapi sepertinya sia-sia, suasana remang-remang dalam ruangan ini memang begini adanya. Badan ku terasa ...