si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Formil Talk: Ekor Naga Kembali Senggol Sarang Garuda
Quote:


Formil Talk Chapter 4: Ekor Naga Kembali Senggol Sarang Garuda


Entah apa yang dikerjakan para wartawan Indonesia, sampai berita penting terkait masuknya kapal Penjaga Pantai China berbobot 12.000 ton luput dari pemberitaan. Penulis sendiri mendapat informasi penting ini dari artikel indomiliter.comyang diterbitkan pada 12 Januari 2023 lalu. Padahal website ini notabenenya adalah website khusus yang membahas tentang alutsista dan dunia militer. Sementara salah satu media nasional mainstream baru memberitakan hal ini dua hari kemudian. Dan sejujurnya tidak banyak media yang ikut memberitakan hal penting ini, sepertinya berita lato-lato lebih menarik disampaikan ke publik daripada berita masuknya kapal Coast Guard yang dijuluki The Monster ini.

South China Morning Post adalah salah satu media China yang memberitakan masuknya kapal Coast Guard yang bernama Haijing ke wilayah Natuna, menurut data pelacakan; kapal penjaga pantai berukuran jumbo itu terlihat wara-wiri di sekitar Natuna pada awal tahun ini dan akhir tahun lalu. Tepatnya kapal berlayar di sebelah utara Provinsi Kepulauan Riau.

Kapal penjaga pantai itu diketahui bernama Haijing dengan nomor lambung 3901, kapal dilaporkan meninggalkan pelabuhan Sanya di Pulau Hainan pada 16 Desember 2022 dan tiba di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia pada 30 Desember 2022.

Quote:


Laporan South China Morning Post itu juga telah diverifikasi oleh Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) melalui Automatic Identification System (AIS). Dalam keterangannya kepada Reuterspada 12 Januari 2023, peneliti IOJI Imam Prakoso membenarkan jika kapal yang dimaksud sudah bewara-wiri di Laut Natuna sejak 30 Desember sampai hari ini (thread dipublikasikan).

Dari berbagai laporan yang muncul, baik dari media China dan peniliti IOJI semakin memperkuat dugaan analis pertahanan, yang menyebut kapal coast guard monster ini punya endurance berlayar hingga satu bulan tanpa melakukan pembekalan ulang (berupa logistik dan bahan bakar). Kapal ini adalah kapal penjaga pantai terbesar di dunia, dan di kalangan personel China Coast Guard, kapal ini dijuluki "Monster Ship" atau "The Monster"; lantaran bobotnya yang mencapai 12000 ton dan punya kecepatan maksimal 25 knots.


Berebut Harta Karun di Natuna


Menurut para analis maritim dan pertahanan, kemunculan kapal monster ini dinilai sebagai sebuah alarm (peringatan) bagi Indonesia dan Vietnam. Seperti yang diketahui, kedua negara sedang menegosiasikan ulang batas ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) mereka yang saling tumpang tindih. Jika kedua negara setuju mengenai batas baru ZEE, Indonesia kelak akan bersedia mengeskpor gas untuk kebutuhan Vietnam.

Selanjutnya Indonesia akan mengembangkan ladang gas Tuna (Blok Tuna) di Laut Natuna dengan perkiraan investasi sekitar dari US$ 3 miliar hingga dimulainya produksi. Sementara itu, Beijing terus menentang eksplorasi ladang gas dan minyak oleh Indonesia di Blok Tuna, yang terus mereka klaim sebagai wilayahnya. Beijing juga menentang Hanoi yang juga mengeksplorasi gas dan minyak di Blok Chim Sao. Beijing mengklaim kedua wilayah yang dieksplorasi Hanoi dan Jakarta sebagai miliknya berdasarkan bukti sejarah.

Salain Blok Tuna milik Indonesia, kapal Coast Guard Haijing juga terlihat wara-wiri di dekat ladang gas dan minyak Chim Sao Vietnam. Di sisi lain, eksplorasi gas dan minyak oleh Jakarta dan Hanoi sudah mendapat restu dari Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS), lembaga ini memberikan hak navigasi kapal melalui ZEE kedua negara, setelah adanya kesepakatan ZEE antara Indonesia dan Vietnam.

Quote:


Pada tahun 2021, kapal-kapal dari Indonesia dan China saling membayangi selama berbulan-bulan di dekat anjungan minyak submersible yang berada di Blok Tuna. Beijing lalu meminta Jakarta untuk menghentikan aktivitas pengeboran gas dan minyak di Natuna yang diklaim sebagai milik China. Negara terbesar di Asia Tenggara itu lalu mengatakan bahwa, di bawah aturan UNCLOS, ujung selatan Laut China Selatan adalah zona ekonomi eksklusif Indonesia, dan menamai wilayah itu sebagai Laut Natuna Utara pada 2017.

China menolak klaim Indonesia, dengan mengatakan bahwa wilayah Natuna berada dalam klaim teritorialnya yang luas di Laut China Selatan yang ditandai dengan "sembilan garis putus-putus" (nine dash line) berbentuk U. Tetapi Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag mengaskan jika klaim China tidak memiliki dasar hukum pada tahun 2016, dan menyatakan jika Laut Natuna Utara adalah milik Indonesia.




Respon Bakamla dan TNI AL


Selama Haijing wara-wiri di Natuna, media tidak menyebutkan kehadiran kapal atau pesawat intai milik TNI AL, kapal milik Bakamla pun juga tak nampak saat Haijing tiba di Natuna. Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat Blok Tuna kini sudah mulai dieksplorasi, harusnya ada kapal Bakamla atau TNI AL yang siaga di Blok Tuna.

Sementara itu dalam keterangannya kepada Reuters, Laksamana Muhammad Ali (Kepala Staf TNI AL) menyebutkan sebuah kapal perang, pesawat patroli maritim, dan drone telah dikerahkan untuk memantau kapal tersebut. Tapi tidak disebutkan kapan waktu pengerahan alutsista yang dimaksud. KSAL menambahkan jika kapal Haijing belum melakukan aktivitas mencurigakan di Natuna, akan tetapi TNI AL akan tetap memantau pergerakan kapal tersebut karena sudah terlalu lama berad di ZEE Indonesia.

Sementara itu, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal) Laksamana Pertama Julius Widjojono kepada CNN Indonesiamenyebut akan mengecek terlebih dahulu informasi tersebut. "Mohon waktu ya," kata Julius kepada CNN Indonesia.

Quote:


Kepala Badan Keamanan Laut (Bakamla) Laksamana Madya Aan Kurnia dalam keterangannya kepada CNN Indonesiatelah memonitor informasi tentang Haijing.

"Telah mendispersi informasi ke Kementerian/Lembaga dalam daily brief, agar Kementerian/Lembaga yang asetnya di sana untuk dapat juga mengecek secara langsung," kata Aan kepada CNN Indonesia.

Aan menambahkan jika pihaknya segera mengirim dua kapal ke Laut Natuna Utara untuk memantau kapal yang dimaksud. "Bakamla rencana menggerakkan dua unsur (kapal) ke LNU (Laut Natuna Utara)," ujarnya kepada CNN Indonesia.

Di sisi lain, belum ada tanggapan resmi dari Pemerintah Indonesia terkait insiden yang sebenarnya menghebohkan, tapi malah kelihatan biasa saja di mata mereka. Sebagai tambahan informasi, Haijing pada Agustus 2022 lalu telah berpatroli di kawasan Kepulauan Spratly dan pada Oktober 2022 berpatroli di Laut China Selatan, di sebelah selatan Taiwan.

Lalu, bagaimana pendapat dan komentar Agan terkait insiden ini ? Dan langkah apa saja yag harus dilakukan ? Silakan berkomentar dibawah, sampai jumpa emoticon-Cendol (S)




-------------------




Referensi Tulisan: Reuters, indomiliter.com, South China Morning Post, CNN Indonesia
Sumber Foto: sudah tertera
Diubah oleh si.matamalaikat 17-01-2023 10:08
winardo32
geopoliticsgeek
accretia8
accretia8 dan 19 lainnya memberi reputasi
18
6.9K
260
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan