foto: mothership

Malangnya nasib ketiga korban atas perbuatan kejam Kim Tae Hyun, pria berumur 24 tahun, berawal hanya karena cintanya ditolak.



Korban A (identitas tidak diekspos) merupakan seorang gamer dan setiap malam dihabiskannya berkunjung ke PC bang (atau mirip warnet) untuk bermain game.

Di penghujung tahun 2020, A bertemu dengan beberapa teman yang mana mereka sering bermain game bersama. Di antara mereka semua, hadir satu orang lagi yang baru pertama kali ditemui A, yang tak lain adalah Kim Tae Hyun.

Setelah pertemuan tersebut, A beberapa kali berkumpul kembali dengan Kim bersama dengan teman-temannya yang lain. Dan perasaan suka terhadap A mulai dirasakan oleh Kim.

Cinta Kim namun bertepuk sebelah tangan dan ditolak oleh A. Tidak menerima balasan A, Kim berubah emosional. A yang ketakutan karena tingkah Kim memutuskan untuk tidak berkumpul lagi dengan teman-temannya kalau sekiranya Kim juga hadir.

Kelakuan Kim tambah menjadi-jadi. Ketika tengah bermain game, ia sering mengirimkan pesan yang melecehkan A. Kim juga menggunakan telepon umum untuk terus menghubungi A. Kim bahkan menguntit A ke PC bang tempatnya bermain game.

Karena tidak tahan, A mem-block akun game Kim dan mengganti nomor ponselnya. Namun Kim tetap bisa meraih info A dari sosial media dan kembali mengulangi aksinya.



Tingkahnya tersebut bukan pertama kali dilakukannya. Kim pernah didenda sebesar 300.000 Won karena pelecehan yang dilakukannya di sosial media. Ia pun kerap mencuri uang dari PC bang tempat bekerjanya dulu hingga dipecat dan dilarang masuk. Kim juga pernah didenda 2 juta Won karena memasuki kamar mandi umum wanita, dan 2 juta lagi karena mengirimkan pesan rekaman suaranya yang tengah mendesah kepada anak sekolah.



Tidak pantang menyerah, Kim membuat akun game baru dan mengundang A untuk bermain bersama. Kim merubah cara bicaranya dan berkelakuan seperti orang baru. Kim mulai memata-matai aktivitas A, seperti kapan ia bekerja, kapan ia kembali ke rumah, dan kapan ia bermain game.



Kesalahan fatal A pun ditemukan Kim. Di salah satu foto yang diunggahnya di sosial media, A memunculkan alamat rumahnya yang tertangkap kamera tanpa sengaja.

23 Maret 2021, di ponselnya ditemukan bahwa Kim melakukan pencarian online berupa tempat darurat untuk bersembunyi, bagaimana cara membunuh orang dengan cepat, dan lokasi jembatan Mapo (jembatan yang terkenal sebagai tempat bunuh diri).


foto: allkpop

Pukul 5:35 sore, Kim menuju apartemen tempat A tinggal dan menyamar sebagai staf pengirim paket.

Pintu masuk dibuka, dan adik perempuan A segera dihujam tusukan pisau oleh Kim hingga nyawanya melayang. Pukul 10:31 malam, ibu A yang baru pulang segera ditusuk hingga tewas oleh Kim yang tengah menunggu di dalam. Dan A yang tiba sejam setelahnya pun mengikuti jejak ibu dan adiknya.




foto: k!

Tiga hari lamanya Kim tinggal di rumah A, bersama dengan tiga mayat di dalamnya. Ia menghabiskan waktunya di sana memakan makanan dan meminum alkohol persediaan A.

Polisi pun tiba di apartemen setelah teman A menghubungi aparat karena tidak adanya kabar sama sekali dari A.




foto: m-en.yna.co.kr

Ketika ditangkap, Kim meminta maaf kepada publik dan mengatakan kalau ia merasa bersalah hanya dengan menghirup udara. Tapi tentu saja, polisi tidak mengindahkannya.

Di sidang pertamanya di Juni 2021, Kim menerima semua tuduhan yang dijatuhkan padanya.

Pemerintah Korea Selatan segera memperbaharui undang-undang terkait penguntitan yang awalnya hanya dipandang sebelah mata. Mulai berlaku Oktober 2021, pelanggar akan dikenakan hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda mencapai 50 juta Won.



Intinya, hati-hati ketika mengunggah data online, jangan sampai informasi pribadi ikut terbawa dan disebarluaskan melalui sosial media.



Sumber:
Coffeehouse Crime
m-en.yna.co.kr
allkpop
mothership
TheKoreaTimes
k!