trifatoyahAvatar border
TS
trifatoyah
Kembalinya Cinta di Multazam [COC SFTH 2022, Tema CLBK]


Hari ini ke dua kalinya aku menginjakkan kaki di kota Mekkah, tepat di saat usiaku genap 26 tahun. Yang pertama adalah ketika usiaku 17 tahun, sebagai hadiah untuk putri semata wayangnya, Ayah memberikan kado ibadah umrah. Kami datang setelah jemaah haji baru saja kembali, jadi suasananya masih tidak terlalu ramai. Kami bisa melakukan thowaf dan sesudahnya kami bisa menyentuh Multazam tanpa harus berdesakan dengan ribuan jemaah.

Kepergian kami sekeluarga dalam ibadah umrah kali ini karena nazar Nenek Sarah, bila Tante Nikita sembuh dari gangguan jiwanya, maka Nenek akan memberangkatkan umrah semua anak dan cucunya. Tante Nikita adalah adik bungsu Ayah, ia mengalami stres berat karena ditinggal kekasihnya menikah setelah tiga tahun pacaran dan pacar Tante Nikita lebih memilih menikah dengan wanita lain, karena keluarga Nenek tidak menyetujui hubungan mereka, semua karena harta.

Begitu pun dengan aku, yang harus menelan pil pahit dengan tidak setujunya Nenek dalam keputusanku yang ingin menikah selepas kuliah. Waktu itu Kak Hisyam datang ke rumah untuk menghitbahku, tapi sebuah penolakan yang menurutku tidak kira-kira dan tidak masuk akal, bukankah aku anak dari Ayah dan Bundaku?

Kak Hisyam boleh datang kembali setelah sukses dalam kariernya. Dan itu sama saja dengan memisahkan kami secara halus.

"Mengapa Ayah dan Bunda tega sama aku, bukankah aku sudah menuruti semua keinginan kalian, untuk tetap menjadi anak yang baik, penurut, bahkan untuk tidak pacaran ...."

"Ayah bukannya nggak setuju, tapi Nenek ingin, Hisyam itu punya pekerjaan yang mapan."

"Kenapa lagi-lagi Nenek? Bukankah harusnya Nenek belajar dari kesalahan yang dibuatnya pada Tante Nikita?" tanyaku sambil berlinangan air mata.

Nenek adalah orang yang berpengaruh besar dalam keluarga ini, karena kekayaan yang dimilikinya tidak akan habis untuk tujuh turunan. Yang aku tidak suka dari Nenek Sarah karena dia otoriter.

Aku memang tidak pernah pacaran dengan Kak Hisyam, tapi kami pernah berjanji untuk menjaga hati masing-masing, dan akan menikah ketika kami telah siap membangun rumah tangga. Kak Hisyam laki-laki dengan rambut lurus, hidung mancung, kulit sawo matang itu adalah kakak kelasku semenjak SMA, dia bukanlah berasal dari keluarga yang kaya, tapi berasal dari keluarga yang religius Ayahnya seorang guru SMA, dan juga mengajar TPQ di sore hari, Ibunya seorang ibu rumah tangga yang memiliki usaha kuliner.

Aku tidak habis pikir dengan Nenek Sarah, dipilihkan cucu menantu oleh Allah dengan anak yang Sholeh kenapa tidak mau? Padahal waktu itu Kak Hisyam juga sudah mempunyai usaha di bidang kuliner bekerja sama dengan ibunya.


Entah Untuk Siapa

Langkah kaki kecil tak beraturan
Membawa makna di dasar kalbu
Yang kian hari kian membiru
Entah untuk siapa,
tiada jawab
Semua nampak samar-samar
Walaupun sempat kurengkuh
denga pena entahlah kapan bersua
Ada rasa
Ada gundah
Ada gelisah
Ada galau
Entahlah untuk siapa

Lorong-lorong waktu kian dalam
Bahkan tanpa pendar cahaya
Berharap malam segera menghampiri
Berjumpa dengan pujaan hati
Yang tersenyum
Tulus untuk hati
Tanpa harus menyakiti

Walaupun langit hitam kelam
Kutetap tengadah dengan sepuluh jari jemari
Mohon doa
dan cinta
Ya Illahi ...
Tak kan ada kata entah
Bila semua telah tergambar nyata
Selalu berharap
Esok sang mentari
Akan tersenyum dengan paras jelita
Walaupun entah untuk siapa
Tapi semua jelas adanya


Dalam gerimis yang diam-diam

Mungkin laki-laki yang aku harapkan menjadi imamku itu sudah menikah dan berbahagia dengan keluarga kecilnya.

"Namira, kenapa dari tadi, Tante perhatikan kamu nggak fokus dalam menata pakaian itu di lemari?" tanya Tante Nikita membuyarkan lamunanku.

"Tante, kenapa nasib kita sama? Hiks ... hiks."

"Namira, aku tidak bisa memberi nasehat padamu, bagaimana aku bisa memberi nasehat, kalau aku sendiri harus berada di RSJ selama dua tahun? Aku begitu rapuh, aku begitu lemah, laksana istana pasir yang tersapu air...."

"Kenapa semua orang harus patuh dan tunduk pada Nenek?"

"Jangan hanya bertanya padaku, tapi bertanya juga pada Ayahmu, karena aku pun tidak tahu jawabannya."

"Tante, apa Tante tidak ingin membuka hati untuk laki-laki lain?" tanyaku sambil memilin ujung jilbab, mencoba mencari jawaban dari wanita yang pernah mengalami gangguan jiwa itu.

"Kenapa pertanyaanmu tidak kamu tunjukkan untuk dirimu sendiri?"

"Entahlah, entah untuk siapa aku sendiri tidak tahu."

"Maksudmu?"

"Aku tidak tahu, mau kuberikan pada siapa hatiku ini? Karena aku tidak mengenal laki-laki selain Kak Hisyam, untuk melakukan ta'aruf saja rasanya enggan. Hati ini seperti bunga yang telah layu."

"Kamu masih muda, Namira. Hatimu kuat tidak serapuh hatiku. Percayalah Allah pasti telah mempersiapkan imam terbaik untukmu. Habis ini kita akan melakukan Thowaf, tadi Ustadz Malik sudah memberi tahu."

"Baiklah, kita harus bersiap jangan sampai ketinggalan dari rombongan."

Keluar dari hotel Zam-zam beserta semua rombongan, sesuai arahan Ustadz Malik, kita akan melakukan Thowaf malam ini. Air mata haru tak bisa kutahan saat kaki ini memasuki rumah Allah, bangunan yang begitu megah, yang senantiasa dirindukan oleh umat Islam di dunia.

"Multazam, aku kembali lagi, aku rindu berada dihadapanmu, rindu menyentuhmu ... Ya Allah syukur Alhamdulillah, Engkau masih memberikan nafas untuk aku menghirup udara di dalam Masjid-Mu ini, Ka'bah yang selalu ada di pelupuk mata, akhirnya ...."

Multazam adalah dinding atau tembok antara Hajar Aswad dengan pintu Ka'bah. Tempat ini dipergunakan oleh jamaah Umrah, maupun Haji untuk bermunajad kepada Allah SWT, setelah selesai melakukan Thowaf. Multazam merupakan suatu tempat paling mustajab untuk berdoa.

Kugenggam tangan Tante Nikita, berjalan di belakang Ayah, Bunda dan juga Nenek, serta rombongan, yang terus melantunkan zikir. Kami saling menguatkan, terus berjalan.

Sampai pada saatnya kami benar-benar berada di depan Multazam, setelah sedikit berdesakan dengan jamaah lainnya, air mata tumpah ruah membasahi pipi. Ustadz Malik bilang, berdoalah, minta apa saja sama Allah.

"Ya Allah yang kasih sayang nya nggak terbilang, yang Maha pemurah, Yang Maha segalanya, hari ini kupasrahan semuanya pada Engkau, tentang jodoh hidup dan matiku, Ya Allah Ampunilah sega dosaku dan dosa kedua orang tuaku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah menyayangi aku sewaktu kecil,

Ya Allah berikanlah kepadaku jodoh yang menurut Engkau terbaik untukku, untuk keluargaku, pertemukan aku dengan dia, di waktu kapan saja Engkau mau, semuanya aku pasrahkan kepada-Mu, ...."

Entah apa yang dilantunkan dalam hati Tante Nikita, selesai kami berdoa langsung balik badan, hampir saja tertabrak oleh lelaki berbadan tinggi besar berkulit hitam, kalau saja tidak ada laki-laki yang tiba-tiba menghalangi, memberikan benteng untuk kami.

Reflek kedua tangan ini membungkam mulut yang tertutup masker, dada ini bergetar hebat bersamaan dengan Tante Nikita yang menarikku untuk menjauh dari Multazam, bergantian dengan jamaah lain. Samar terdengar sebuah panggilan.

"Namira ... Namira Refiana."

Ternyata Kak Hisyam juga melaksanakan ibadah Umrah dengan tour dan travel Intan Mulia, kami berangkat dengan pesawat yang sama tapi bimbingan Umrah yang berbeda.

Sebelum bertemu denganku ternyata Kak Hisyam telah terlebih dahulu bertemu dengan Ayah dan Bunda juga Nenek Sarah. Kali ini Kak Hisyam kembali mengkhitbahku di depan Ka'bah, di antara ribuan umat muslim yang datang dari berbagai negara untuk melaksanakan ibadah Rukun Islam yang ke lima.

Hatiku mengharu biru, gerimis membasahi setiap relung jiwaku, tak pernah menyangka cinta itu akan kembali lagi di hati ini.

"Namira, terima kasih," ucap bibir tebal itu, yang kemudian membuat lengkungan dan terbitlah senyum yang indah.

"Untuk?" tanyaku kemudian membalas senyumnya.

"Untuk tidak memberikan hatimu pada imam yang lain."

"Karena hari aku sudah sholat, jadi aku nggak perlu imam yang lain," ucapku, diiringi tawa kecil.

Awan berarak indah di hari itu, seperti indahnya hatiku, yang tengah berbunga atas cinta halal dari suamiku, karena Nenek Sarah pula yang menyetujui aku untuk menikah siri dulu dengan Kak Hisyam. Bahkan Nenek Sarahlah yang membelikan tiket bulan madu ke Turki selesai rangkaian ibadah umrah nanti.

End
Diubah oleh trifatoyah 24-06-2022 23:45
bukhorigan
bukhorigan memberi reputasi
26
3.5K
236
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan