KOMUNITAS
Home / FORUM / All / Story / ... / Stories from the Heart /
Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]
KASKUS
51
244
https://www.kaskus.co.id/thread/5d4d9c1a68cc956eed0d4107/muara-sebuah-pencarian-true-story-18

Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] SEASON 1 - TAMAT

Selamat Datang di Thread Ane Gan/Sis 


Muara Sebuah Pencarian [TRUE STORY] [18+]


Kali ini ane ingin sekali bercerita tentang seluk beluk perjalanan cinta ane yang mana sudah lama banget mau ane ceritakan, karena ane cukup mual juga kalau memendam kisah-kisah ini terlalu lama, ada yang mengganjal dihati, hitung-hitung sebagai penebusan dosa..hehe.. Mohon maaf juga sebelumnya karena ane masih nubie, mohon bimbingannya ya gan sis agar trit menjadi lebih menarik untuk dibaca.

Terima kasih Gan Sis telah mendukung dan membaca Trit ini sehingga bisa menjadi HT di bidang STORY. Semoga kedepannya ane selalu bisa memperbaiki tulisan ini dengan baik sehingga semakin enak dibaca.


Spoiler for INDEX:


Spoiler for "You":



Spoiler for MULUSTRASI:


Spoiler for Peraturan:


Selamat membaca kisah ane yang menurut ane seru ini ya gan/sis.


Menurut ane, lagu ini kurang lebih mewakili diri ane di masa lalu gan sis


Quote:


Quote:


Quote:

Quote:

profile-picture
profile-picture
profile-picture
al.galauwi dan 109 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh yanagi92055
102
SEASON 2


S2.01 A NEW HOPE

Gue sangat berat menjalani kehidupan setelah kejadian pernikahan Keket itu. Karena itu pulalah efeknya jadi sangat jelek buat gue. Gue jadi orang yang suka-sukanya kalau sama cewek. Walaupun gue juga udah mengenal beberapa cewek tetep aja nggak bisa mengurangi kesedihan gue yang amat besar.

Kantor gue juga udah ada nerima beberapa karyawan baru, dan diantaranya ada cewek juga. Cewek ini dimasukkan kebagian keuangan. Karena untuk bagian teknik seperti gue kebanyakan cowok, tapi ada juga ceweknya. Kantor ini akhirnya nggak kering-kering amat akan kaum hawa. Hehe.

Fenita nama cewek itu. Cewek yang mungil dengan tinggi badan 157 cm, kulitnya nggak begitu putih, tapi terlihat terawat banget. Rambutnya yang sebahu dibiarkan tergerai dengan highlight coklat tua. Anak ini manis banget loh. Dulu mindset gue, anak cantik itu kulitnya putih atau kuning langsat, rambut panjang.

Ternyata itu semua luntur karena gue melihat anak ini. Bapak-bapak dikantor gue juga sepertinya kesengsem ngeliat anak ini. Terutama yang udah punya jabatan. Bangs*t emang, menang jabatan buat bisa lebih deket sama bawahan yang kinyis-kinyis itu itu ngehe banget sih haha.

Perkenalannya juga terbilang cukup cepat dan ternyata anak ini mudah sekali bergaul dengan orang baru. Mungkin karena emang pembawaan dia yang ramah dan supel. Nggak berapa lama habis berkenalan, dia mendadak jadi terkenal di kantor. Maklum kantor gue kebanyakan laki-laki dan bapak-bapak, kala itu gue yang paling muda dan masih baru juga dikantor.

“Ija.” Kata gue sambil menjulurkan tangan ke dia.

“Fenita. Panggil aja saya Feni Mas.” Katanya sambil menjabat tangan ane dan tersenyum.

“Waduh jangan panggil gue mas, masih muda gue Fen. Haha.” Kata gue.

“Haha. Oh iya, maaf Ja. Disini kayaknya lo yang paling junior ya?” tanyanya.

“Iya Fen. Hehe.”

“Pantes, muka lo masih muda banget dibanding yang lain. Haha. Lo baru lulus Ja?”

“Haha, bisa aja lo Fen. Iya Fen gue lulus kemarin, tapi baru wisuda bulan kemarin.”

“Wah kita seangkatan dong Ja. gue juga baru lulus kok. Dan udah wisuda dari taun kemarin juga. Hehe.”

“Iya ya? asik lah ya. hehe. akhirnya nemu temen yang satu era, disini bapak-bapak semua, suka garing kalo becanda Fen.”

“Tapi kenapa lo wisudanya agak telat Ja? iya, gue udah liat gelagat bapak-bapak disini, agak risih sebenernya gue Ja, soalnya kayak pada celamitan. Mudah-mudahan pada baik-baik ya sama gue. hehe. Btw kenapa wisuda lo telat Ja?”

“Gue sempet ada kegiatan keluar negeri dulu Fen, terkait sama akademik juga sih sebenernya, beberapa bulan aja kok. Tapi itu lumayan nyita waktu jadinya gue sidangnya juga udah jelang akhir taun. Jadinya wisuda gue juga harus mundur. Bapak-bapak disini baik-baik kok, cuma karena disini kering cewek makanya begitu masuk cewek, mereka jadi berasa dapat angin segar. Minimal bisa ada yang diliat kan setiap hari. Haha.”

“Wah mantep dong Ja. kemana? Asyik ya keluar negeri gratis. Hehe. lo emang lulusan mana? Wah iya mudah-mudahan aja gue bisa diterima disini dengan baik dan aman-aman aja ya. hehe.”

“Ke Perancis. Hehe. Gue lulusan ……………. Hehe. Pokoknya aman udah, kalo nggak aman masih ada gue disini Fen.”

“WAAAAH. Asik banget. Impian gue banget itu kesana Ja dan lo bisa kesana gratis? Gile keren banget lo. Iya Ja makasih ya.”

Obrolan singkat itu berakhir dan gue kembali ke meja gue dan melanjutkan pekerjaan. Feni juga kembali keruangan keuangan. Ruangan keuangan terpisah dengan tim lainnya, mungkin biar aman kali ya. hehe.

--

“Kak, weekend ini mau kekampus ga lo? ada acara di auditorium kampus nih. Mayan juga acara seni budaya gitu. Kan kampus kita ada semacam paguyuban mahasiswa daerah tuh, nah nanti ada acara yang nampilin ragam budaya daerah asal. Mau nggak?” ajak Dee.

“Wah boleh tu. Yaudah gue nanti dateng deh. Gue ajak siapa ya kira-kira Dee?” kata ane.

“Dih. Ya terserah lo deh kak. Mau ajak siapa juga.” Katanya ketus ditelepon.

“Hahaha. Gitu aja langsung judes lo Dee. Ya gue ajak lo lah.” Kata ane.

“Terserah lo kak.” Dia menutup telponnya.

Gue udah cukup intens dengan Dee. Aura positif udah gue cium dari dia. Gue banyak nyambung ternyata ngobrol sama dia, walaupun kami memiliki perbedaan besar soal hobi. Tapi gue saat itu belum mau menjalin hubungan dengan Dee. Ya sebatas teman dekat aja dulu. Itung-itung daripada kosong banget kan, jadi yaudahlah jalanin aja dulu sama Dee. Gue juga nggak ada niat macem-macem sama dia. Gue Cuma mau ngelupain Keket dan segala kenangan yang udah dia kasih, walaupun itu sampai sekarang nggak pernah bisa hilang dari pikiran gue.

“Dee, gue udah didepan kostan lo nih. Lo udah siap?”

“Sebentar ya Kak.”

Sebentarnya anak cewek ternyata bisa membuat gue menghabiskan sebungkus cilor dan juga somay plus menunggu proses pembuatannya. Yaudahlah gue juga nggak mempermasalahkan itu karena gue nggak ngejar waktu apapun.

“Hai kak. Maaf ya lama. Hehe.”

“Hai. Yuk.”

“Lo marah ya?”

“Ha? Nggak kok Dee. Haha. Maaf ya ketus kesannya ya.”

“Iya ketus banget kayak abis makan cabe rawit lo.”

“Haha bisa aja lo Dee.”

“Yaudah yuk.”

“Eh lo pake kacamata sekarang?
Perasaan waktu awal-awal kenal nggak.”

“Gue emang pake sebenernya dari dulu, tapi gue nggak terbiasa, tapi karena sekarang gue mulai rada burem karena silinder sebelah kanan yang mungkin nambah, gue harus make terus. Terpaksa.”

“haha gitu ya kak. Sip deh. Topi lo juga bagus, pas banget lo pake topi gitu kak.”

“Style gue dari dulu gini sebenernya, Cuma karena dulu gue rambutnya gondrong, jadi jarang gue pake topi Dee. Hehe.”

Gue dan Dee berjalan kaki menuju dari kostannya dia menuju ke auditorium. Kami melewati jalan yang lebarnya sekitar 5 meteran tapi karena banyak mahasiswa jalan dan juga banyak yang jualan, jalan ini jadi berasa sempit banget. Suasananya juga kayak pasar banget deh, rame, hiruk pikuk. Maklum waktu itu adalah waktunya makan malam.

“Kak gue mau beli tahu goreng itu sebentar ya.”

“Oke Dee.”

Gue memperhatikan sekelililing gue dan keberadaan Dee cukup mencuri perhatian orang-orang yang lewat terutama para cowok. Kenapa? Ya Karena mirip Olivia Jensen coy. Kulitnya emang nggak seputih Zalina atau Keket, ditangannya ada rambut-rambut tipis berwarna agak keputihan, jadi sekilas kayak nggak ada rambutnya disana, tapi begitu dideketin, baru deh keliatan, tapi pesona dia tetep aja bikin anak-anak cupu dikampus gue menoleh. Kata orang, kalau ada rambut ditangan gini mah nafsuan artinya. Haha. Entahlah dan gue nggak berpikir sampai situ.

Dia ketika itu potongan rambutnya adalah Bob, sangat pas dengan wajah dia yang agak membulat, tapi dengan potongan itu dia banyak disangka anak SMA malahan. Plus rambutnya yang nggak terlalu hitam banget membuat dia jadi kayak pas aja komposisi fisiknya. Bemper depan maupun belakang sangatlah jauh berbeda dengan Keket. Badannya yang semampai dengan dada yang nggak terlalu besar dan bemper belakang yang nggak terlalu menonjol membuatnya pas proporsi tubuhnya. Kalau kayak Keket yang maju depan mundur belakang ya malah aneh. Haha.

“Heh, napa lo bengong kak? Ini buat lo.” Katanya seraya menyerahkan satu plastik gorengan.

“Nggak apa-apa kok Dee. Gue keingetan memori masa lalu dijalan ini. Hehe. Masih belum banyak berubah ya. Kostan yang nyampur sama rumah warga itu tetep nggak bikin sinergis mahasiswa sama orang kampung sini ya. Orang sini tetep aja ada yang norak dan sok suci. Haha.”

“Haha emang iya kak. Malah kemarin ini gue sempet denger katanya anak mahasiswa Fakultas D kegep mesum sama warga.”

“Terus lo percaya?”

“Ya nggak lah kak. Warga disini mah lebay-lebay banget orangnya. Malesin. Haha.”

“Haha bagus-bagus. Sepemikiran lo sama gue Dee.”

Kami pun berjalan melewati tembok tembusan yang menjadi pembatas antara lingkungan kampus dan desa disekitaran kampus. Akses jalan ini menjadi salah satu akses jalan favorit para mahasiswa disini, karena begitu keluar dari lingkungan kampus, semua fasilitas yang dibutuhkan mahasiswa itu ada. Mulai dari makanan, minuman, kang fotokopi, minimarket, kost-kostan bener sampe kost-kostan bebas yang bisa buat mesum, sampai kang gorengan yang menjual buku-buku secondhand serta buku-buku bajakan, ada semua disini.

Sesampainya di auditorium utama, tempat gue di wisuda S1 dulu dan bisa ngeliat penampakan rektor secara langsung, kami disambut ramah oleh para panitia yang seperti among tamu di pintu masuknya. Gue dan Dee memilih untuk duduk di tribun atas di sisi sebelah kanan panggung.

“Gile rame banget ya.” Kata ane.

“Lo emang dulu nggak pernah dateng ke acara kayak gini?” tanyanya.

“Nggak pernah Dee. Gue kan suka pulang kalo weekend karena mesti latian band. Hehe.”

“Oh iya, lo masih aktif ngeband sampai sekarang kak?”

“Masih Dee. Tapi kayaknya panggungan bulan april nanti bakalan jadi yang terakhir buat band gue Dee. Karena gue udah nggak ada manajer, plus gitaris gue mau cabut karena keterima kerja di Australia.”

“Yah sayang banget ya kak. Padahal gue sekali-sekali mau tuh liat lo manggung. Hehe.”

“Ntar ikut aja Dee, gue manggungnya masih di kota ini juga kok. Dikampus tetangga kita noh.”

“Oh disana? Yaudah gue bisa ya dateng berarti?”

“Bisa dong. Silakan aja. Hehe.”

Gue dan Dee menikmati pertunjukan malam itu dengan perasaan yang senang. Setidaknya gue terhibur sama pertunjukan seni budaya khas daerah-daerah asal para mahasiswa. Enaknya kalau dikampus yang diminati calon mahasiswa dari seluruh negeri ya gini ini. Jadi bisa tau dan bertukar kebudayaan dan kebiasaan-kebiasaan yang mungkin nggak kita temui dikehidupan sehari-hari kita sebelumnya.

profile-picture
profile-picture
profile-picture
sampeuk dan 39 lainnya memberi reputasi
Diubah oleh yanagi92055
profile picture
life must go on ya ja emoticon-Big Grin
Memuat data ...
1 - 1 dari 1 balasan
×
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved
Ikuti KASKUS di