Sumber Gambar

Kereta api merupakan sarana transportasi yang jadi favorit, khususnya di area Jabodetabek yang memang terintegrasi dengan sistem KRL. Rel kereta melewati berbagai tempat umum lainnya bahkan jalan raya.

Biasanya ketika kereta melewati suatu jalan raya atau jalan yang dilewati kendaraan, akan ada palang pintu dan sirine yang berbunyi menandakan datangnya kereta supaya para pengendara berhenti.

Namun sayangnya, tidak semua pengguna jalan berhenti saat kereta lewat.

Hal ini lantas membuat banyak sekali kejadian kecelakaan terjadi. Kasus kendaraan tertabrak kereta sebenarnya sudah banyak terjadi di Indonesia. Hal ini menandakan betapa rendahnya kesadaran masyarakat akan bahaya menerobos palang kereta api.

Dilansir dari kompas.com, berdasarkan data KAI sepanjang Januari-Juni 2022, sudah ada 95 kasus kecelakaan di perlintasan kereta api.

Yang baru-baru ini terjadi adalah seorang ojol yang tewas tertabrak kereta di pintu perlintasan kereta api Jakarta-Tangerang. Lalu di pertengahan bulan Agustus lalu juga sempat terjadi pengendara motor yang tewas disambar KRL di Pesing.


Sumber Gambar

Mengapa bisa begitu?

Dari sekian banyak alasan seseorang menerobos palang perlintasan kereta adalah karena buru-buru. Suatu alasan klasik yang sangat tidak worth it jika harus mempertaruhkan nyawa.

Entah apa yang ada di pikiran mereka sampai nekat menerobos pintu perlintasan. Biasanya, karena merasa kereta masih jauh, orang-orang yang tidak sabar ini akhirnya memutuskan untuk menerobos.

Mereka selalu merasa, "Ah, kereta masih jauh. Masih bisa lewatlah ini."

Padahal bagaimana cara dia tahu kereta masih jauh? Akhirnya keputusan menerobos palang perlintasan tanpa perhitungan yang matang malah membuat diri sendiri celaka. Pola pikir ini sangat berbahaya jika di depan perlintasan kereta api.


Sumber Gambar

Perlukah perlintasan diperketat?

Jika dilihat betapa tidak disiplinnya orang Indonesia. Mungkin perlu diperketat lagi untuk penjagaan palang perlintasan. Seperti pintu palang yang lebih susah untuk dilewati, atau ditambahnya jumlah petugas yang menjaga. Karena kalau hanya satu sulit juga mengaturnya.

Atau sekalian saja ada polisi yang menjaga palang perlintasan? Karena sepengalaman TS, orang-orang tidak ada yang berani menerobos jika ada polisi berjaga. Tapi apapun itu, semoga penjagaan di palang perlintasan kereta dibuat lebih serius lagi.

Satu pertanyaan yang harus kita renungkan bersama.

"Apakah buru-buru layak jadi alasan untuk kita mempertaruhkan nyawa?"

"Apakah kita lebih sayang waktu ketimbang nyawa?"



Kalian apakah ada pengalaman unik atau pernah melihat sendiri orang menerobos palang perlintasan kereta api? Menurut kalian gimana?

Referensi
Tulisan dan Narasi Pribadi Harry Wijaya