arai01Avatar border
TS
arai01
Anime Masterpiece Itu yang Kayak Gimana Sih?


Menilai kualitas dari suatu karya seni memang bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, terlebih jika penilainya bukanlah orang yang mendalami ilmu seni. Anime juga salah satunya. Sebagai karya seni maupun hiburan, maka segala anggapan yang disematkan kepadanya itu relatif terhadap satu orang dengan lainnya. Namun, bagaimanakah agan menilai suatu anime itu trash atau masterpiece? Bukan, kita tidak berbicara tentang "Master piece: the Animation"emoticon-Embarrassment, tapi anime yang menurut kita masterpiece.

Masterpiece, jika kita merujuk definisinya dari Wikipedia, maka bisa dialamatkan pada suatu karya yang mendapatkan banyak sekali pujian secara kritik, suatu karya yang dianggap sebagai the greatest work dari seseorang maupun tim. Kata lainnya yaitu magnum opus, menandakan bahwa karya tersebut memiliki standar tertinggi di kastanya. Namun begitu, masterpiece dalam perkembangannya telah mengalami pergeseran makna, dan perlahan kehilangan 'kramat'-nya. Banyak orang yang dengan mudahnya meneriakkan masterpiece untuk menjustifikasikan perasaannya terhadap suatu karya, atau sekadar mem-blow up agar orang lain tertarik dan melirik. Maka dari itu, kata ini sekarang tak lebih dari prosa cantik sebagai pujian hiperbolik supaya calon penonton terkena clickbait untuk menonton karya terkait.

Ane sempat menemukan beberapa pandangan terkait apa itu masterpiece, serta bagaimana ciri suatu anime sehingga dapat dikatakan sebagai masterpiece setidaknya oleh banyak orang dalam bidang yang cukup relevan. Mari kita ulas dari berbagai aspek.


CERITA


Akira. ©1987 AKIRA COMITTEE.


Tentu saja, tujuan awal kita menonton anime adalah untuk mendapatkan cerita (mostly), bukan untuk mendengarkan musiknya, atau menyaksikan visualnya. Makanya, cara yang paling objektif untuk memilih suatu judul untuk ditonton adalah dengan membaca sinopsisnya. Bagi media hiburan seperti ini, substansi paling utama ada pada ceritanya. Meskipun ada anime yang memiliki visual yang wah, namun kalo ceritanya ampas tetap aja bisa menjadi aib bagi studio itu sendiri (Uchiage Hanabi). Well, sebenarnya keseluruhan aspek dari suatu anime itu sendiri patut dipertimbangkan. Namun cerita ini bisa dibilang mempunyai bobot lebih besar dibanding unsur lainnya.

Untuk anime series, kestabilan kualitas dari episodenya harus dipertahankan. Satu saja ada episode yang lemah atau bahkan filler tak berbobot, maka jangan harap akan mendapatkan respon bagus. Maka dari itu semakin panjang suatu seri akan semakin sulit mempertahankan kualitas per episodenya, terlebih lagi anime-anime long runyang menolak tamat, serta anime yang kena milking semacam Naruto Boruto series.


SOUNDTRACK & VISUAL


Liz and The Blue Bird. ©2018 KYOTO ANIMATION.


Beberapa kalangan penonton mengharuskan soundtrack yang bagus menghiasi anime favoritnya. Paling tidak, ada track yang memorable, dan sejalan dengan atmosfir dalam cerita. Tidak terlalu lebay seperti sinetron, tidak mesti bombastis seperti blockbuster. Memiliki soundtrack yang pas dengan tensi tentunya akan membawa penonton ke level pengalaman yang benar-benar baru. Setelah animenya berakhir, alangkah baiknya kalau dapat memberikan kesan mendalam supaya penonton juga ingin mengoleksi OST-nya.

Soundtrack yang berkualitas akan memanggil memori tentang adegan yang diiringinya kapanpun didengarkan. Namun apakah menganggap anime suatu karya mutakhir hanya dari soundtracknya saja itu dapat dibenarkan? Well, kayaknya sih enggak juga yah. Ada kalanya soundtrack hanya berfungsi sebagai bonus.

Di sisi lain, visual maupun animasi merupakan unsur utama dalam menyampaikan ceritanya. Haruskah masterpiece mempunyai visual yang waw? Bagi ane sih, selama visual itu dapat menyalurkan konteks cerita dengan lengkap tanpa ada yang miss, maka bukan masalah sama sekali. Pada akhirnya enjoyment itu utamanya pada cerita, pada konteks yang ingin disampaikan. Mirip dengan soundtrack, visual bagus itu bonus. Visual yang waw sendiri enggak dapat dianggap sebagai masterpiece secara keseluruhan, kecuali kalau memang dalam diskusi tentang sakuga maupun background art.



GAYA EKSEKUSI


3-gatsu no Lion. ©2016 SHAFT.


Ada yang bilang, "It's not about the idea. It's about the execution". Ide yang original dan unik kalau dieksekusi dengan miskin maka bakal sia-sia. Namun ide yang apa adanya dan sederhana, dengan eksekusi yang masterfull bakal mengena. Eksekusi adalah istilah yang menyangkut dengan directing serta komposisi dari berbagai macam elemen dalam produksi anime. Bagaimana akan membuat suatu adegan, penentuan tone, timing, point of view, bagaimana seiyuu akan berakting, dlsb. Gaya eksekusi yang apik akan dijadikan referensi oleh banyak judul setelahnya, oleh director yang lain.

Penggambaran yang abstrak seperti emosi manusia termasuk hal yang sulit untuk disampaikan, tanpa adanya dialog. Secara umum sih mood diceritakan oleh narasi maupun inner thought, atau bisa juga dengan ekspresi. Di media anime maupun manga untungnya bisa digunakan untuk menggambarkan muka manusia dengan sangat ekspresif, yang akan sulit sekali dipraktikkan oleh aktor manusia. Dengan media ini, level toleransi dan imajinasi penonton meningkat sehingga penggambaran yang imajinatif tidak terasa lebay. Ide yang sederhana namun dieksekusi dengan maksimal dapat menghasilkan impact yang besar.


ORIGINALITY, RARITY, AND REVOLUSIONARITY


Samurai Champloo. ©2004 Manglobe.


Apakah masterpiece harus memiliki ide yang original? Jika menengok paragraf-paragraf sebelumnya, maka sebenarnya originalitas tidaklah terlalu dipusingkan. Saat ini, sudah banyak sekali judul anime yang membawakan tema dan premis yang mirip, dan hanya divariasikan karakter dan settingnya saja. Sebagai contoh kita ambil tema tentang time travel. Anime yang paling pentolan dengan tema ini tentu saja Steins;Gate. Banyak sekali yang menganggapnya anime terbaik lah, termehek lah. Namun ide time travel itu tidak semata-mata diangkat oleh Steins;Gate. Toki wo Kakeru Shoujo, Haruhi, bahkan Tatami Galaxy dan Doraemon telah mengangkatnya duluan. Makanya ide yang bagus kalau dieksekusi dengan brilian akan menuai sukses secara kritik. Dan originalitas ini mengarah ke kelangkaan (rarity) yang semakin kesini semakin mustahil untuk dibuat. Bisa jadi suatu anime mengangkat tema yang pasaran, namun diceritakan dari perspektif yang berbeda. Itu sudah cukup untuk membuat cerita yang berpotensi.

Kelangkaan bisa kita temui bukan dari tolak ukur premis, namun gaya eksekusi. Anime-anime yang termasuk langka adalah yang memberikan sentuhan terunik dalam produksinya. Contoh Mushishi dengan ambience-nya, Mononoke dengan visual trippy-nya, dan One Room dengan PoV-nya. Dalam kasus ini, maka anime masterpiece mestinya tergolong langka, namun anime langka tidak semerta-merta menjadikannya masterpiece.

Originalitas dan kelangkaan tidak selalu menggemparkan komunitas penikmat anime. Tampaknya, ketiga hal ini juga masih samar-samar hubungannya. Apakah masterpiece harus menggebrak pasar? Tidak juga. Kepopularitasan tidak berbanding lurus dengan kualitas. Kalo revolusioner adalah salah satu syarat dari masterpiece, maka SAO harus dikatakan masterpiece dong. Nyatanya, SAO kalah telak secara kritik dibandingkan Log Horizon ataupun hack//. 

Siapa yang berhak menentukan masterpiece?
Well, kayaknya enggak ada yah, karena konteksnya "menentukan". Coba kalau "menganggap", maka sederet judul akan terlintas karena fandom yang vokal itu mempengaruhi juga. Disini itu pendapat minor akan banyak ditekan atau tenggelam begitu saja. Begitulah cara kerja komunitas. Kalau boleh dibilang sih, komunitas anime dan manga itu belum cukup dewasa untuk mengenali perbedaan pendapat dan bersuara. Banyak orang yang masih bersifat bocah dan tak terima anime favoritnya dikritik. Secara wawasan tiap orang terhadap suatu media hiburan juga berbeda-beda, maka standarnya juga berbeda.

Tapi apakah memang benar ada anime yang pantas menyandang gelar masterpiece?
Bisa jadi, suatu judul yang kita anggap masterpiece, ternyata dinilai trash oleh orang lain, dan begitu pula sebaliknya. Sebaiknya sih enggak terlalu serius dalam menanggapi hal-hal seperti ini. Lagipula tidak ada faedahnya berkonflik untuk hal sepele emoticon-Blue Guy Bata (S). Suatu karya yang bagus gak akan berkurang nilai artistiknya hanya karena orang lain mengecapnya medioker. Kalau anime itu bagus buat agan, well dimana masalahnya ya 'kan? Semua anime itu bisa ditonton tanpa harus mendengar pendapat orang lain kok. Kalo secara pribadi sih, ane jarang banget menyebut masterpiece sih, karena lebih seneng pake istilah favorit. Hal ini karena memang gak ada satu pun anime yang flawless. Sebagus apapun animenya, kalo mau dicari-cari celahnya ya bakal ketemu juga. Lain halnya kalo anime udah berasa trash dari awal, gak ragu-ragu ane menyebutnya trash. Seperti ungkapan, cantik itu relatif, tapi jelek itu mutlakemoticon-Blue Guy Bata (S). Di sisi lain, anime trash yang tau kualitasnya sendiri itu berada di kasta yang lain. Sebutannya yaitu So Bad It's Good, dan bisa menjadi topik pembahasan di lain waktu.


So, menurut agan-agan, anime yang masterpiece itu yang kayak gimana sih? Adakah yang punya standar berbeda? Share aja gan, mari kita berdiskusi.emoticon-Angkat Beer

EL.PSY. KONGROO.


Quote:


Diubah oleh arai01 20-08-2020 15:24
fadlyy27
tien212700
skyzo.skyzo.501
skyzo.skyzo.501 dan 36 lainnya memberi reputasi
35
16.1K
165
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan