Benny-KAvatar border
TS
Benny-K
Duka Nasional Kematian Bocah Arie Hanggara


Gambar illustrasi


Dituduh nakal dan mencuri, Arie Hanggara disiksa ayah kandung dan ibu tirinya. Bocah berusia tujuh tahun itu meregang nyawa pada 1984. Saat itu Indonesia menyatakan berduka.


Quote:


Itulah beberapa bait tembang ‘Anak yang Malang’ karya Rhoma Irama tahun 1985. Raja dangdut membuat lagu tersebut karena terinspirasi kisah memilukan yang menimpa Arie Hanggara. Bocah berumur tujuh tahun kelas satu SD Yayasan Perguruan Cikini (Yaperci), Menteng, Jakarta Pusat, itu, tewas di tangan ayahnya sendiri, Machtino Eddiwan, dan ibu tirinya, Santi bin Cece, pada 8 November 1984.

Kematian Arie saat itu menjadi duka nasional atas tindak kekerasaan orangtua kepada anaknya sendiri. Berminggu-minggu, semua media memuat berita tentang Arie di halaman utamanya. Walau saat itu belum masuk era internet, tapi hampir semua lapisan masyarakat di pelosok daerah tahu. Semuanya geram atas perilaku Tino dan Santi.

Arie merupakan anak kedua dari pasangan Machtino Eddiwan (Tino) dan Dahlia Nasution. Pasutri ini memiliki empat anak, yaitu Anggi, Arie Hanggara, Andi, dan Arkie. Mereka awalnya tinggal di kawasan Pengadegan Timur, Kalibata, Jakarta Selatan. Namun, karena persoalan ekonomi dan kerap cekcok, Tino dan Dahlia bercerai pada Juli 1982.


Arie Hanggara  -  Foto: istimewa

Tak lama kemudian Tino menikah lagi dengan Santi. Lalu Tino kembali membawa Anggi, Arie, dan Andi yang selama ini dititipkan kepada neneknya. Ketiganya diajak tinggal serumah dengan Tino dan ibu tirinya, Santi, di sebuah rumah kontrakan di Jalan Haji Maun, Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan.

Awalnya mereka hidup baik-baik saja. Tapi Tino yang memang tak memiliki pekerjaan tetap itu mulai sering uring-uringan. Apalagi istri barunya juga suka cerewet menghadapi kebengalan ketiga anak tirinya seiring perkembangan usianya. Anehnya, Tino dan Santi sering melampiaskan kemarahan kepada Arie, tidak kepada kakak dan adiknya.

Arie yang jago matematika dan dikenal sebagai anak lucu mulai sering disiksa ayahnya, yang merupakan jebolan sekolan penerbang Curug, Tangerang. Arie mulai menerima siksaan secara beruntun sejak tanggal 3 November 1984. Bocah periang itu dituduh telah mencuri uang Rp 1.500. Arie menjerit kesakitan ketika dihujani pukulan oleh kedua orangtuanya karena tak mengaku mencuri.

Pukulan Tino mengenai wajah, kaki, tangan dan punggung Arie. Tak sampai di situ, Tino juga mengikat tangan dan kaki Arie. Bak pencuri yang tertangkap, Arie disuruh jongkok di kamar mandi. “Ayo minta maaf dan mengaku!?” teriak Santi malam itu.

Karena merasa tak melakukan pencurian, Arie yang bertubuh kurus itu hanya diam seribu bahasa. Penasaran, Tino dan Santi melepas ikatan tangan Arie dan menyiram air dingin ke tubuh mungil bocah itu. Santi menambah hukuman dengan meminta Arie jongkok sambil memegang kupingnya. Anak tak berdosa itu melakukan perintah sang ibu tiri sambil mengerang kesakitan.

Baca juga : Mengapa Sekejam Itu kepada Arie Hanggara



Cuplikan adegan film yang diangkat dari kisah nyata kematian Arie Hanggara akibat disiksa ayah kandung dan ibu tirinya  -  Foto : YouTube

Pihak sekolah saat itu mengetahui Arie tak masuk sekolah. Pihak sekolah pun mengaku tak ada di antara muridnya yang kehilangan uang atau dicuri. Entah, dari mana Arie mendapatkan uang Rp 1.500 itu. Alasan kedua orangtuanya, Arie sering kedapatan memiliki uang.

Pihak sekolah hanya mengakui bahwa Arie memang sempat absen masuk sekolah selama 10 hari di bulan Agustus 1984. Malah salah seorang gurunya bernama Khadijah pada bulan Agustus, mengatakan Arie sempat 10 hari absen masuk sekolah. Ketika masuk sekolah, wajah Arie tampak memar dan bengkak. "Ketika saya tanya, Arie mengaku dipukul papanya," kata Khadijah seperti dikutip Tempo edisi 24 November 1984.

Sejak tanggal 3 November 1984, Arie juga tak masuk sekolah. Bahkan hari-hari penyiksaan dilakukan Tino dan Santi pada terus berlanjut. Puncaknya pada 7 November 1984, Arie kembali dituduh telah mencuri uang Rp 8.000. Bocah berlulit putih itu kembali tak mengakuinya. Santi begitu gemas. Ia menampari wajah Arie.

Masih juga tak mengaku, Tino lalu memukuli sekujur tubuh anak keduanya itu dengan gagang sapu. Jerit dan tangisan Arie sayup-sayup terdengar sampai ke telinga para tetangga pada pukul 23.00 WIB. Mereka tak mau ikut campur, karena dianggap persoalan rumah tangga. "Menghadap tembok!" teriak Santi yang juga terdengar para tetangga.

Tak puas, Santi mengambil sebilah pisau bekas mengupas mangga. Pisau itu diacung-acungkan kepada Arie agar mau mengakui pencurian itu. Tapi, bocah mungil itu tak mau juga buka mulut atau meminta maaf. Santi lalu menyerah. Giliran Tino kembali memukuli anaknya. “Berdiri terus disitu!” perintah sang ayah.

Sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Tino mendapati anaknya sudah tak berdiri di tempatnya. Gelas air minum yang dilarang untuk diminum pun sudah bergeser letaknya. Bukannya merasa iba, Tino malah emosi kembali. Ia kembali memukuli sekujur tubuh Arie dengan gagang sapu sekuatnya. Arie pun tumbang dan jatuh. Tino langsung tidur kembali.

Pukul 03.00 WIB, Tino bangun dan mulai panik ketika melihat tubuh Arie terbujur kaku. Ia dan istrinya lalu membawa Arie ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kepada petugas rumah sakit, Tino mengatakan anaknya mengalami kecelakaan lalu-lintas. Saat diperiksa dokter, nyawa Arie sudah tak tertolong. Ia meninggal dunia tepat pada Kamis, 8 November 1984.


Persidangan Tino dan Santi  -  Foto: Istimewa

Saat itu tim medis di RSCM curiga melihat luka-luka disekujur tubuh Arie. Luka-luka akibat kecelakaan lalu lintas, tapi akibat penganiyaan yang beruntun melewati batas kemanusiaan. Setidaknya ada 40 luka yang terdapat di punggung, pinggang, pantat, dada, tengkuk serta luka serius di lengan dan lainnya.

Siang harinya, Tino yang hendak membawa pulang jasad anaknya itu diringkus polisi dari Polsek Mampang Prapatan. Begitu pun dengan Santi yang ditangkap ketika pulang bekerja. Keduanya lalu diadili di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Majelis hakim mengganjar hukuman 5 tahun penjara kepada Tino. Sedangkan, Santi diganjar hukuman 2 tahun penjara.

Jasad Arie lalu dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di samping kanan dan kiri nisannya terdapat tulisan “Maafkan Papa” dan ‘Maafkan Mama”. Kedua tulisan itu disebutkan merupakan bikinan Tino dan Santi setelah bebas. Kematian Arie membuat luka mendalam, tak hanya keluarga Arie, tapi juga masyarakat Indonesia.

Tak hanya Rhoma Irama saja yang membuat lagu tentang Arie. Penyanyi cilik Chicha Koeswoyo pun membuat lagu serupa berjudul ‘Balada Arie Hanggara’. Lalu musikus Idris Sardi pun membuat lagu sendu berjudul ‘Alam Bebas yang Damai’.

Setahun kemudian, nama Arie Hanggara dijadikan sebuah judul film yang diproduksi pada 1985. Film itu dibintangi oleh Yan Cherry Budiono, Deddy Mizwar, Joicce Erna, Anisa Sitawati dan Cok Simbara dengan sutradara Frank Rorimpadey. Film ini mendapatkan menghargaan Piala Cotra dalam Festival Film Indonesia (FFI) 1986.

Baca juga : Mengapa Sekejam Itu kepada Arie Hanggara
Diubah oleh Benny-K 28-03-2022 06:24
emineminna
Aramina
Emn
Emn dan 18 lainnya memberi reputasi
19
8.2K
77
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan