rirandaraAvatar border
TS
rirandara
[COC Edu] Sekolah Daring yang Kadang Kala Membuat Kepala Emak Pening


Assalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

Hai, sobat kaskuser dimana pun berada. Bagaimana kabar semuanya? Saya harap kalian dalam kondisi yang baik lahir juga batin. Terlebih di era pandemi semacam ini. Yang benar-benar menguras emosi, eh.

Tanpa terasa bulan Januari di 2021 sudah masuk pekan ketiga. Itu tandanya hampir satu tahun kita di rumah saja, bukan?! Hmm, tadinya saya kira jika tahun berganti, pandemi juga akan turut pergi. Tetapi, sepertinya kita mesti bersabar lagi untuk semua ini.

Pandemi ini tak pandang bulu. Semua aspek disikat. Salah satunya pendidikan. Akibat pandemi ini juga, mau tidak mau, suka tidak suka para siswa dan guru harus melewati sistem belajar secara daring. Tapi itu pun tidak semua daerah menerapkannya. Kebetulan kota saya tinggal masuk dalam daftar red zone tidak lama setelah pandemi ini melanda. Jadi, dua setengah semester telah dilalui anak-anak saya juga teman-temannya dengan bersekolah online.

Sistem belajar online yang dilalui anak-anak tak jauh berbeda dengan sistem belajar ketika mereka masih bersekolah di saat pandemi belum melanda. Setiap hari, guru memberikan tugas sesuai jadwal pelajaran via WAG kelas. Hanya saja setelah selesai mengerjakan, anak-anak mesti mengirimkan laporan. Berupa foto ataupun video hasil belajar. Dan foto ketika mereka mengerjakan tugas. Dan yang paling bikin nganga adalah sebagai orang tua mau tidak mau saya harus menjadi seorang guru di semua mata pelajaran. Baik SD maupun TK.

Setiap hari mendampingi kedua anak (TK dan SD) yang bersekolah online cukup memberatkan bagi saya. Pada anak yang masih TK masih ringan lah. Hanya mengarahkan sesuai tugas yang diberikan. Namun untuk yang sulung, setidaknya saya mesti memberikan perhatian lebih lagi. Terutama ketika ada materi pelajaran yang belum dipahami betul-betul. Nah, di situlah tugas saya sebagai guru dadakan diuji. Menjelaskan hal-hal di luar kuasa saya dengan ilmu yang tidak seberapa. Alangkah nikmatnya, bukan?!
Mulanya semua ini meriweuhkan. Tapi makin kesini, biasa aja. Mungkin ini lah yang dinamakan bisa karena terbiasa, hahaha.

Quote:


Tapi semua tidak selalu berjalan mulus. Adakalanya ketika bertemu dengan mata pelajaran yang benar-benar tidak saya pahami, kepala saya mendadak pening tiada kira. Bertemu dengan pelajaran Bahasa Jawa, contohnya.

Pernah kejadian belum lama ini.
Dari semalam badan sudah terasa tak enak.Tapi dipaginya tetap saja tugas harian sebagai ibu wajib dilakukan: mencuci dkk-nya. Nah, kebetulan anak sulung saya di hari itu sedang belajar Bahasa Jawa. Ada satu tugas yang dia tidak pahami. Bertanyalah pada ibunya ini. Sebagai guru dadakan tentu saya mesti ada untuk muridnya. Tapi apa yang terjadi? Setelah tahu tugasnya apa, keringat dingin seketika membanjir. Menguyupkan baju yang saya pakai. Pada akhirnya, saya memilih angkat tangan, hahaha. Daripada nantinya kepala makin berdenyut-denyut.

Selama pandemi ini, anak-anak sama sekali belum pernah belajar tatap muka lagi. Entah itu hanya masuk beberapa siswa saja atau apa. Seperti halnya di tempat-tempat lain. Jadi kedua anak saya full belajar dari rumah. Kalaupun ada hal yang mengharuskan untuk ke sekolah, misalnya mengambil buku paket semester baru, pihak sekolah meminta orang tua yang mengambilnya sesuai jadwal yang sudah ditetapkan. Ini demi menghindari kerumunan, begitu kata guru kelas anak saya. Jika wali murid tidak memungkinkan untuk datang, siswa diperolehkan mengambilnya sendiri. Itupun hanya bagi siswa yang sudah duduk di kelas 6.
Dan, semua yang datang ke sekolah pun wajib menerapkan protokol kesehatan.

Sebenarnya sistem belajar dari rumah ini banyak merubah kebiasaan sehari-hari. Saya jadi hampir tidak pernah mencuci seragam lagi. Karena mereka tidak diwajibkan berseragam saat SFH berlangsung. Cukup berpakaian rapi saja. Waktu yang diberikan oleh guru untuk anak-anak setor tugas lebih longgar. Asal tidak lewat dari jam dua siang. Anak-anak pun masih bisa belajar sambil ngemil ataupun minum. Malah anak saya yang TK sambil lihat kartun. Coba bayangkan jika itu dilakukan saat belajar di sekolah. Mustahil terjadi, bukan.

Akan tetapi bagi saya, ada satu hal yang tak boleh berubah mau dalam kondisi pandemi ataupun tidak yaitu, bangun pagi. Anak-anak saya wajibkan bangun pagi. Paling telat jam
05.00 wib mereka harus sudah melek. Entah itu tanggal merah, hijau, hitam bahkan ungu sekalipun. Karena saya berpikir, itu akan sangat berdampak ke depannya buat mereka.

Begitulah sekelumit kisah saya tentang bagaimana rasanya mendampingi anak-anak belajar daring. Yang kadang bikin pening. Tapi jangan sampai jadi darting, hiii jauh-jauh deh.

Tugas si sulung saat disuruh membuat poster mengenai cinta lingkungan

Quote:



Wassalamu'alaikum warahmatullahi Wabarakatuh

ditulis: rirandara
Opini pribadi
Foto: dokumen pribadi
Diubah oleh rirandara 22-01-2021 04:07
1syarif
gagalproduk
jokoariyanto
jokoariyanto dan 63 lainnya memberi reputasi
64
9.4K
335
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan