cintadineAvatar border
TS
cintadine
Perfilman Indonesia Genrenya Itu-Itu Saja, Giliran dikasih Action, Tidak Laku

Meski perfilman Indonesia dalam beberapa tahun terakhir kualitasnya meningkat, tapi belum bisa dikatakan benar-benar maju seperti perfilman di negara Asia lainnya, Korea Selatan misalnya. Ini dikarenakan pilihan genre film lokal di setiap tahunnya kurang beragam di mana yang mendominasi adalah horor, komedi, dan drama.

Banyak judul film horor yang rilis setiap tahunnya, namun kualitasnya banyak yang masih di bawah standar. Untuk genre drama mungkin banyak yang bagus akan tetapi genre ini justru cenderung paling mudah untuk dibuat dan cocok dengan selera film orang Indonesia. Begitu pun dengan komedi.

Sedangkan untuk action, thriller, dan genre-genre lainnya untuk film Indonesia memang kurang banyak. Yang dirilis setiap tahun hanya sedikit saja dan itu pun kualitasnya selalu dikritik tajam.

Genre Drama dan Komedi Mudah Untuk dibuat

Genre drama bisa dibilang paling "mudah" untuk dibuat sebagai film Indonesia. Tidak memerlukan budget yang terlalu tinggi dan proses syuting yang tak memakan waktu yang terlalu lama. Dengan demikian potensi untuk rugi tidak terlalu besar dan apabila sukses akan mendapatkan keuntungan berkali-kali lipat.

Dari tiga film Dilan saja kita dapat membayangkan berapa banyak keuntungan yang didapatkan oleh produser, dengan budget produksi Dilan yang tidak akan semahal dengan film-film action. Bandingkan dengan film Foxtrot Six (2019) yang memakan banyak biaya dan sulit dibuat yang pada akhirnya merugi.

Untuk film komedi kuncinya selain cerita yang menarik adalah penulisan dan juga akting para pemerannya supaya bisa jadi film yang lucu.

Ada Kaitannya dengan "Kebangkitan" Perfilman Indonesiai

Produksi film Indonesia sempat vakum dan mati suri selama kira-kira satu dekade sementara beberapa film yang dianggap menjadi pionir adalah Ada Apa Dengan Cinta? (2002) yang merupakan drama, kemudian bermunculan pula film-film drama lainnya yang laku di bioskop. Film horor juga dibangkitkan oleh Jelangkung (2001) dan sejak saat itu film-film horor terus bermunculan hingga saat ini. Tapi, film-film action yang sukses kurang mendapatkan sambutan. Bahkan dua film The Raid walaupun sukses di luar negeri tapi di dalam negeri masih kalah dengan film lain di tahun yang sama. The Raid 2 bahkan oleh Comic 8 dalam jumlah penonton.

Penonton Indonesia Sangat Suka Horor

Bosan dengan genre horor yang mendominasi Indonesia? Ya, agan tidak sendiri. Tapi lebih banyak yang menyukai film horor lokal, buktinya film KKN bisa menjadi film Indonesia terlaris sepanjang masa. Membuat film horor sangat menjanjikan keuntungan walaupun kualitasnya bapuk sekalipun dan sudah dibuktikan lewat series Danur dan The Doll, kualitasnya tidak ada yang istimewa tapi filmnya selalu dapat jutaan penonton.

Sedangkan film action dan genre yang sulit lainnya jarang bisa melakukan itu.


Penonton Indonesia Berpatokan Pada Hollywood

Para sineas tanah air semakin kesulitan untuk membuat genre film lokal menjadi lebih berwarna ketika para penonton menuntut standar kualitas seperti Hollywood untuk genre seperti action dan supehero. Padahal dari budget sudah sangat jauh.

Untuk CGI jelas hampir sulit setara dengan Hollywood, bahkan Jepang saja belum bisa menyamainya. Artinya, film superhero Indonesia sulit berkembang apalagi jika sambutannya seperti Satria Dewa: Gatotkaca kemarin. Ketika sepi penonton dan mendapatkan kritikan pedas, maka akan membuat para film maker semakin menjauhi untuk membuat film bergenre di luar drama, komedi, dan horor karena sudah mah sulit, resiko rugi besar, dan sambutan yang negatif dari para penonton yang mengharapkan standar yang terlalu tinggi.

Kurangnya variasi genre juga diperparah dengan tema serta gaya bertutur yang serupa satu sama lain. Fenomena yang terjadi memang dilematis. Di satu sisi perfilman Indonesia akan rugi jika pasar sebesar itu tidak dimanfaatkan karena bagaimanapun juga membuat film itu butuh modal dan genre horor serta percintaan berpotensi mendatangkan keuntungan. Namun, dampak buruknya adalah perfilman Indonesia pun terasa monoton karena yang mereka suguhkan itu lagi itu lagi.

Jadi, kesimpulannya kenapa perfilman Indonesia belum maju adalah karena para film makernya yang masih menuruti keinginan pasar dan tak mau memperbanyak genre lain dengan alasan menghindari kerugian.

Nah, kalau menurut agan gimana? emoticon-Ngakak (S).
Diubah oleh cintadine 22-06-2022 01:52
0
1K
12
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan