SKINCARE DAN MASKER ORGANIK TAK HANYA MENCERAHKAN WAJAHKU, TAPI JUGA CERAHKAN DOMPET KU

Adalah 3 suku kata yang mungkin akhir-akhir ini sering diperbincangkan oleh sebagian besar orang dipenjuru dunia. Bukan karena namanya yang keren, tetapi karena persebaran virusnya yang amat sangat cepat. Di Indonesia sendiri tercatat ada 37.420 orang yang terkonfirmasi positif dan 13.776 diantaranya tidak bisa diselamatkan. Beberapa waktu yang lalu pemerintah menghimbau masyarakat untuk melakukan physical distacing yang artinya bahwa setiap orang wajib berada dirumah untuk melakukan isolasi mandiri. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk memutus rantai Persebaran vitus Corona yang semakin hari semakin menjadi saja. Adanya himbauan physical distancing dari pemerintah itu membuat aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat menjadi terhambat, terutama bagi mereka yang diharuskan bekerja di luar rumah.

Pandemi virus Corona ini tidak hanya membuat masyarakat menjadi lebih waspada terhadap kesehatan diri mereka, namun juga mengharuskan masyarakat untuk beradaptasi secara cepat. Bagaimana tidak jika orang yang biasanya kerja lari-larian dilapangan harus merubah aktivitasnya menjadi Work From Home(WFH). Anak sekolah dan anak kuliahan mau tak mau harus belajar dengan cara daring (dalam jaringan). Warung makan, cafe, pusat perbelanjaan, pasar tradisional, hotel, dan tempat wisata ditutup untuk mengantisipasi adanya kerumunan. Tentu saja hal ini menimbulkan pro dan kontra dari berbagai pihak, terutama bagi orang-orang yang harus keluar dari rumah untuk mengais rejeki.



kata itu mungkin cocok jika dipergunakan untuk menggambarkan perasaan masyarakat Indonesia. Keresahan akan kesehatan tubuh belum reda, kini ditambah lagi dengan perekonomian yang makin memburuk. Tidak hanya pedagang kaki lima, karyawan kontrak yang kena pemberhentian massal, dan kang ojek online yang kalang kabut dengan kondisi ini, TS pun juga merasakan bagaimana kalutnya tak bisa bekerja ditengah pandemi yang kian merebak. Sebagai pengajar yang bukan ASN tentu kebijakan WFH membuat TS sedikit sesak. Les disekolah tak berhenti mendadak. Les privat berhenti sejenak. Ekstrakurikuler juga mandek sampai waktu yang gak bisa ditentukan. Lalu bagaimana?? Haruskah TS guling-guling di depan istana negara untuk minta bantuan sembako kepada bapak Presiden Jokowi?? Atau TS harus salto didepan Bapak Ganjar agar sekolah tetap dibuka? Ya tentu saja tidak
Meski sekolah diliburkan, les diistirahatkan sementara, dan ekstrakurikuler vakum, TS mencoba untuk membuka peluang usaha.


Begitulah bunyi dari peluang usaha yang TS geluti. TS memutuskan untuk berjualan skincare bukan hanya karena ingin coba-coba saja, akan tetapi emang ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan TS.



Karena TS gak mau jadi orang mainstream diantara orang mainstream lainnya hehe eyaaakkkkk
Eh engga ding, bercanda ! Alasan TS kenapa gak memilih berjualan masker karena TS gak terampil dalam dunia jahit menjahit. Terlepas dari itu sih pasti dah banyak banget orang yang berubah profesi jadi penjahit dadakan untuk jualan masker kain. Sehingga TS tak mau saling sikut terlalu keras dengan orang-orang dalam mengais rejeki hehehe


Ya karena ketika permintaan di pasar tinggi, penawaran dari pedagang juga akan mengalami kenaikan pula. Nah terus apa hubungannya?
Hubungan nya adalah banyak orang yang membutuhkan hand sanitizer sedangkan barangnya langka (karena ditimbun yaaa ) maka harga barang tersebut pasti akan melambung tinggi. Jadi sejujurnya TS gak punya dana untuk kulakanhand sanitizer dalam jumlah yang agak banyak.
Loh kan bisa buat sendiri? Kenapa ga coba buat sendiri?
Hei gak semudah itu markonah ! Yang kita hadapi itu virus, sesuatu yang ga nampak tapi mudah beranak pinak. Tentunya ketika kita ingin membunuhnya maka ada ketentuan-ketentuan yang harus kita perhatikan, dan dalam kondisi yang seperti ini cari alkohol dengan kadar tinggi itu sulit banget.
Nah itu lah kenapa kok TS lebih memilih berjualan skincare organik daripada masker kain atau hand sanitizer.





Empon-empon atau rempah enak seperti kencur, jahe, kunyit, cengkeh, kayu manis, ember, panci, gayung dan ehhh keblabasan adalah barang nomer tiga yang diburu setelah masker kain dan hand sanitizer. Pasalnya orang yang sering mengkonsumsi empon-empon ini akan kebal dari virus Corona (katanya loh ya), makanya banyak banget orang yang kemudian menjual jamu, wedang uwuh, wedang ronde, dan minuman sejenis lainnya.

Kenapa TS gak mencoba untuk menggeluti bidang ini? Karena untuk mendapatkan empon-empon yang murah, TS harus beli dipasar. Nah yang bikin bambang eh bimbang ya hal ini, harus ke pasar. Bukan karena gegayaan gak mau ke pasar, cuma keadaan seperti ini memang lebih baik menghindari kerumunan karena kita ga tau siapa saja orang yang berpotensi untuk membawa virus. Selain itu ya karena TS gak paham bagaimana caranya meracik wedang uwuh atau ronde yang ciamik punya. Daripada gak enak kemudian gak laku ya alangkah lebih baiknya jika TS balik kanan maju jalan untuk usaha yang satu ini.




Aisshhhhhhhh buju busettt dah ! Iya bener terakhir tapi kenapa nanyanya kek kereta api tut tut tut. Kenapa ga nyoba jadi kang sayur keliling?? Jawabannya simpel karena gak mau bertemu dengan banyak orang dulu. Apalagi disini ada rumor yang beredar bahwa seorang kang sayur PDP corona setelah berkeliling ke desa X. Nah hal itu loh yang memang TS waspadai. Bukannya mau ansos apa bagaimana ya, cuma kembali lagi bahwa kita gak tau orang mana yang punya potensi membawa virus Corona. Daripada kerja gak tenang mending TS skip aja deh usaha itu.



Karena gak pengen aja sih. TS gak punya kulkas gede atau kulkas yang gunanya khusus untuk menyimpan Frozen food. Kulkas dirumah cuma kulkas kecil dimana jika dimasukin 10 Frozen food aja pintunya dah mengaum protes gak muat. Makanya ya emang ambil usaha ini.



Pertama TS gak PD dengan masakan sendiri. Kedua TS berfikiran bahwa orang-orang yang biasanya kerja diluar aja sekarang dah full ada dirumah, pasti mereka punya waktu luang yang sangat banyak. Jadi berdasarkan analisis sotoy dari TS, mereka akan lebih senang bereksperimen membuat makanan baru untuk mengisi waktu luang mereka. Jadinya ya buat TS usaha ini kurang greget jika dilakukan disini.




Berawal dari hobi TS akhirnya memilih untuk menggeluti usaha ini. TS itu tipe orang yang males pakai make up tapi paling hobi sama masker. Entah itu masker organik yang harus dibuat lebih dahulu, sheetmask yang tinggal pakai, atau masker pell off yang bisa angkat komedo dalam sekali kletek. TS sendiri seneng banget meracuni teman-teman nya untuk memakai masker organik yang saat itu sedang dia coba. Tak hanya satu dua orang saja yang tertarik, tapi ternyata hampir semua teman kerjany selalu ikutan beli ketika TS order masker tersebut.
Nah berangkat dari sana TS kemudian berfikir kenapa hobi ini tidak disalurkan menjadi bisnis hehehe

Alasan lain kenapa TS memilih untuk menjual skincare dan masker organik ini karena banyak orang yang harus berada dirumah untuk mengisolasi diri, tentunya mereka banyak memiliki waktu luang untuk sekedar merawat diri. Yang tadinya jarang luluran sekarang jadi makin rajin menggosok diri. Yang awalnya males pakai skincare sekarang jadi punya banyak waktu untuk merawat muka dengan segala keribetan nya. Yang dulunya maskeran seminggu sekali sekarang 2 hari sekali bisa banget kalau mau maskeran. Gak perlu takut keburu masuk kantor. Gak perlu khawatir dengan pulang kerja bakalan kena macet.

Dengan jargonnya " Corona kerja libur, rawat muka tak boleh mundur" TS selalu memposting foto-foto produknya sebagai ajang promosi di kalangan customer nya. Awalnya sih TS cuma menjual masker organik dalam berbagai varian, tapi makin kesini produk yang dijual makin berkembang. Ada yohurt mask sebagai lulur wajah yang lembut, acv Toner, rose water, berbagai macam varian masker, bando masker, mangkuk masker, spatula masker, lipstik im*lora, dan beberapa produk lainnya.



Bisnis online memang sudah dilakukan lama sebelum wabah Corona ini menyerang dunia Persilatan. Akan tetapi dengan adanya pandemi ini, jual beli barang secara online makin marak saja.

Untuk penjualan offline, TS menggunakan sistem ambil dirumah atau COD (dengan batas tertentu tentunya). Dari penjualan offline ini Alhamdulillah banyak juga yang berminat. Bahkan satu dua orang ambil barang ini kemudian dijual lagi, reseller ceritanya cieeeee

Kemudian untuk penjualan online TS membuat ig khusus untuk jualan. Isi postingannya semuanya juga tentang barang dagangan.



Selain itu TS juga melakukan promosi melalui wa story. Cara ini Alhamdulillah bisa dijalankan dengan baik dan banyak orang yang kembali membeli setelah barang yang mereka beli sudah habis.
















Nah sekian gansist cerita dari saya seputar usaha yang saya geluti ditengah pandemi virus corona. Alhamdulillah bisa berjalan dengan sistem Online. Meski mungkin usaha ini hasilnya gak sebesar anggota DPR setidaknya bisa membantu saya dalam membeli beras dan juga kebutuhan lainnya. Jika mungkin gansist punya cerita atau ingin memberikan komentar membangun, ane persilahkan komeng dibawah