agungdar2494Avatar border
TS
agungdar2494
Begini Cara Mendidik dan Memotivasi Anak Kecil Versi Ane, Kalo Agan Sista Gimana?

Halo Agan Sista, khususnya para orangtua ataupun yang mungkin sebentar lagi punya anak, atau memiliki ponakan, atau sedang mengajar di sekolah.

Kesempatan kali ini ane mau berbagi cerita, pemikiran dan pengalaman ane seputar "Cara Mendidik dan Memotivasi Anak (versi Ane dari pengalaman pribadi)".

Banyak orangtua menganggap, bentuk apresiasi paling mudah, memiliki arti, dan sederhana adalah dengan memuji (menyemangati) anaknya dengan sebutan "Anak Pintar" ketika sang anak berhasil melakukan sesuatu.  Harapannya, agar sang anak termotivasi supaya selalu menjadi anak yang pintar.

Meski bukan seorang ahli, 'pun belum pernah ambil jurusan pendidikan yang dikhususkan buat mendidik anak-anak. Saat masih duduk di bangku SMA, hingga masuk dunia perkuliahan. Mengajar Privatesempat menjadi salah satu side job ane buat nambah-nambahin uang jajan (kala itu). Mulai dari mengajar matematika dasar, bahasa inggris, bahkan kadang kala semua pelajaran sekolah ane libas. Demi exist di bidang ini (well, tak begitu sulit untuk menemukan jawaban dari soal yang ada di buku LKS anak kecil, 'kan?).



                  sumber : dokpri (saat KKN di pelosok Pekanbaru, desa teluk binjai 2015).

Di masa itu, ane sangat merasakan bahwa jika tujuan kita adalah untuk mendidik dan memotivasi anak-anak, maka jalan yang paling tepat adalah untuk menyemangatinya agar tekun, bahwa setiap manusia itu diberkahi kesempatan yang sama, dan keberkahan tersebut wajib kita manfaatkan sebaik yang kita bisa. Hal ini berlaku bagi semua anak di semua lingkungan, latar belakang ataupun strata yang pernah ane "bersamai". Inti dari perilaku mereka adalah sama, butuh perhatian dan dukungan moriil, tanpa perlu ada perbandingan A > B dan sebagainya. Setiap manusia punya keunikan potensi masing-masing, khususnya anak kecil.



            sumber : dokpri (saat KKN di pelosok Pekanbaru, desa teluk binjai 2015)

Bagi yang pernah menjadi anak-anak, dan belum lupa drama-drama yang pernah terjadi di masa SD, SMP, bahkan SMA. Tentu akan sepakat jika di masa itu kita juga merasakan 'Beratnya kehidupan menjadi anak kecil', dari masalah sesimpel tak mendapat sepatu baru setelah kenaikan kelas, hingga pressuredari orangtua yang menuntut kita (anak) untuk menjadi yang paling pintar, atau minimal bisa seperti anaknya si Om A yang hobi baca itu. Setiap anak kecil punya masalahnya masing-masing. Setiap masalah tentu memiliki solusi (jalan keluar) yang bisa jadi diselesaikan seorang diri, ataupun dengan bantuan/dukungan orang lain.

Dari sudut pandang anak kecil, mereka kadang berlomba menjadi yang terpintar supaya sang orangtua bangga dan bahagia. Bagi anak kecil yang merasa sudah gagal menjalankan misi tersebut, biasanya akan down,belajar sekenanya atau bahkan ogah-ogahan untuk belajar. Sebab dirinya sudah merasa jadi anak yang bodoh (tidak pintar).

Ironisnya, tak jarang orangtua memiliki perilaku yang kurang supportif, malah justru menuntut kepada sang anak, agar sang anak menjadi pintar. Orangtua yang berkecukupan tentu akan memfasilitasi anaknya dengan berbagai bimbingan belajar (les). Sedangkan orangtua yang kurang berkecukupan biasanya akan bersikap acuh, dan menerima bahwa benar anaknya dilahirkan tidak pintar. Kedua jenis orangtua ini sangat sering ane temui di berbagai tempat. (Sumsel, Pekanbaru, Bangka, hingga Jakarta).


(Dokpri : Gerakan Mahasiswa Mengajar)

Dua semester ane luangkan untuk mendedikasikan diri bersama teman-teman, demi mengajar semua anak kampung terdekat secara gratis. Antusiasme yang tak terbendung (melebihi ekspektasi) membuat ane dan teman-teman sempat kewalahan. Berawal dari mengajar di kosan, hingga pengajuan ke Aula Masjid di sekitar kampung tersebut. Pengalaman ini menjadi bukti bagi ane, bahwa sejatinya minat anak untuk belajar itu TINGGI!Kendati, fasilitas pendukung baik dari segi pengajar dan juga infrastruktur yang mungkin tak sesuai dengan keinginan mereka.


(Dokpri)

Menurut ane, memaksa anak kecil agar jadi anak yang pintar merupakan sesuatu yang keliru. Menjadi pribadi yang penuh dengan aura positif, semangat, dan akhlak yang baik jauh lebih penting. Namun lebih penting daripada itu, adalah keinginan sang anak itu sendiri. Ingin menjadi manusia seperti apa mereka? sebagai orang dewasa, tugas kita hanyalah membimbing dan memotivasi.







Terakhir, emang ada yang lebih menyenangkan dari melihat senyum tulus yang terpancar dari jiwa-jiwa yang masih polos seperti anak kecil?


Sumber Gambar : 100% Dokumen Pribadi
Referensi : 100% Opini dari 100% Pengalaman Pribadi



Jadi Kalo Menurut Agan Sista, Gimana?



Diubah oleh agungdar2494 01-07-2020 02:21
gembelngehe
TaraAnggara
anna1812
anna1812 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
2.3K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan