si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
Rahasia Diantara Aku, Kamu dan F-16 [COC SFTH 2022]
Quote:


Terbang di langit menembus awan membuatku hatiku selalu merasa tenang, apalagi terkadang aku bisa melihat secara langsung betapa luasnya langit, betapa besarnya gunung serta betapa luasnya samudera. Tetapi dari atas langit ini ada satu hal yang tak bisa aku lihat, yakni seberapa luas dan besarnya perasaanmu kepadaku ? Apakah kamu masih memiliki rasa yang sama denganku ?

Ya, meski sudah hampir 5 tahun berlalu aku masih menyimpan perasaan itu. Perasaan rindu, sayang dan rasa ingin kembali padamu. Sebagai seorang tentara yang bertugas sebagai pilot pesawat tempur harusnya aku tidak boleh cengeng atau lembek, tapi pilot pesawat tempur juga manusia biasa; sama sepertinya rocker. Punya rasa punya hati.

Jika pesawat tempur akan hancur jika terkena tembakan rudal milik pesawat tempur musuh, maka aku akan hancur jika kau tak lagi disisiku. Aku masih menyimpan harapan agar suatu hari nanti aku bisa berjumpa lagi denganmu, dan aku ingin meneriakkan sekencang-kencangnya bahwa "Aku masih mencintaimu !!!"



Quote:



Desember 2020, waktu itu aku sedang berada di kokpit pesawat tempur F-16D dengan konfigurasi dua kursi. Aku duduk di depan sementara seorang instruktur duduk di kursi belakang menemaniku, waktu itu aku terbang bersama Mayor Pnb (Penerbang) Adi. Salah satu pilot senior pesawat tempur TNI AU. Sekitar dua bulan yang lalu aku baru saja menyelesaikan pendidikan pilot pesawat tempur TNI AU. Setelah sebelumnya aku digembleng dengan menerbangkan pesawat tempur T-50i Golden Eagle di Skadron Udara 15, kini aku sudah diberi izin menerbangkan F-16 yang legendaris itu.

Aku terbang menjalani masa transisi dari pesawat T-50i ke pesawat F-16, setelah itu aku diberi kesempatan terbang solo dengan pesawat F-16C kursi tunggal. Selama masa transisi aku tidak sendiri, aku bersama seorang rekan baik bernama Rudi, kami sudah menjalani pendidikan bersama dari awal.

Kali ini aku terbang tepat di atas gunung Lawu, salah satu gunung yang ada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Rasanya senang sekali bisa melihat mahakarya Tuhan ini dari atas langit. Saat terbang di atas gunung ini aku selalu teringat akan seorang wanita yang tinggal tak jauh dari lereng gunung tersebut, tepatnya di Plaosan. Sebuah kecamatan dibawah kaki gunung Lawu.

Nama wanita itu adalah Yulia, bisa dibilang dia adalah cinta pertamaku. Kami berdua lahir di Magetan, bedanya dia tinggal di Plaosan sementara aku tinggal di Maospati. Kami dulu berada di sekolah SMA yang sama, aku sempat satu kelas bersamanya selama satu tahun sewaktu kelas dua. Dari sana kami mulai dekat dan berpacaran.

Aku masih ingat dulu setelah pengumuman kelulusan SMA, dia bertanya kepadaku "Deni setelah lulus SMA kamu mau kuliah di mana ?" Secara lantang aku mejawab "Aku mau jadi tentara, aku ingin jadi pilot pesawat tempur." Dia tertawa cekikikan mendengar jawabanku, mungkin dia pikir aku sedang bercanda.

"Serius kamu Den ? Kalau kamu jatuh gimana ?" Tanya Yulia.

"Kalau aku jatuh, aku harap jatuh di pangkuanmu Yul," ucapku sambil cengengesan.

"Ngawur kamu itu, sebenarnya aku juga ingin jadi tentara," ujar Yuli waktu itu.

"Serius ? Kamu mau daftar di mana ?" Tanyaku penasaran.

"Angkatan Udara,"

"Kamu mau jadi pilot juga ?"

"Tidak, entah mau jadi apa kelak pokoknya aku ingin daftar ke Angkatan Udara, aku ingin meneruskan perjuangan kakek. Karena kakekku dulu merupakan pilot pesawat tempur di Lanud Iswahjudi. Suatu saat nanti, aku ingin juga menjadi bagian dari Lanud Iswahjudi."

"Kalau begitu ayo berjanji, mari kita bertemu di Iswahjudi," ujarku sambil menjulurkan jari kelingking.

Singkat cerita setelah lulus SMA, kami sama-sama berhasil diterima dan menjalani pendidikan di Akademi Angkatan Udara, rupanya berpacaran di lingkungan tentara bukanlah perkara mudah. Karena setiap siswa harus dituntut disiplin tinggi serta fokus pada materi pendidikan, kami jadi jarang bertemu dan berkomunikasi meski berada dibawah atap yang sama. Yulia kemudian memutuskan untuk putus saja; agar bisa fokus pada cita-cita kami. Keputusan itu membuatku kaget, dan sampai sekarang aku masih belum bisa menerimanya.

Sial, setiap terbang di atas gunung Lawu, memori di otakku secara otomatis terus memutar kenangan dengan Yulia tersebut.Saat pesawat mulai terbang menjauh dari gunung Lawu terdengar suara dari radio komunikasi, "Deni return to base." Suara dari radio komunikasi itu meyadarkanku dari kenangan masa lalu, aku pun kemudian menjawab "Siap," dan mulai mengarahkan pesawat kembali ke Lanud Iswahjudi.


----------



Aku sudah kembali ke Iswahjudi, F-16D yang aku piloti baru saja mendarat. Aku langsung mengarahkan pesawat menuju hanggar Skadron Udara 3, tempat bersarangnya F-16. Setelah itu aku membuka kanopi, melepas masker gas dan helm serta melepas kabel penghubung G-suit dari kompartemen pesawat tempur.

Setelah turun dari pesawat, baik aku dan Rudi sedikit diberi pengarahan serta diberitahu bagaimana hasil penerbangan tadi. Setelah itu kami diberi tugas untuk melapor ke teknisi pesawat tempur tentang bagaimana keadaan pesawat, ada kerusakan atau tidak.

"Deni sekarang tugas kamu memberi laporan ke teknisi, jika ada kerusakan langsung lapor. Ini merupakan bagian yang harus kamu lakukan setelah penerbangan usai," ujar Mayor Pnb Adi sambil menepuk pundakku dan kemudian beranjak pergi.

"Siap Bang, laksanakan." Ujarku sambil memberi hormat.

Tak lama kemudian seorang wanita mendekatiku, dia memakai seragam teknisi TNI AU ditemani seorang pria yang membawa beberapa lembar kertas di tangannya. Aku tidak bisa melihat jelas wajah wanita itu karena dia memakai masker (sesuai protokol Covid 19).

"Izin bertanya Bang, apakah ada masalah pada TS-1620 (kode pesawat yang aku terbangkan) ?" Ujar teknisi itu sambil memberi hormat.

"Ti...ti tidak ada Mbak, semua sistem berfungsi dengan baik."

"Baiklah kalau begitu Bang, silakan tanda tangan dulu kalau begitu," ujar wanita tersebut.

Setelah memberi tanda tangan pada lembaran kertas yang disodorkan, wanita dan teman teknisinya itu berlalu pergi. Aku kok gerogi ya ?, baru kali ini aku melihat wanita menjadi teknisi F-16.

"Bro, ada wanita cantik sekarang di skadron kita," ujar Rudi yang menghampiri dari belakang sambil menepuk pundakku.

"Iya, aku juga baru tahu. Bagaimana penerbanganmu ?"

"Lancar, kalau begitu ayo cari kopi dulu," ajak Rudi.

Aku pun beranjak pergi dari hanggar F-16 bersama Rudi, pergi ke loker untuk menyimpan helm dan pakain G-suit kami. Saat berjalan melewati deretan F-16 lainnya yang sedang diperiksa oleh beberapa teknisi, mataku tertuju pada seorang wanita yang sedang serius mengecek bagian fuselage pesawat. Ketika aku melihatnya, tiba-tiba mata kami bertemu; hanya sekejap saja kemudian kami berdua segera mengalihkan pandangan.


---------


Setelah pertemuan pertama dengan teknisi wanita itu, kami jadi lebih sering bertemu; pasalnya setelah penerbangan aku selalu memberi laporan mengenai kondisi pesawat itu kepadanya. Tapi aneh, setiap kali dia bertanya kepadaku; aku selalu merasa gerogi, deg-degan dan canggung. Apa karena ini efek sudah lama sendiri ?

Aku pun kini sudah tahu namanya, karena dia satu-satunya wanita di Skadron Udara 3; jadi dia banyak dikenal. Apalagi kemampuannya dalam menangani F-16 kabarnya cukup baik. Nama teknisi wanita itu bernama Yulia. Mengingatkanku akan nama mantan pacarku. Meski sudah sering bertemu aku masih belum melihat wajahnya secara jelas, karena dia selalu memakai masker.

Suatu hari setelah aku melakukan penerbangan malam, Yulia datang menghampiriku. Seperti biasa dia bertanya apakah ada masalah atau tidak dengan F-16 TS1620, aku pun mengatakan jika pesawat baik-baik saja. Tapi ada yang aneh kali ini, Yulia hanya sendirian saja; biasanya dia ditemani seorang teknisi.

Setelah memberi tanda tangan seperti biasanya, kami berbicara sejenak tentang F-16 dan Skadron Udara 3. Tiba-tiba Yulia melepas maskernya, lalu berkata "Mas masih ingat nggak sama aku ?"

Saat Yulia bertanya seperti itu, aku pun kaget; mataku terus mengamati wajah teknisi wanita ini secara teliti. "Ka... ka... kamu Yulia ? Yulia Kartika ?" Tanyaku sambil memegang bahunya.

"Ternyata kamu masih ingat. Tapi kok baru ingat setelah seminggu lebih ?" Ujarnya sambil mengacak-acak rambutku.

"Maaf, aku nggak mengenalimu. Pertama karena kamu pakai masker, kedua karena kamu kelihatan lebih tinggi sekarang."

"Kamu ngeledek ya ?" Ujarnya sambil menjewer telingaku.

"Aduu duuuh ampun Yul, bercanda. Kok kamu bisa jadi teknisi ?"

"Iya, setelah kita putus, aku coba ikut seleksi menjadi teknisi TNI AU. Untungnya diterima, dan sekarang aku sudah berkompeten loh menangani F-16," ujarnya sambil cengengesan.

"Aduh dengar kata putuskok rasanya hatiku tersayat-sayat ya," ujarku dengan nada suara yang sedikit keras.

"Hehe, kamu nggak bisa move on dari aku ya ? Kamu sudah jadi pilot pesawat F-16, soal pacar perkara mudah kan ?" Mendengar jawaban itu aku tak bisa berkata apa-apa.

"Tidak semudah yang kamu pikirkan Yulia, masihkah ada kesempatan untuk kita bersama ?" jawabku singkat.

"Maaf, aku nggak bisa Den," Yulia lalu beranjak pergi meninggalkanku sendiri bersama barisan F-16 di hanggar Skadron Udara 3.


----------


Seminggu setelah pertemuanku dengan Yulia, perasaanku jadi tak karuan; ada rasa senang, kecewa dan juga marah. Tapi sebagai pilot pesawat tempur aku harus profesional, apalagi setelah ini aku akan mulai terbang solo tanpa instruktur dengan memakai F-16C.

Sejak pertemuan malam itu, aku masih bertemu dengan Yulia, semua tampak berjalan normal seperti biasanya. Tapi ada perasaan yang mengganjal di hati, sepertinya aku merasa jatuh cinta untuk yang kedua kali kepada Yulia. Entah mengapa aku terus menyimpan asa untuk bisa bersama Yulia, tapi waktu seolah tak pernah memberiku kesempatan kedua untuk mengungkapkan perasaanku.

Suatu hari di akhir pekan Januari 2021, aku baru melakukan latihan penerbangan malam lagi ditemani instruktur. Seperti biasa setelah penerbangan, aku memberi laporan pada Yulia. Pada saat itu aku menjadi penerbang terakhir yang mendaratkan pesawat malam itu, suasana hanggar pun sudah tampak sepi.

Saat itu Yulia hanya sendiri, sementara Mayor Pnb Adi instrukturku juga sudah pergi untuk membuat laporan ke Komandan Skadron; sementara aku dipasrahi tugas memberi laporan pada Yulia. Setelah memberi tanda tangan pada kertas laporan seperti biasanya, Yulia pun langsung hendak beranjak pergi. Tapi aku memegang tangannya, ia pun mengehntikan langkahnya.

"Yulia, aku tak bisa lagi menahan perasaan ini. Aku masih mencintai dan menyayangi kamu, jadi beri aku kesempatan untuk bersamamu lagi."

"Maaf Deni, aku nggak bisa," sambil mengangkat tangan kirinya, di mana ada sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya.

"Apa ini ? Kamu sudah bertunangan ? Tapi dengan siapa ?" Ujarku penasaran sambil memegang tangan kiri Yulia.

"Seorang teknisi senior, dia juga menangani F-16 di Skadron Udara 3. Dulu dia yang ditugaskan membimbingku sebagai teknisi. Kami bertunangan tak lama setelah aku bertugas di Iswahjudi." Ujar Yulia yang kini sudah mulai menangis.

"Maaf, aku tidak bisa bersamamu lagi. Perasaanku sudah tak sama seperti dulu Den, aku harap kamu mengerti."

Aku tak bisa menahan air mata, aku pun menangis malam itu; inilah titik terendahku sebagai pilot. Aku lalu memeluk Yulia dengan erat, dan aku pikir inilah hal yang ingin aku lakukan untuk terkahir kalinya. "Selamat tinggal cinta pertama, aku mencintaimu !" Setelah melepaskan pelukan itu, aku dan Yulia pergi meninggalkan hanggar F-16.


---------


Keesokan harinya aku sudah bersiap di kokpit F-16C TS1637 versi kursi tunggal, hari ini aku dan rekan sejawatku Rudi akan melakukan penerbangan solo pertama kali dengan F-16C. Seharusnya ini menjadi hari yang membahagiakan, tapi mengapa aku merasa sesak di dada ? Dari kokpitku aku bisa melihat Yulia berdiri bersama seorang teknisi pria, mereka tampak akrab dan begitu dekat. Jadi pria itu adalah tunangan Yulia ?

Aku hanya menundukkan kepala dan mulai menitikkan air mata, "Sial, kenapa aku selemah ini ?" Tiba-tiba seseorang datang menghampiriku, naik melalui tangga pesawat F-16C di samping kokpit. Dia lalu memukul pundakku.

"Hey Elang Muda, sudah siap terbang ?"

"Siap Bang," ujarku sambil memberi hormat. Ternyata orang itu adalah Mayor Pnb Adi, instrukturku. Aku pun cepat-cepat menyeka air mataku.

"Wah saking bahagianya bisa terbang sendiri tanpa instruktur kamu sampai menangis begitu ya."

"Iya Bang, terima kasih sudah mengajari saya dengan baik." Maaf Bang, sebenarnya aku menangis karena patah hati !

Setelah sedikit berbincang-bincang dengan Bang Adi, sekarang sudah waktunya bagiku untuk terbang. Di sebalah kiriku, tampak Rudi sudah bersiap terbang dan mengacungkan jempol ke arahku. Aku lantas memakai helm dan masker gas lalu menutup kanopi pesawat. Rudi akan terbang lebih dulu disusul aku, pesawat Rudi kini sudah memasuki landasan pacu; deru afterburner terdengar saat F-16C TS1641 Rudi mulai takeoff dan meningglkan landasan.

Selanjutnya giliranku, saat hendak keluar hanggar aku menatap ke arah Yulia dan memberinya hormat, dia kemudian membalasnya dengan hormat sambil tersenyum. Aku mulai mengarahkan pesawat ke landasan pacu, lalu menyalakan afterburner untuk memberi dorongan maksimal ke mesin agar pesawat bisa terangkat dan terbang.

Aku mematikan sejenak radio komunikasi di kokpit F-16C saat roda pesawat sudah mulai terangkat dan mulai terbang meninggalkan landasan, aku lalu mulai berteriak sekencang-kencangnya dalam kokpit.

Terima kasih sudah menepati janji untuk bertemu lagi di Lanud Iswahjudi. Biarkan kisah cinta ini menjadi rahasia diantara kita dan F-16. Maaf karena aku masih mencintaimu Yulia !!!



Quote:



Diubah oleh si.matamalaikat 30-06-2022 04:13
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
22
2.2K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan