Raja Henry VIII, Membuat Agama Baru Demi Selingkuhan

Lahir pada 28 Juni 1491 di Istana Placentia yang berlokasi di Greenwich, Henry Tudor ialah putra kedua dari Raja Henry VII dan Elizabeth dari York. Saat lahir dia dibaptis oleh Richard Doxe, seorang Bishop of Exter, di gereja salah satu ordo Katolik yang disebut Ordo Fratrum Minorum di dekat istana. Pada usia beranjak 2 tahun, Henry ditunjuk sebagai Lord Warden of the Cinque Ports. Setahun berikutnya dia ditunjuk sebagai Knight of Bath dan Adipati York sebagai alat politik ayahnya.

Pasca wafatnya sang kakak, Arthur, pada usia 15 tahun akibat penyakit berkeringat yang baru saja menikah 20 minggu lalu dengan Catherine dari Aragon, Henry yang saat itu masih berusia 10 tahun ditunjuk sebagai Adipati Cornwall, Pangeran Wales dan Chester. Ayahnya, Raja Henry VII melimpahkan tanggung jawab yang begitu banyak kepada putra keduanya tersebut dengan ketat hingga Henry VIII jarang muncul di hadapan publik.

Raja Henry VII berusaha menjaga hubungan politik antara Inggris dan Spanyol, sehingga menawarkan putranya, Henry VIII untuk menikahi Catherine yang menjanda sepeninggal Arthur. Mereka akhirnya bertunangan yang pada saat itu Henry masih di bawah umur. Pada April 1509 ayahnya meninggal dan Henry VIII berhasil naik takhta menjadi Raja Inggris sekaligus mengumumkan akan menikahi Catherine. Setelah pernikahan mereka, Catherine keguguran dan beberapa bulan berikutnya berhasil hamil kembali. Putra pertama mereka lahir pada 1 Januari 1511 dan pesta besar-besaran diselenggarakan. Namun nahas, sang bayi hanya mampu bertahan selama 7 minggu. Pada tahun 1513 dan 1515 Catherine lagi-lagi mengalami keguguran hingga akhirnya pada Februari 1516, putri mereka lahir dan diberi nama Mary.

Hubungan pernikahan Henry dan Catherine cukup ruwet namun berhasil sedikit terobati setelah kelahiran putri pertamanya. Pada tahun 1510 akhirnya tersebar kabar bahwa Henry memiliki hubungan gelap dengan  Elizabeth  atau Anne Hastings, dari Huntingdon yang bisa dibilang sebagai selir. Elizabeth Blount pada akhirnya memiliki anak ‘haram’ dengan Henry yang diberi nama Henry FitzRoy. Putra ‘pertama’ tersebut segera diangkat menjadi Adipati Richmond pada Juni 1525.

Selain itu, Henry juga memiliki hubungan dengan Mary Boleyn, yang saat itu bisa dibilang sebagai asisten pribadi Catherine. Dari hubungan itu lahir dua orang anak yang diberi nama Henry Carey dan Catherine Carey namun tidak bisa dibuktikan apakah kedua anak tersebut hasil hubungannya dengan Raja Henry.

Pada tahun 1525 pernikahan Henry dan Catherine semakin berantakan karena istrinya tidak kunjung memberinya seorang putra sebagai penerus takhta yang sah. Karena desakan ambisi serta regulasi hukum yang ketat, Henry mengusulkan untuk bercerai dengan Catherine agar bisa menikahi wanita lain. Sayangnya peraturan gereja Katolik melarang adanya tindakan perceraian. Hal tersebut lantas membuat Henry geram.

Pada tahun 1534, buntut ditolaknya permintaan Henry karena Sri Paus bersikeras untuk tidak membolehkan adanya perceraian dengan Catherine, Henry memutuskan untuk mencabut otoritas Gereja-Gereja Inggris dari Roma, kemudian membuat sebuah cabang Kristen baru yang selanjutnya dikenal sebagai gerakan Reformasi Protestan. Gerakan ini membuat bahwa raja dan ratu Inggris memiliki kedudukan dan otoritas yang setara dengan Sri Paus, para rasul hingga nabi, demi mengesahkan tindakan perceraian dan poligami.

Selama 20 tahun berikutnya, banyak terjadi pergolakan agama di Inggris setelah Ratu Mary berusaha memulihkan Katolik dan mengusir para Protestan yang membuat Ratu Elizabeth I dan parlemennya semakin gencar menyuarakan gerakan ini selama kepemimpinannya pada 1558-1603.

Raja Henry VIII akhirnya dikenal memiliki 6 orang istri di mana 2 di antaranya diceraikan, 2 lainnya dihukum mati, 1 meninggal dan yang terkahir hidup bahagia.