muyasyAvatar border
TS
muyasy
Penantian (COC_Cinta Lama Bersemi Kembali 2022)
pixabay



Hari ini, pernikahanku dengan Mas Tian sudah lima tahun lamanya. Kami saling memanjatkan doa yang terbaik dan mengaminkan bersama. Lalu, kusodorkan kotak persegi ukuran kecil berbalut kertas kado yang sudah kusiapkan kemarin siang.

Mas Tian heran dan bertanya, "Apa ini?

"Kado buat Mas. Buka aja."

"Tapi, Mas nggak nyiapin kado. Payah banget aku, ya," ucap lelakiku seraya menepuk jidatnya.

"Nggak usah mikirin kado buat aku. Aku udah dapat kemarin."

"Dari siapa?" Mas Tian bertanya lagi.

"Dari Mas Tian, lah. Udah, ah. Dari tadi nanya terus. Cepet, dong, dibuka kadonya," titahku.

Disobeknya bungkusan tersebut dengan tergesa. Sampai aku memperingatkannya untuk pelan-pelan saja. Dia hanya menyeringai melihatku yang sedang pura-pura cemberut.

Kini, dihadapannya terpampang benda tipis berbentuk stick. Ujungnya berwarna biru dan ujung lainnya berwarna putih. Akan tetapi, di tengah terdapat garis dua berwarna merah membuat Mas Tian terkejut.

"Ini ... kamu hamil?" ucapnya terbata.

Aku mengangguk. Mas Tian langsung memelukku dan menciumi wajahku, karena begitu senangnya mendapatkan kabar bahagia yang tidak terduga.

Aku pun sama tak kalah terkejutnya. Fase di mana haidku sering tidak lancar. Aku saat itu hanya menganggapnya biasa saja. Namun, banyak yang bilang badanku tampak beda dan mungkin aura dari kehamilan yang tidak kuketahui bisa dilihat oleh para ibu yang sudah berpengalaman.

Saat aku membeli tespek dan memakainya, siapa yang tak kaget melihat hasilnya? Aku langsung menangis pagi itu. Katanya, tanda-tanda ibu hamil akan mengalami pusing dan mual. Akan tetapi, aku tidak merasakannya satu pun. Hanya saja, aku malas untuk mandi beberapa minggu ini.

Kehamilan pertama kali ini kulewati tanpa adanya morning sickness. Pekerjaan di rumah jadi gampang aku kerjakan. Meskipun Mas Tian menyuruhku duduk saja, tetapi aku tidak betah hanya berdiam diri.

Entah, mungkin hari itu aku sedang sial. Setelah aku mandi sore itu, tidak sengaja aku terpeleset setelah ke luar dari kamar mandi. Alhasil, aku jatuh terduduk dan mengalami pendarahan. Aku pun keguguran.

"Dek, hari ini aku lembur lagi, jadi jangan tunggu aku sampai kamu ketiduran di ruang tamu. Tidur aja di kamar biar nggak masuk angin," titah Mas Tian seraya pergi ke tempat kerja.

Aku tidak menjawab ucapannya. Kesal karena dia mulai berubah. Setiap hari lembur dan pulang malam. Ucapannya tidak semesra dulu, lebih banyak sikapnya dingin dan sering kali aku memergoki dirinya lebih senang bercengkerama dengan ponselnya, ketimbang aku yang ada di sampingnya. Hubunganku beberapa bulan belakangan nampak biasa saja. Menjadikan aku berpikir jelek kepada Mas Tian.

Sampai kabar buruk pun berembus jika Mas Tian menduakanku. Aku pun berang dan datang ke rumah mertuaku untuk minta bantuan. Namun, tak dinyana perkataan ibu mertuaku meruntuhkan kepercayaan diri ini pada beliau.

"Pantes aja Tian nikah lagi. Kamu belum hamil juga."

"Jadi, ibu mendukung perbuatan Mas Tian itu?"

"Mungkin iya, karena semua orang pasti ingin memiliki anak dari pernikahannya. Tapi, ibu menyayangkan jika Tian nikah lagi tanpa sepengetahuanmu. Iklhasin aja."

"Tidak segampang itu, Bu!" Aku pun gegas pulang dengan tangis yang masih kusimpan. Bisa-bisanya aku tidak tahu jika Mas Tian terjerat wanita lain. Aku juga salah, kenapa aku belum hamil juga. Apa Tuhan tidak menyayangiku?

Tanpa pikir panjang aku menggugat cerai suamiku. Siapa yang mau hati ini diduakan? Meskipun badanku lemas dan kepala berdenyut nyeri, karena sering memikirkan masalah ini, aku tetap pergi meninggalkan rumah yang dulu kami bangun bersama.

Hanya sebulan persidangan gugatan cerai tersebut dikabulkan, akhirnya statusku berubah menjadi janda. Senyum seringai yang kutampakkan menjawab semua takdir tidak tebang pilih. Sebaik apa pun diriku atau dirinya, takdir akan selalu membersamai. Entah itu suka mau pun duka.

***

"Mbak Ratna nggak usah kerja dulu, kasian dedeknya di dalem pasti capek juga," ucap Fani, teman kerjaku di loundry.

"Kamu ada-ada saja." Aku langsung beranjak dan meminta izin untuk pulang lebih awal. Kehamilanku yang sudah menginjak trimester tiga tidak bisa membuatku bekerja dengan leluasa. Kalau aku hanya diam saja di rumah, maka penghasilanku jelas berkurang. Maka dari itu, aku memaksakan diri untuk datang ke tempat kerja loundry. Ya, terkadang banyak yang menggunjing dengan posisiku saat ini.

Tidak mudah mengawalinya. Setelah resmi bercerai, aku langsung pergi jauh untuk mencari indekos. Saat itu kepalaku sedang pusing, pikirku hanya kepikiran tentang masalah yang kujalani. Akan tetapi, setelah aku tidak sadarkan diri, akhirnya bidan setempat memeriksaku jika aku sedang hamil sekitar delapan minggu. Hamil di saat aku janda? Aku tidak habis pikir dengan jalan takdir ini.

Tanggal HPL kurang seminggu lagi. Akan tetapi, banyak yang bilang kadang bisa maju atau mundur dari tanggal perkiraan. Untung saja ibu kosan sangat pengertian padaku. Jadi, aku bisa bertanya apa pun tentang keadaanku sekarang.

"Bu, Ratna mau ke bidan dulu."

"Udah mau lahiran, Na?" tanya ibu kosan.

"Belum tau. Tapi, sakitnya kadang hilang kadang datang. Nyeri juga punggungku," ucapku seraya meringis.

"Itu tandanya mau lahiran, Na. Bentar, ya. Biar Adit yang nganter ke bidan. Kamu jangan nyetir sendiri. Aduuh ...."

Ibu kosan tampak kalang kabut mendengar jika aku akan melahirkan. Rasanya ngeri sedap ternyata. Semoga aku bisa melewatinya tanpa seorang suami. Ah, bagaimana kabar Mas Tian saat ini?

Setengah jam kutempuh perjalanan yang cukup membuatku menantang kesabaran ke tempat bu bidan. Perjalanan yang seharusnya lama menjadi sebentar, karena aku mengalami pendarahan di jalan. Setelah sampai, bu bidan menyarankan aku ke rumah sakit terdekat setelah mendapat rujukan. Untung saja, suami bidan itu mau mengantarkan aku ke rumah sakit. Adit juga pulang menyusul ibunya untuk menemaniku di sana.

"Na, sadar, ya ... sadar. Kamu jangan merem dulu," racau ibu kosan menepuk pipiku. Aku rasanya mau tidur saja, tetapi bayiku harus dilahirkan lebih dulu. Rasanya badanku lemas sekali.

Entah obrolan apa yang ibu kosan dan dokter tersebut. Lalu, terasa brankarku di dorong kembali. Aku tidak tahu ke ruangan apa. Dan, selanjutnya aku hanya melihat semua berwarna hitam dan gelap.

Sayup-sayup telingaku mendengar orang bertilawah di sampingku. Bukannya aku ke rumah sakit untuk melahirkan bayiku? Apa aku sudah mati?

Seketika mataku terbuka lebar. Kutoleh ke kiri maupun ke kanan. Terkejutnya lagi, orang yang sedang mengaji itu adalah Mas Tian. Arah pandangku pun berubah. Perutku sudah kempes. Lalu, di mana bayiku?

"Mas, bayiku mana, Mas!" tanyaku sedikit menyentak sampai Mas Tian terkejut.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar. Tapi, kamu jangan banyak bergerak dulu. Sebentar, aku panggil dokter."

Perutku terasa sakit sekali. Setelah kuraba, terdapat luka sayatan yang masih basah. Mungkin, aku baru saja dioperasi.

Tak berselang lama, dokter pun tiba. Berbagai pemeriksaan dan pertanyaan yang dilontarkan padaku mengenai apa yang aku rasakan hari ini. Jelas perut terasa nyeri dan tubuh terasa kaku. Dan, lebih mengejutkan lagi, setelah operasi kondisiku ternyata kritis.

Namun, semua itu terganti dengan kabar bayiku lahir dengan sehat, tidak kurang satu apa pun. Yang mengazani juga ayahnya sendiri, Mas Tian.

"Kamu nggak pulang, Mas? Takutnya istrimu ...."

"Besok saja aku ceritakan saat kita pulang ke rumah," ucapnya dengan tegas. Aku langsung bungkam menatap ekspresi tidak suka.

Selama empat hari, aku dirawat. Rasanya penasaranku pada Mas Tian tidak bisa dipendam lagi. Setelah sampai rumah yang dulu kutempati dengan mantan suamiku ini, berbagai pertanyaan yang kulontarkan padanya. Apalagi aku merasa tidak enak hati juga karena kita sudah berpisah.

"Kita rujuk aja, ya?" ucap Mas Tian. Kami berdua sedang duduk di ruang tamu. Dedek bayi masih tidur pulas di box bayi dalam kamar.

"Mana bisa, Mas? Cintaku nggak mau dibagi!"

"Aku sudah bercerai dengan Rita. Setelah aku dengar kamu hamil lagi dan aku hitung kehamilanmu dengan waktu kita cerai, ternyata saat itu kamu sedang berbadan dua. Dan, aku yakin jika itu anakku juga."

"Memang, ya. Lelaki itu nggak punya rasa perhatian. Nggak peka dan egois. Meskipun, Mas sudah cerai dengan Mbak Rita, tetap saja aku nggak mau rujuk denganmu!" Aku sedikit menekankan perkataan terakhir tentang status kita. Sekali berbohong, aku tidak akan percaya bahwa laki-laki ini akan tobat dengan kelakuannya dulu. Aku tidak membiarkan kesempatan kedua itu datang. Walaupun, dia memohon belas kasihan.

"Anak kita butuh kasih sayang ayahnya. Tolong ...."

"Sudahlah, Mas. Jangan egois. Aku capek. Meskipun Mas memohon sampai menangis pun, aku tetap nggak mau rujuk. Titik!" tukasku.

"Dan, ingat! Erlangga adalah anakku. Dari dalam kandungan aku mempertahankannya sampai pernah nggak makan sehari. Aku berjuang demi kehidupannya sampai nanti dia besar. Aku tau Mas adalah ayah biologisnya. Jika Mas ingin menemuinya, silakan. Tapi, jangan sekali-kali merebut dia dariku. Ingat itu!" lanjutku seraya berdiri secara perlahan. Sayatan pada perut masih saja terasa sakit. Padahal marahku tadi tidak seberapa.

Terpaksa aku tidur di samping Erlangga kecil di atas kasur busa. Entah besok atau lusa aku akan izin pada Mas Tian agar mencarikan rumah kontrakan. Uang tabungan di ATM-ku cukup untuk menghidupi kami berdua.

Diri ini juga punya harga diri, jika tinggal satu rumah dengan Mas tian. Apa kata orang-orang nanti? Aku hanya seorang mantan.

Terdengar suara orang berjalan menghampiriku. Aku mengintip dari balik mataku yang berpura-pura sudah lelap.

"Kamu sudah tidur?" tanyanya.

"Hemm." Aku hanya bergumam. Mataku pun tetap mengawasinya sambil menyipit.

"Aku pulang dulu. Ibu di rumah sendiri, nggak ada yang jaga. Nanti, aku suruh Mbak Ana ke sini untuk menemanimu."

Aku tidak menjawab ucapannya sampai dia berlalu. Kubuka mataku. Sedikit heran dengan perkataannya. Ibu mertua tidak ada yang jaga? Apalagi, beliau tidak kelihatan batang hidungnya dari kemarin saat aku masih dirawat di rumah sakit. Apa wanita itu sangat menbenciku sampai tidak ingin menengok cucunya?

***

Quote:


Link puisi di sini




"Begitulah ceritanya," kata Mbak Ana, tetangga samping rumah bercerita tentang keadaan ibu mertuaku. Dia memaniku terjaga sampai dini hari. Erlangga kecil sering menangis saat lapar. Sampai mataku tidak bisa tidur lagi, karena siangnya aku terlelap cukup lama. Aku pun bertanya, bagaimana keadaan Mas Tian dan ibunya setelah aku bercerai.

Tak disangka, ibu mertuaku mengalami stroke setelah Mbak Rita menggugat cerai Mas Tian. Permasalahannya karena keturunan. Ada kabar bahwa ibu Mas Tian yang terus bertanya tentang kehamilan Mbak Rita, sampai wanita seumuranku itu tidak betah dengan pertanyaan yang sering dilontarkan. Akhirnya, ibunya Mas Tian kaget dan jatuh sakit.

Hari berjalan begitu cepat sampai Erlangga berumur dua bulan. Aku pindah ke kontrakan yang sudah dicarikan Mas Tian. Cukup berat Mas Tian meninggalkan kami. Sampai dia mengecupi pipi Erlangga karena masih rindu.

"Maaf, jika kamu masih sakit hati gara-gara aku," kata Mas Tian sebelum berlalu.

"Aku sudah maafin Mas Tian. Semua juga punya masa lalu. Jadi, lupakan masa lalu yang jelas membuat pikiran buntu. Nggak ada gunanya terlalu lama larut ke sana."

"Iya, aku tau. Ya, sudah. Mas pamit dulu. Tiap minggu aku ke sini untuk lihat Erlangga, nggak apa-apa, kan?"

"Nggak apa-apa. Pasti Erlangga juga senang. Meskipun kita tidak bisa bersatu, tapi nggak ada mantan anak, Mas. Erlangga juga butuh kasih sayang ayahnya. Jadi, jangan lupakan dia. Dia juga tanggunganmu."

"Baiklah." Laki-laki di depanku yang berperawakan mirip seorang tentara berjalan dengan bahu yang luruh dan kepalanya menunduk. Aku merasakan bahwa penyesalannya masih menggunung.

Kata siapa kesempatan kedua bisa terwujud jika salah satunya memiliki cinta sebelah. Cinta didapat dari keduanya, lalu disatukan untuk selamanya.

Kini, cintaku hanya untuk Erlangga seorang. Cinta yang dulu pernah gagal karena suatu musibah, kini kudapatkan kembali secara mengejutkan.


Tamat


Gresik, 04 Juli 2022
Diubah oleh muyasy 05-07-2022 02:03
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
13
1.4K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan