mrardi157
TS
mrardi157
Kasus Rockefeller yang hilang di Asmat-Papua

Photo credit:  https://www.republika.co.id (Michael Clark Rockefeller (Foto dokumen Mulyadi Djaya)).

Hai, gua ardi. Di episode bermalam kali ini, gua mau membahas Kasus Michael Clark Rockefeller yang hilang di Asmat-Papua. Oke! Langsung aja kita ke pembahasannya.

Menurut Wikipedia, Michael Clark Rockefeller (18 Mei 1938 – diduga meninggal 19 November 1961) Dan dinyatakan meninggal secara resmi pada 1964. Michael menghilang selama ekspedisi di wilayah suku Asmat, tepatnya di barat daya Nugini Belanda (sekarang Provinsi Papua, Indonesia). Michael adalah anak kelima dari Nelson Rockefeller dan merupakan generasi keempat anggota Keluarga Rockefeller. Wait, Nelson Rockefeller? Yap, buat kalian yang suka sejarah mungkin udah ngga asing sama nama Nelson Rockefeller. Beliau adalah Wakil Presiden Amerika Serikat ke 41. Kakek buyut Michael adalah John D. Rockefeller, salah satu pria terkaya yang pernah ada.

 

Michael merupakan orang yang pandai dalam bidang sejarah dan ekonomi. Ia bahkan lulus cum laude dari Universitas Harvard dengan gelar BA dalam sejarah dan ekonomi. Sebenarnya sang ayah berharap Michael mengikuti jejaknya dengan membantu mengelola bisnis keluarga. Namun Michael merupakan orang dengan jiwa tenang dan artistik.

 

Setelah lulus dari Harvard tahun 1960, ia ingin melakukan sesuatu yang lebih mengasikan daripada duduk di ruang rapat. Michael melakukan banyak perjalanan mulai dari Jepang hingga Venezuela selama berbulan-bulan. Ia bertugas selama enam bulan sebagai tentara di Angkatan Darat AS dan kemudian melakukan ekspedisi ke Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody Harvard untuk mempelajari antropolgi Suku Dani di Nugini Belanda yang sekarang Provinsi Papua.

 

Ekspedisi ini memfilmkan Dead Birds, sebuah film dokumenter etnografis yang diproduksi oleh Robert Gardner, dan Michael bertugas sebagai perekam suara. Michael dan seorang temannya tidak mengembangkan penelitian tersebut dan beralih mempelajari Suku Asmat, selatan Papua. Meski kolonial Belanda telah lama berada di sana, suku Asmat belum melihat orang kulit putih.

 

Kontak terbatas dengan dunia luar membuat suku Asmat percaya di luar pulau mereka dihuni oleh arwah, sehingga ketika orang kulit putih datang dari seberang lautan mereka melihatnya sebagai semacam makhluk gaib. Michael dan timnya akhirnya menjadi sesuatu yang menarik dan ingin diketahui oleh Otsjanep, tempat salah satu utama Asmat di pulau itu.

 

Tim Michael juga bukanlah sesuatu yang sepenuhnya disambut. Suku Asmat memperbolehkan tim fotografi beraksi, tapi tidak mengizinkan peneliti kulit putih membeli artefak budaya. Ia tidak terlalu terpengaruh dengan hal itu tapi lebih memikirkan kondisi 'biasa' terjadi.

 

Pada saat itu, perang antar suku adalah hal biasa dan Michael mengetahui pejuang Asmat akan mengambil kepala musuh mereka dan memakan daging mereka. Misi kepanduan selesai dan ia menulis rencananya untuk membuat studi antropologis rinci tentang Asmat dan memajang koleksi seni mereka di museum ayahnya.

 

Michael sangat menikmati kegiatannya sebagai etnografer. Dia menghabiskan waktunya di Nugini Belanda dan aktif terlibat dengan budaya serta kesenian sambil mengambil data etnografi. Dalam salah satu suratnya di rumah ia menulis:

 

"Saya menjalani waktu yang melelahkan tetapi sangat menyenangkan di sini. . . Asmat seperti puzzle besar dengan variasi dalam seremoni dan corak seni yang membentuk potongan-potongan. Perjalanan ini memungkinkan saya untuk memahami (hanya secara dangkal dan belum sempurna) sifat dari puzzle ini. . ."

 

Setelah selesai dari tugas penelitian di Museum Peabody, Michael kembali ke Papua untuk mempelajari Asmat dan mengumpulkan barang kesenian Asmat.

 

Pada 17 November 1961, Michael dan temannya (René Wassing) seorang antropolog Belanda sedang berada di perahu, tiba-tiba terjadi badai yang membalikkan perahu mereka, Wassing menempel di lambung perahu yang terbalik. Jarak pantai dengan lokasi perahu terbalik dan tenggelam sekitar 3 mil. Disebutkan karena terombang-ambing mereka dibawa arus hingga berjarak 12 mil dari pantai. Setelah hanyut selama beberapa waktu, pada 19 November, Michael berkata kepada Wassing;

 

"Saya pikir saya bisa melakukannya dan berenang ke pantai." dan melompat ke air.

 

Michael tidak pernah terlihat lagi.

 

Kapal itu diperkirakan sejauh 19 km dari pantai ketika dia berusaha berenang ke tempat yang aman, mendukung salah satu teori bahwa dia meninggal karena kelelahan, atau tenggelam. Wassing sendiri diselamatkan pada hari berikutnya.

 

Keluarganya mengerahkan segala cara mencari Michael, mulai dengan kapal hingga helikopter, menjelajahi daerah itu. Bahkan Nelson Rockefeller dan istrinya ikut terbang ke Papua mencari anak mereka, tapi tubuh Michael tak ditemukan.

 

Penyebab kematiannya secara resmi dinyatakan akibat tenggelam. Michael Rockefeller dinyatakan meninggal secara hukum pada 1964. Hilangnya anak konglomerat itu secara misterius menjadi sensasi dan rumor yang menyebar.

 

Beberapa mengatakan ia dimakan hiu saat berenang ke pulau, beberapa percaya ia dibunuh dan dimakan orang-orang suku Asmat. Sementara, yang lain berspekulasi ia tinggal di suatu tempat di hutan Papua, melarikan diri dari kurungan kekayaan.

CLOSING
 


Oke, sampai sini aja dulu. Kalo kalian suka bisa comment nanti biar gua bikin lagi. Sampai jumpa di bermalam berikutnya, bye.
😉



Referensi :
[1]. https://id.wikipedia.org


[2]. https://www.republika.co.id






[4]. https://www.papua.us

pakisal212bukan.bomatgpandita
gpandita dan 8 lainnya memberi reputasi
9
6.6K
15
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan