KOMUNITAS
Home / FORUM / All / Entertainment / The Lounge /
Aku Jawa, Tapi Jawanya Tegal
KASKUS
51
244
https://www.kaskus.co.id/thread/62282c75a8e4454a1a08e425/aku-jawa-tapi-jawanya-tegal

Aku Jawa, Tapi Jawanya Tegal

Aku Jawa, Tapi Jawanya Tegal

Cangkeman.net - Sebagai orang yang cuma numpang lahir di Jakarta dan memiliki waktu kanak-kanak dan remaja di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, membuatku memiliki kesan kikuk nan canggung ketika kembali ke Jakarta 10 tahun yang lalu. Dari bahasa yang diganti dari nyong-koen jadi lu-gue, berangkat sekolah yang tadinya genjot sepeda juga harus berganti jadi naik angkot, hingga harus terbiasa dengan rumah-rumah kontrakan kecil ala kontrakan kelas menengah ke bawah di Jakarta yang sangat kontras dengan tempat tinggalku di Tegal yang terkenal sebagai kampung warteg; rumah layak istana, tapi penghuninya nggak ada.

Bertemu dengan berbagai macam jenis manusia di Ibu kota itu menyenangkan. Sewaktu SMK aja aku memiliki teman dari berbagai macam suku. Ada orang Jawa, Sunda, Medan, Padang, Kalimantan, Sulawesi, hingga Manado juga ada. Tapi kebanyakan dari mereka itu yah hanya orang tuanya saja yang lahir di kampung-kampung mereka. Kalau temanku sendiri kebanyakan sejak kecil sudah lahir dan besar di Jakarta. Sehingga hanya sedikit dari mereka yang mengerti tentang “kampung halaman” mereka.

Nah, aku yang emang dibesarkan di daerah, punya keunikan dan perbedaan. Logat ngapak -meski beberpa orang Tegal tidak mau disamakan antara bahasa Tegal dan bahasa ngapak- serta bahasa yang masih sering kecampur aduk layaknya sega lengko ini masih melekat dan turut mengundang tawa dan ledekan dari teman-temanku. Tak jarang mereka juga menyuruhku untuk berbicara dengan bahasa ngapak. Bahkan hari pertama masuk sekolah, aku disuruh salah satu pengajar untuk menceritakan kenapa aku memilih sekolah tersebut dengan bahasa Tegal. Ditambah lagi dengan membacakan Pancasila yang tentu saja dengan bahasa Tegal. Entah ini masuk penghinaan dasar negara atau tidak yah hahaha.

Meski sudah banyak orang yang mengetahui dan mengenal orang Tegal khususnya dari para pedagang-pedagang Warteg, namun tetap saja, selain logat dan bahasanya yang mereka nilai lucu, hanya sedikit sekali orang yang mengetahui Tegal secara keseluruhan. Mereka taunya yah orang Tegal yah orang Jawa, padahal yah enggak gitu juga yah wlaupun gitu sih.

Jadi gini, loh. Masyarakat umum, khususnya masyarakat di Jakarta kan taunya itu orang jawa yah lemah lembut, rapih, penuh dengan sopan santun dan ewuh pakewuh gitulah. Tapi hal-hal semacam itu sangat tidak Tegal banget, walaupun Tegal yah juga Jawa. Boro-boro jadi orang lemah lembut, dari segi bahasa aja kayanya kami memang didesain untuk tidak berlemah lembut. Sama seperti bahasa Suroboyoan yang sangat nyenengi buat misuh. Bahasa Tegal yah mirip-mirip seperti itu strukturnya, cuma ada sedikit cengkok-cengkok yang berfungsi juga untuk mempersedap ketika kita sedang gibahin orang yang biasanya diawali dengan kalimat “Eh ngerti ora, Koen..?”

Salah persepsi tentang orang Tegal ini jadi masalah di kehidupanku di Jakarta, khususnya di tempat kerja. Di tempat kerja awal mula masuk kantor itu seringnya ditanya asal-usul, orang mana, sebelumnya kerja di mana gitu yahh. Nah, saat mereka tau aku orang Tegal, mereka memperlakukanku layaknya orang jawa yang ada di pikiran mereka, yaitu lemah lembut dan penuh kesahajaan. Bahkan ketika aku sedang banyak berdiam diri di kantor nih, nanti ada aja yang bilang, “Orang jawa dia, makanya dia pendiam, ga banyak omong.”

Padahal yah perkara aku pendiam itu emang pada waktu dan tempat tertentu aku pendiam, itu bukan karena aku orang jawa. Biasanya juga kebanyakan orang Tegal malahan banyak omong. Kita itu demen banget cerita apa aja kalau udah kenal mah. Coba dah riset makan di warteg, pelayannya walaupun sambil ngelayanin juga masih disempet-sempetin ngobrol sama pelayan yang lain atau bahkan sama pembelinya. Emang tuh mulut seneng banget nyerocos kayanya.

Aku juga sebagai salah satu orang yang menganut paham “yes man” serta karakter yang “tidak enakan” sama orang lain juga kadang dianggap sebagai karakter yang njawani. Ada yang mengaitkannya dengan filosofi kerisnya orang jawa yang diletakkan di belakang yang artinya selalu lemah lembut di depan lawan bicaranya dengan menyembunyikan kekuatannya. Yah benar sih kerisnya orang Tegal juga diletakkan di belakang, tapi kan kekuatan orang Tegal bukan pada kerisnya, tapi pada cangkemnya....

Ada benarnya juga sih kadang ketika kita bergaul, kita perhatikan dari mana asal dari lawan pergaulan kita agar kita dapat menyesuaikan diri tentang cara komunikasinya. Tapi mbok yah jangan nanggung kalau mau cari tau tentang asal muasal dan kebiasaan lawan bergaul. Jangan info yang kamu tau sedikit malah jadi patokan. Eh udah sedikit, salah pula. Hadeh.. 


Tulisan ini ditulis oleh Fatio Nurul Efendi di Cangkeman pada tanggal 21 Januari 2022.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
Sharkman081 dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Kepriben kiye?

Kowe wis kencot apa durung?
Ya madang disit lah, nganti kewaregen ya kena.
Olih ikih.

Temenan ora lombo.
Sumpah lah. Busung, mlembung, njetor, mabur.
profile-picture
profile-picture
profile-picture
bukan.bomat dan 5 lainnya memberi reputasi
profile picture
jw.89
KASKUS Maniac
mboten mbak, dalem sampun dhahar... emoticon-Big Grin emoticon-coffee
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
×
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved
Ikuti KASKUS di