Balasan dari The Dancing Plague; Wabah Menari Sampai Mati

Assalamualaikum.
Selamat siang, GanSist.
🤗

Masa pandemi belum berakhir, tetap jalankan prokes di mana pun berada, ya.

Pagi ini aku mau ngangkat pembahasan pandemi juga. Tapi, pandemi pada zaman dulu, sekitar tahun 1518.

Wabah menari atau The Dancing Plague.

Menurut Wikipedia;

Spoiler for Wikipedia;:

Wabah menari (atau epidemi tarian) tahun 1518 adalah kasus mania menari yang terjadi di Strasbourg, Alsace, (bagian dari Kekaisaran Romawi Suci) pada bulan Juli 1518. Sekitar 400 orang menari selama berhari-hari tanpa istirahat. Selama sekitar satu bulan, beberapa dari mereka yang terkena tumbang, atau bahkan meninggal karena serangan jantung, stroke, atau kelelahan.

Spoiler for lanjutannya;:

Sebagaimana dikutip dari buku The Dance Manias of The Middle Ages, Frau Troffea tidur selama beberapa jam, kemudian bangun dan memulai tarian anehnya lagi. Pada hari ketiga, sepatunya basah oleh darah. Dia kelelahan, tetapi tidak bisa mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Para warga setempat menyaksikan kasus ini sampai, beberapa hari kemudian, Frau Troffea dibawa ke sebuah gereja untuk disembuhkan. Namun sayang, semuanya sudah terlambat.

Setelah kasus Frau Troffea, penduduk Strasbourg lain menari di jalanan. Menurut History, pada awalnya hanya tiga puluh orang yang menari, tetapi dengan cepat melesat menjadi lebih dari 400 orang. Mereka baru berhenti menari ketika kaki mereka lecet atau mati kelelahan.

Penyebab jelasnya masih tidak diketahui.

Kasus ini tidak berhenti pada akhir bulan Juli 1518, karena pada bulan Agustus semakin banyak penduduk Strasbourg yang turun ke jalan-jalan dan mulai menari. Hal ini membuat mereka yang normal (tidak menari) menjadi ketakutan. Semakin lama, para "penari" semakin tampak seperti orang yang marah.

Para warga Strasbourg yang melihat fenomena ini pun mulai berdebat perihal siapa yang harus disalahkan: Tuhan atau iblis. Pada saat itu, ada ratusan orang yang menari di jalanan sampai mereka berkeringat, berdarah, dan mengalami kelelahan yang luar biasa. Diperkirakan sebanyak 15 orang meninggal setiap hari akibat wabah ini.

Kalo kasus ini terjadi sekarang kemungkinan besar juga bakal dikira kesurupan setan. Ahelah, setan terus yang jadi tersangkanya. 🥲

The Dancing Plague; Wabah Menari Sampai Mati

Diterima atau pun ditolak, memang kesadaran masyarakat akan depresi ini masih sangat kurang. Kalau ada yang "mengeluhkan" atau "mengadu" seputar depresi mereka, masyarakat luas belum banyak yang peduli, bahkan terkesan menyepelekan. Padahal, depresi ini bukan masalah sepele.

Eh, eh, kok aku malah udah bahas depresi, emang sebab wabah ini depresi?

Ini dia;

Spoiler for Penelitian;:

Paracelsus, seorang dokter dan alkemis, mengunjungi Strasbourg pada tahun 1526, selang beberapa tahun setelah insiden wabah menari di tahun 1518. Dia adalah orang pertama yang menulis penelitian tentang Frau Troffea. Dia juga adalah orang pertama yang menggunakan istilah "koreografi" untuk menggambarkan penyakit menari.

Untuk penyebab wabah menari, Paracelsus memiliki pendapatnya sendiri. Setelah melakukan penyelidikan, diketahui kalau suami Frau Troffea sangat membencinya ketika dia mulai menari di jalanan. Paracelsus dan beberapa orang di Strasbourg percaya kalau dia memulai tariannya hanya untuk mengisengi suaminya.

Melansir dari buku The Dancing Plague, Paracelsus menjelaskan tiga penyebab utama wabah menari. Pertama, penyakit ini lahir dari imajinasi. Kedua, orang-orang mungkin ikut menari karena mengalami frustrasi seksual. Ketiga dan terakhir, Paracelsus merasa kalau para istri yang tidak bahagia adalah penyebab utama dari wabah menari.

Balik ke "Frau" sebentar, Frau ini panggilan Nona atau Mrs, ya. Itu kenapa beda sumber, beda pula penyebutannya.

The Dancing Plague; Wabah Menari Sampai Mati

Nah, dari penjelasan tersebut kita jadi tau kalau banyak yang mengira si Nona Troffea ini hanya mengisengi suaminya yang memang benci dengan tarian.

Sumber lain juga menyebutkan kemungkinan wabah ini karena jamur!

Jamur, Gaes! Serius.

Seperti ini;

Spoiler for teori modern;:

Teori modern menyebutkan bahwa wabah ini disebabkan keracunan makanan yang disebabkan oleh produk kimia beracun dan psikoaktif dari jamur api (ergot), yang umumnya tumbuh pada biji-bijian keluarga gandum (seperti gandum hitam). Ergotamine adalah produk psikoaktif utama dari jamur api; zat itu secara struktural terkait dengan obat rekreasi lysergic acid diethylamide (LSD-25), dan merupakan substansi dari mana LSD-25 awalnya disintesis. Jamur yang sama juga telah terlibat dalam anomali sejarah utama lainnya, termasuk pengadilan penyihir Salem. Waller berspekulasi bahwa tarian itu adalah "stres yang disebabkan psikosis" pada tingkat massa, karena wilayah di mana orang-orang menari itu penuh dengan kelaparan dan penyakit, dan penduduknya cenderung mempercayai takhayul. Tujuh kasus wabah menari lainnya dilaporkan terjadi di wilayah yang sama pada abad pertengahan.

Nah!
Apalagi korban setelah Frau Troffea adalah perempuan-perempuan juga. Bisa saja, mereka kena uap masakan dari jamur yang mereka masak. Efek racun dari beberapa makanan ada yang langsung menyerang organ tubuh, ada pula yang asapnya terhirup bisa mempengaruhi kerja otak.

The Dancing Plague; Wabah Menari Sampai Mati

Nah, muncul juga wacana penyebabnya histeria masal. Histeria masal ini seperti saat kita melihat seorang bertingkah, ada dorongan dari dalam diri kita untuk mengikutinya.

Misal kita lagi di lapangan, joging, trus melihat seorang yang asyik banget menari, nah, kita jadi tiba-tiba berhenti, pengen ikut nari kayak dia juga. Seperti itu gambaran simpel dari histeria masal.

Balik ke penelitian Dokter Paracelsus yang poin ketiga, penyebab utama adalah istri tidak bahagia.

Nah, loh!
Ini yang tadi aku singgung di atas tentang depresi.

Kehidupan pernikahan itu tidak melulu berisi yang indah-indah saja. Pernikahan itu proses panjang yang diperlukan adalah dua orang yang bekerjasama, saling asih, saling dukung, dan saling-saling lainnya untuk mencapai tujuan pernikahan itu sendiri.

Paling penting juga, jangan salah cari pasangan.

Makanya, aku suka gemes kalau ada dedek-dedek gemes yang getol pacaran terus hamil duluan, trus buru-buru nikah, trus numpang di rumah orang tua, trus bayinya diasuh orangtuanya. Bocah punya anak bayi. 😭😭😭

Giliran berantem ama lakiknya bilang semua lakik sama bejatnya. Dulu sapa yang milih kimpoi sama dia, Marniiiiiiiiiiiiiii?
Mana bisa mikir panjang, sih, mereka-mereka itu?

Belajar dulu sampai lulus, abis itu raih cita-cita dulu. Minimal ditempa kerasnya dunia dulu biar bisa tambah dewasa, baru, deh nikah.

The Dancing Plague; Wabah Menari Sampai Mati

Setidaknya mengurangi risiko perempuan-perempuan yang akan terkena depresi. Karena kehidupan perempuan setelah menikah itu tidak sesimpel ketika lajang.

Ada baby-blues, post partum depresion, belum lagi tekanan-tekanan dari luar yang kudu mereka hadapi.

Kenapa aku konsen ke perempuan?
Yah, karena perempuan itu hatinya dipakai 9 baru bisa pakai satu akalnya. 😶 Perempuanlah yang rentan depresi.

Yang udah terlanjur nikah gimana?
Ya nggak gimana-gimana.

Terus jadi perempuan pembelajaran. Buka wawasan. Terus beraktivitas. Karena dengan beraktivitas, jiwa perempuan akan fokus ke karya. Pikirannya akan terus digunakan untuk terus berkembang.

Udah dulu, ya.
Salam sayang untuk sesama perempuan.
Cintai diri sendiri.
See you, soon!
❤️