anakucilAvatar border
TS
anakucil
Sinar Lembayung Senja
"Pak selamat, bayinya kembar laki laki dan perempuan, kondisinya lengkap dan sehat, tapi saat ini sang ibu sedang dalam perawatan intensif, karna pendarahan" ucap suster, mereset semua yang ada di pikiran dan hati ku
"Terimakasih sus, bayinya di mana?" balas ku, senang dan khawatir akan ibu sang bayi
"Ada diruang perawatan dan harus di sinar selama beberapa hari karna kuning" ucap nya, sambil berjalan mengajak ku ke sana.

Melihat sepasang wajah mungil seperti tetesan air yang begitu sejuk di kepalaku, bingung, senang dan takut.

Pagi hari sebelum lahiran, mba Yuli berteriak memanggil ku yang sedang bersiap ke kantor, membuat ku bergegas keluar kamar menuju ke kamar nya, kulihat ibu ku yang sedang sakit juga berusaha keluar dari kamarnya.

Mba Yuli merasakan kontraksi hebat pagi itu, dengan sekuat tenaga ku bopong dan menaikannya ke mobil, meminta ibu ku menunggu, karna keadaanya yang sedang sakit. Suami mba Yuli, tujuh bulan lalu pergi menghilang tidak ada kabar berita, salah satu hal yang membuat beban pikiran ibu dan menurunkan kondisi kesehatannya. Aku anak bontot dari dua bersaudara dan bapak sudah meninggal tiga tahun lalu.

"Pak Aris, di panggil dokter" suara suster membuyarkan lamunan ku, melangkah mengikuti suster
"Maaf kami tidak bisa menolongnya" ucap dokter, membuat diri ku runtuh, terduduk menangis. Diam termenung kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi, tiba tiba aku teringat suara bapak sebelum beliau wafat "Mas, yang kuat dan tabah, sekarang kamu pengganti bapak".

Hhhhmmmm, perlahan ku kumpulkan semua kekuatan dan menghubungi ibu
"Bu, bayinya kembar laki laki dan perempuan lucu lucu, lengkap dan sehat" ucap ku
"Alhamdulillah, mba Yuli gimana" balas nya
"Mba Yuli, lagi istirahat, Aris sebentar lagi pulang mau ambil perlengkapan bayi" ucap ku
"Wis cepet pulang mas, ibu mau ikut ke sana juga" balas nya dengan suara ceria
"Ya bu, tunggu sebentar yah" ucap ku, duduk termenung merangkai kata kata untuk ibu.

Di rumah perlahan ku coba menyampaikan yang terjadi, berbicara dengan pelan dan selembut yang ku bisa, menenangkannya dan menghiburnya, tapi ibu tak kuat menahan kesedihan yang mendera hati, membuatnya pingsan dan pergi menyusul mba Yuli.

Hari yang tidak pernah bisa ku lupakan, kehadiran dua bayi mungil menggantikan ibu dan mba Yuli.

Kunjungan teman kantor dan saudara seperti suara lebah di telingaku, berlalu tanpa ku mengerti apa yang mereka bicarakan, berdengung tak berhenti membuat ku terjerumus dalam kebingungan seperti orang gila, hanya melamun dan menangis.

Sampai suara tawa seorang anak kecil yang berlari membawa ku kembali tersadar, perlahan mencoba mendengarkan dan mengerti apa yang sedang di bicarakan orang orang di sekitar ku. Saudara saudara ku dan keluarga dari suami mba Yuli yang juga ikut hadir membicarakan kedua bayi tersebut.

Kebingungan dengan biaya dan masa depan sepasang bayi mungil itu
"Mereka tanggung jawab saya" ucap ku membuat semua nya terdiam, ku kumpulkan semua kekuatan dan kesadaran yang ku miliki untuk bangkit.

Ku jual mobil peninggalan bapak dan mulai mengatur gaji ku untuk anak kakak ku, perlahan mereka menjelma menjadi malaikat kecil yang kuberi nama Damar dan Wulan, pengisi hari hari ku.

"Ris, jalan yuk, kita ngopi ngopi" pesan Bunga, terasa begitu menggoda mengingat kongkow barsama rekan kerja atau teman, menghabiskan uang gaji untuk kesenangan pribadi.

"Sorry ya, gw balik cepet mo ke dokter" balas ku, sambil menghitung gaji dan membagi kebutuhan ku dan para malaikat kecil serta pengasuhnya. Hmmm ga bisa punya tabungan sekolah kalau gini terus, melihat minimnya sisa uang gaji ku.

Otak ku terus berputar mencari jalan, melihat ojek daring di sepanjang jalan yang ku lalui dan berfikir mencari tambahan, tapi tetap masih kurang untuk pendidikan, ke dokter dulu deh pikir ku, membuka hp dan melihat foto mereka membuat ku tersenyum.

Malam setelah mereka tidur, aku duduk di halaman rumah berfikir keras, melihat rumah warisan bapak yang cukup besar, melamun melayang ke masa lalu.

Kehidupan bebas tanpa aturan, bekerja tanpa semangat dan wanita yang silih berganti ku pacari. Menikmati hal hal yang tidak berarti, mencari kepuasan yang tak kunjung kutemukan karna terus berlari dari kejaran.

Kuputuskan menjual rumah warisan orang tua, mencari rumah yang lebih kecil dengan harga murah, cukup untuk ku dan malaikat kecil. Walaupun banyak beda pendapat diantara saudara, aku tetap pada keputusan ku. Sampai akhirnya aku membeli rumah kecil di perumahan dekat tempat ku dulu, dan menyimpan sisanya untuk tabungan pendidikan mereka.

Waktu tak lagi terasa, Damar dan Wulan sudah mulai belajar jalan dan mengoceh, suara yang membakar semangat ku bekerja setiap pagi, tapi membuat ku merindu saat siang hari.

"Mas, kamu ga mau nikah po" ucap budhe ku, saat datang kerumah
"Inget umur, wis meh kepala tiga" sambungnya mengingatkan
"Dua lapan budhe, sek kinyis kinyis" canda ku sambil bermain bersama Damar dan Wulan yang merangkak dan mengoceh dengan bahasa mereka
"Njuk ki bocah, mau panggil apa ke kamu?" pertanyaan nya membuat ku terdiam

Mengadopsi mereka pikirku, tapi ternyata tidak bisa, hmmm aku harus menikah tapi siapa yang mau menerima Damar dan Wulan seperti anak sendiri, mengingat wanita yang ku dekati selalu menjauh perlahan, mengetahui aku membawa tanggungan, hanya tinggal Bunga yang tetap memberi harapan kepada ku.

Dia wanita yang cukup lama ku kenal, dekat dengan ku seperti layaknya pacar, selalu ada saat saat ku jatuh dan memberi ku semangat untuk berdiri.

Biarlah hari dan bulan berlalu, ku nikmati setiap saat dengan mereka, melihat dua orang anak yang sibuk menjelajah dan mengoceh terus meniup semangat kerja ku membara, membuat karir ku menanjak dengan cepat, seiring tumbuh nya Damar dan Wulan.

Papa!, suara panggilan yang keluar dari mulut mereka membuat ku menangis begitu bahagia saat pertama kali mendengarnya, tepukan tangan tangan kecil di wajah ku, seperti mengobati semua luka yang pernah ku alami.

Di suatu pagi ku gendong mereka memamerkan mobil baru dari kantor, bercanda riang dengan mereka dan membuka paket besar yang baru datang berisi car seat dan stroler.

Hari itu aku bersiap siap mengajak mereka ke sebuah mall, dengan segala keribetan dan banyaknya amunisi yang harus dibawa, akhirnya kita berangkat dan ini menjadi perjalan pertama kita bertiga.

Tak peduli dengan banyak mata memandang dan bertanya tanya, melihat ku begitu asik dengan kedua malaikat kecil ku, melihat lihat toko mainan dan mencoba coba baju untuk mereka. Saat keluar toko stroler ku menabrak kaki seseorang, karna mata ku tidak bisa lepas dari baju warna kuning kecil dan lucu untuk Damar dan Wulan.

"Maaf" ucap ku, dan melihat Bunga bersama seorang pria bergandengan tangan
"Eh, Aris" balas Bunga terkejut, melepaskan genggamannya, bersikap seperti kebingungan. Aku hanya tersenyum, menyapa Bunga dan sang pria, mengulurkan tangan ku mengajaknya berkenalan dengan ramah, habis sudah, pikir ku.

Kulihat wajah Bunga yang melihat ku dengan tatapan membingungkan, tapi ya sudah lah, selama ada Damar dan Wulan hal lain tidak begitu berarti, pikir ku, terus berjalan mencari coffe shop untuk istirahat dan memberikan makanan kepada mulut mulut kecil yang menggemaskan.

Coffe shop dekat pintu keluar menjadi pilihan, aku duduk dan memesan makanan, Damar dan Wulan terus berbicara saat kusuapi, sesekali ku goda dan tertawa tawa begitu lucu, bisa kongkow juga pikir ku melihat mereka yang sudah kenyang terlihat mengantuk di stroller, dan melirik kopi serta makanan, its me time, pikir ku.

"Lucu banget, kembar ya mas" ucap seorang wanita yang duduk di sebelah, dia beserta beberapa temannya sejak tadi memperhatikan ku.
"Iya, sepasang cewek dan cowok" balas ku tersenyum bangga
"Usia berapa?" tanya nya kembali
"Dua tahun" jawab ku, memperhatikan wanita itu
"Mama nya mana?" tanya seorang temannya menggoda
"Ini lagi mencari" balas ku tersenyum santai
Membuat mereka tertawa dan kita mulai berbincang bincang.

Wanita itu seorang dokter anak, berpenampilan menarik, santai dan sangat menyukai anak anak.
"Praktek di mana?" tanya ku
"Di Rs Ibu Anak Dharmawangsa" ucap nya, memberikan kartu nama
"dr Anita, saya Aris" ucap ku tersenyum

Coffe shop yang tepat pikir ku, sambil mengobrol dengan dr Anita dan kawan kawannya tentang permasalahan bayi, sampai akhirnya Wulan terbangun dan dr Anita meminta menggendongnya
"Wulan, lucu sekali seh kamu" ucap dr Anita menggendong Wulan dengan gemas
"Mama" ucap Wulan, tangan kecil nya memegang wajah dr Anita, membuat ku kaget dan disambut tawa kawan kawan dr Anita
"Iya" ucap dr Anita tertawa datar, tak lama menyerahkan Wulan ke pada ku
"Permisi ke toilet sebentar" ucap nya bergegas pergi

Tak mau berlama lama, karna ada janji dengan saudara, aku pamit dan bertemu dr Anita yang baru keluar toilet, Wulan kembali memanggilnya mama di ikuti Damar yang juga sudah bangun, dr Anita memberikan nomor pribadinya
"Kalau ada apa apa WA atau telepon saya" pesan dr Anita menatap Wulan dan Damar dengan sendu.

Waktu terus berjalan, sesekali aku dan dr Anita bertukar pesan, seputar kesehatan Damar dan Wulan.

Di suatu hari menjelang sore, dr Anita dan rekannya dr Ina, bersantai di coffe shop tempat kita bertemu dulu
"Gimana sama dr Irfan, gw liat ko dia kayak lem sama suster baru" ucap Ina
"Biar aja lah, nyari yang masih original kali" balas Anita santai menikmati secangkir kopi
"Loe masih suka kontak kontakan sama si Aris?" tanya Ina
"Iya, kadang kadang, orangnya lucu" balas Anita tertawa
"Udah lah, buka lembaran baru cari yang serius, elo masih muda, cantik, kaya, cuma kurang ceria dah kayak mayat hidup dingin gitu" ucap Ina
"plus janda yang ga bisa punya anak" tambah Anita santai. Dia meneruskan masih ingin sendiri, mengingat betapa hancurnya dia, saat mengetahui mantan suaminya selingkuh dan memiliki anak dari wanita lain, karna dirinya mandul, membuatnya seperti tidak memiliki api, membiarkan hidupnya berjalan dalam sepi.

Saat itu aku juga sedang berbelanja baju incaran ku untuk Wulan dan Damar, dengan hati riang aku bergegas pulang dan melihat dr Anita sedang duduk bersama temannya. Ku sapa dr Anita dan rekannya, berbincang sebentar karna ingin segera pulang, sebelum pulang dr Ina mengundang ku untuk datang ke acara nikahan nya, berfikir sejenak aku mengiyakan dan bergegas pulang.

Percakapan sore itu membuat Anita termenung di kamarnya, memegang wajah merasakan tangan kecil, seperti sentuhan lembayung senja yang begitu indah, membuainya dalam alunan hayal, memejamkan mata untuk sesuatu yang tidak mungkin di gapai.

Hari pun bergulir tiba di hari pernihakan dr Ina, sejak pagi hari Anita sibuk mencari baju dan berdandan, gw lebih cantik dari suster ngesot itu, pikir nya tersenyum di depan kaca.

Di acara pernikahan, Irfan mendekati Anita yang tampil sangat berbeda dari biasanya, anggun dan mempesona, tapi perhatian Anita teralihkan oleh anak kecil yang menarik narik bajunya. Anak perempuan yang lucu dengan bandana kuning cerah dan baju yang senada dengan Anita.

Mama!, suara kecil yang masuk begitu dalam mengisi relung relung hati, meresap di jiwanya, dan membangunkan nya dari tidur.

"Ehh, Wulan sini" ucap ku mendekat sambil menggandeng Damar yang ingin berlari lari
"Maaf ya" sambung ku, saat kulihat Wulan memegang erat baju seorang wanita, minta di gendong.
"Hi Wulan" balas Anita melihat wulan dengan mata berbinar bahagia
"Loh, dr Anita" ucap ku, tak mengenali karna tampil begitu berbeda hari itu
Anita menggendong Wulan dan mengenalkan ku ke Irfan yang bingung melihat Anita dipanggil mama.

Damar juga minta di gendong Anita dan ikut memanggil nya mama, suasana yang membuat ku merasa tidak enak, akhirnya setelah membujuk Damar dia mau ku gendong.

Anita bercanda dengan Wulan dan Damar bersama ku, membuat Irfan mundur perlahan menjauh. Hari itu Anita merasakan kebahagiaan yang belum pernah dia rasakan, sampai melupakan semua tujuannya. Relung relung kosong di hati nya terisi penuh, hingga saat sesi foto dia tetap menggandeng Wulan naik bersama ku dan Damar

Selepas acara Wulan tertidur di pelukan Anita, aku meminta maaf karna sudah membuatnya repot, tapi Anita begitu bahagia dan memaksa ikut mengantarkan sampai ke rumah ku, menyuruh supirnya mengikuti kita.

Di rumah ku, dia menanyakan siapa Wulan dan Damar sebenarnya, akhirnya ku ceritakan semuanya dengan sesekali menegarkan suara ku, yang bergetar.

"Mereka hidup ku" ucap ku, melihat Anita membuang muka dan menangis, dia juga bercerita tentang siapa dirinya, sampai tangan kecil itu merubuhkan tembok di hatinya saat menyentuh wajahnya dan memangil mama.

Hari itu, anita meminta ku agar membiarkannya dekat dengan Wulan dan Damar, yang perlahan membuat hidup Anita berubah, dari hanya vidio call rutin, menjadi jalan jalan bersama mengunjungi tempat wisata, kunjungan rutin kerumah Anita dan saling mengirimkan hadiah membuat bulan berganti dengan cepat, merekat kan kita seperti keluarga kecil yang bahagia.

"Kamu yakin sama dia, dah punya anak dua, dan bukan dr" ucap irfan, suatu hari di rumah sakit melihat Anita yang terlihat cantik dan ceria
"kombinasi janda dan bujang anak dua, itu obat yang pas, sesuai resep" ucap nya, berjalan santai meninggalkan Irfan sambil melambai kan tangan yang mengenakan cincin baru di jarinya, menghampiri dr Ina dengan senyum ceria.

"Ceria banget seh sekarang, jadi cantik deh, dr setyo orang baru nanya elo mulu, pusing gw" ucap dr Ina, tertawa dan terkejut saat Anita menunjukan cincin baru di jari manisnya.
"Siapa, ko ga ngundang gw?" tanya dr Ina penasaran
"ngopi yuk, dah jam pulang" balas Anita tertawa kecil

Sambil menikmati kopi, Anita bercerita tentang kehadiran Wulan dan Damar yang merubah dirinya menjadi seorang wanita dan seorang ibu seutuhnya, sesuatu yang selama ini hanya mimpi.

Menceritakan bulan demi bulan yang kita jalani bersama, membuat dirinya tak ingin terbangun dari mimpi yang indah. Tawa dan canda bahagia saat saat bersama, rasa cemas saat pengisi hatinya sakit, meniupkan angin segar yang membuat semangat hidupnya membara.

"Dua minggu lalu dia ajak gw jalan sama anak anak, makan di taman safari terus cari tempat piknik sambil gelar tikar" ucap Anita
"Di situ dia kasih cincin ini, ya gitu aja ga ada romantisnya sama sekali, udah gitu pas dia mau kasih ke gw, tiba tiba Damar dateng sama Wulan ngerubungin dan ngambil cincinnya bikin dia panik ngejar mereka" sambung nya tertawa bahagia.

"Trus dia ngajak loe nikah?" kejar Ina
"Enggak, ngasih cincin aja, dia bilang mau serius sama gw" balas Anita
"Tapi malem minggu kemarin dia ngajak gw candle light dinner, romantis banget ternyata orangnya, dia dandan pake jas, gw sampe pangling liatnya, ngasih bunga dan ngajak gw nikah, kayak di film film gitu" sambung nya tertawa kecil.

"Trus elo terima, sama orang tua loe gimana, ga keberatan?" tanya Ina
"Terima dong" balas Anita tertawa
"mmmm, nyokap kerjaannya belanja barang buat anak anak dari pertama kali kenal, bokap juga dari awal kenal minta jatah tiap dua minggu sekali mereka harus kerumah dan setelah nikah harus nginep" balas nya tersenyum, di sambut peluk Ina memberinya ucapan selamat.

Setelah menikah aku dan Anita mengadopsi Damar dan Wulan, mengajak nya serta anak anak ke makam orang tua ku dan kakak ku.

"Mas semalem aku mimpi, ketemu cewek ga aku kenal, dia ngucapin terimakasih tapi ga jelas gitu terimakasih buat apa" ucap Anita, sambil bercanda dengan anak anak
"Kayak gimana orangnya" tanya ku
"Agak gemuk, rambutnya sepundak" balas nya
"Kayak gini yah, orangnya" menunjukan foto di hp ku
"ehh, iya dia orangnya" balas nya terkejut
"ini mba Yuli, ibunya Wulan sama Damar" balas ku, mengecup kening istri ku.
Teringat mimpi ku, melihat kakak ku berdiri diantara orang tua ku tersenyum bahagia, melihat Anita menggandeng Damar dan Wulan yang tertawa bahagia bersamanya.

.........................................
Diubah oleh anakucil 27-11-2021 23:14
bukhorigan
MFriza85
MFriza85 dan bukhorigan memberi reputasi
2
617
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan