Tak terasa bulan ramadhan penuh berkah hampir tiba di penghujungnya. Itu tandanya sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri 1442 H pun tiba. Bagi para perantau atau yang jauh dari sanak saudara dan keluarga, mungkin lebaran adalah salah satu kesempatan untuk berkumpul. Salah satu caranya adalah dengan mudik.

Namun, karena pandemi virus covid-19 masih melanda negeri ini, otomatis tradisi mudik dihapuskan untuk kedua kalinya. Yaitu untuk tahun kemarin dan tahun ini. Sedih? Jawabannya pasti. Ane salah satunya. Sejak tahun 2017 ane memutuskan untuk tinggal di kampung halaman suami di Pulau Bawean, padahal sebelumnya ane tinggal dan tumbuh hingga dewasa di desa Ngijo, Tasikmadu, kota Karanganyar, Solo, Jawa Tengah. Jadi telah terhitung 4× lebaran ane gak mudik. Udah kayak Bang Toyib aja kan ane? Bahkan lebih deh soalnya Bang Toyib hanya 3× lebaran gak pulang.

Rindu! Sudah pasti itu yang ada di benak ane saat ini. Ane yang sebenarnya berencana mudik sejak lebaran tahun 2020 kemarin, berhubung pandemi lagi merebak secara liar dan larangan mudik diberlakukan pemerintah, ane menahan diri. Ane mengikuti arahan pemerintah, meskipun batin ini didera kerinduan yang sangat mendalam terhadap orangtua, sanak saudara, handai tolan dan kampung halaman tentunya, GanSist. Namun, ada satu tempat dari sekian tempat di kampung halaman yang membuat batin ini sangat merindu dan pastinya menjadi tempat yang wajib ane kunjungi. Yaitu Makam Wismoloyo di Desa Ngijo. Bagaimana tempat ini gak membuat hati ane merindu dan wajib dikunjungi coba? Di sini jasad Ibu tercinta dimakamkan. Tak hanya jasad Ibu tercinta, ada juga leluhur ane yang dimakamkan di pemakaman tersebut juga.


Ane rindu tak hanya sosoknya semasa hidup, wejangan beliau sangat berarti dalam hidup ane. Meskipun doa selalu mengalir dari bibir ini untuk beliau, tak lengkap rasanya jika tidak bisa bersimpuh atau memeluk pusaranya. Apalagi telah 4 tahun lamanya, ane tidak berkunjung ke peristirahatan terakhirnya.



Sebenarnya bisa saja sih, mudik setelah lebaran. Namun, hal itu rasanya kurang afdol ane rasakan. Kesannya sangat berbeda, GanSist. Padahal yang namanya mudik, ada hal yang telah menjadi tradisi antara lain ziarah, sungkeman saat hari raya dan berbagi THR atau agpao bagi para keponakan. Karena #EnggaMudikDulujadi ritual ziarah diganti dengan menatap foto Ibu sembari tidak berhenti mendoakannya, sungkeman via online, dan berbagi THR nya via transfer. Seperti yang dilakukan pihak Kaskus yaitu #KaskuserBerbagiTHR, GanSist.

Meskipun #EnggaMudikDulu dan rasa rindu terpaksa dipendam terlebih dahulu, hari raya lebaran tetap ane sambut dengan sukacita di kampung halaman suami, di Pulau Bawean ini.

Cukup sekian thread ane kali ini tentang tempat di kampung halaman yang paling membuat hati merindu dan wajib dikunjungi. Meskipun silaturahmi tatap muka selama lebaran diperbolehkan, pesan ane tetap jaga protokol kesehatan, GanSist. Melaksanakan pesanyaitu memakai masker, menjaga jarak sekaligus menghindari kerumunan dan sering mencuci tangan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H