dionlanangAvatar border
TS
dionlanang
Sejarah Propaganda PKI Versi NU (Part 8), Sebelum dan Sesudah Pemilu 1955

Logo Partai Komunis Indonesia (PKI). sumber: kompas.com

PEMILU PERTAMA 1955

Setelah mendeklarasikan diri sebagai Parpol, NU pun kemudian melakukan koordinasi hingga ke pelosok negeri untuk mengumpulkan kekuatan guna berlaga di Pemilu 1955. Saat itu ada 2 Partai yang mempunyai Organisasi Sayap cukup banyak, Yakni PKI & Partai NU. Meski baru lahir 1954 namun organisasi Sayap Partai NU begitu kuat hingga akar rumput, hal ini karena Partai NU mendapat dukungan dari Ormas-Ormas milik NU yang ikut mengekor dan mendukung pergerakan Partai NU besutan KH. Wahab Chasbullah ini.

Suatau ketika terjadi benturan langsung antara NU dengan PKI, bermula saat PKI mendaftarkan tanda gambarnya pada Kemendagri yang menyebutkan PKI sebagai partai orang Komunis dan orang-orang tidak berpartai. Gambar dari PKI itu ditentang keras oleh NU karena berusaha mengklaim kelompok lain yang belum tentu PKI. Saat itu KH Idham Chalid yang menjadi Ketua Umum Partai NU berdebat keras dengan DN Aidit dari PKI dan dimoderatori oleh Mendagri R Soenarjo yang berasal dari NU, akhirnya PKI bisa dikalahkan.

Spoiler for spoiler:

Bahkan tema kampanye pemilu 1955 yang dirumuskan oleh Lajnah Pemilihan Umum NU (LAPUNU) pada Juli 1955 dengan tegas menempatkan PKI sebagai lawan politik yang harus dibendung perkembangannya.

Quote:

Dari tema kampanye tersebut bahwa NU masih sangat curiga terhadap munculnya negara Indonesai versi lain baik versi Negara Indonesia serikat nya Van Mook, Negara Front Nasional ala FDR-PKI, atau negara Islam versi Darul Islam versi DI-TII. Prinsip itu juga yang digunakan NU dalam menghadapi pemberontakan dewan banteng maupun PRRI Permesta serta RMS. Yang lebih tegas lagi dalam poin ketiga yakni menentang paham komunisme dan segala bentuk atheisme. NU tidak ingin PKI diberi hak hidup di republik ini sebab kalau dibiarkan akan merepotkan negara meresahkan masyarakat karena akan selalu melakukan sabotase dan akan selalu memberontak dan melakukan berbagai kekejaman.

Bagi NU Komunisme bertentangan dengan tujuan syariah untuk menegakkan hal dasar, karena itu komunisme merupakan bagian dari madlaorot, dalam hukum fikih ditegaskan bahwa ad dloraru yuzalu(bencana harus disingkirkan) maka Komunisme sebagai sumber bencana harus disingkirkan. Bagi NU Penyingkiran Komunisme tak cuma keharusan politik tetapi juga merupakan kewajiban sya’ri, karena itu NU menolak segala macam bentuk komunisme dan atheisme.

KAMPANYE PEMILU 1955 DIMULAI

Spoiler for spoiler:

Dalam Kampanye pemilu 1955, Beragam Program pun disuarakan oleh masing-masing partai. Trik Kampanye pun beragam dan saling sindir partai pun juga terjadi. Dalam pelaksanaan kampanye terbuka PKI tidak lupa selalu mengejek lawan Politiknya. PKI juga melakukan berbagai monuver untuk menunjukan bahwa dirinya partai paling peduli dengan rakyat.
Dalam suatu Kampanye Pemilu di Jawa Tengah, Masyumi mengundang KH Isa Anshory sebagai juru kampanye dan disambut dengan iring-ringan mobil. Pawai yang dimaksud untuk unjuk kekuatan itu justru dijadikan bahan oleh PKI untuk menyebut bahwa Masyumi partainya orang burjuis antek kapitalis yang suka pamer kemewahan di tengah rakyat yang sengsara.

Spoiler for spoiler:

Sebagai tandingannya PKI menyelenggarakan Kampanye di lapangan yang sama dengan menyelenggarakan pawai kerakyatan. Untuk menyambut kedatangan DN Aidit sebagai Juru Kampanye maka dibuat arak-arakan mobil oplet yang lusuh, untuk mengesankan bahwa PKI anti kemewahan, anti kapitalis dan paling peduli terhadap nasib rakyat. Merespon pertarungan citra itu NU juga menyelenggarakan Kampanye di lapangan yang sama, Sedangkan untuk menyambut datangnya Jurkam dari PBNU tidak disambut dengan iringan mobil bagus maupun opelet, tetapi KH Idham Chalid cukup naik ojek sepeda motor ke lokasi acara.
Untuk meramaikan kampanaye itu masing-masing memiliki slogan dan terjadi saling perang perjuangan. Kalau PKI menciptakan lagu Genjer-Genjer sebagai lagu resminya, maka NU menciptakan Shalawat Badar. Shalawat ciptaan KH Ali Manshur Banyuwangi itu menjadi lagu resmi yang dikumandangkan setiap Pengajian dan kampanye NU. Lagu itu mampu menyihir dan menggerakakan militansi pendukung NU, sekaligus menyemarakkan kampanye.

Spoiler for spoiler:


Bentrok Pendukung PKI & Masyumi sempat Terjadi di Malang tepatnya saat kampanye yang digelar di Alun-Alun Malang pada 28 April 1954. Situasi hampir saja tak terkendali serta hampir saja memakan korban seorang orator kampanye yang kala itu menjadi elite PKI, yakni DN Aidit. Wakil Partai Komunis Australia Eric Aarons juga didaulat berpidato.

Saat itu adalah Kampanye PKI, namun Massa dari Masyumi juga ikut hadir dalam acara itu. Tak jauh dari Podium ada spanduk yang dibuat PKI bertuliskan ''Kutuk teror perampok Masjumi-BKOI". 
Pidato Aidit diatas Podium juga menjadi pemicu bentrok, “Nabi Muhammad SAW bukanlah milik Masyumi sendiri, iman Islamnya jauh lebih baik daripada Masyumi. Memilih Masyumi sama dengan mendoakan agar seluruh dunia masuk neraka. Masuk Masyumi itu haram, sedangkan masuk PKI itu halal,” kata Aidit.
Mendengar hal itu, para massa Masyumi pun merangsek ke panggung, mereka mencoba menemui Aidit. Atribut PKI juga diturunkan oleh Massa Masyumi kala itu.

Spoiler for spoiler:


HASIL PEMILU 1955, NU CEMAS, PKI MENANG DI BEBERAPA MARKAS TENTARA

Setelah dilaksanakan Pemilu pada 29 September 1955, hasilnya sangat mengejutkan NU sebagai partai baru lahir telah mendapatkan 45 kursi di DPR. PNI 57 kursi, Masyumi 57, sementara PKI juga memperoleh hasil yang sangat meyakinkan yakni 39 kursi. Sebagai pemenang urutan ketiga NU didukung oleh 6.955.141 orang pemilih. Ini merupakan prestasi yang luar biasa dibandingkan dengan PSI yang katanya dipimpin oleh kelompok intelektual pendidikan Barat, ternyata tidak mampu membangun jaringan politik sehingga hanya memperoleh 5 kursi.

Spoiler for spoiler:

PKI mendapat 39 kursi dan 6.176.914 suara. Meskipun NU Menang dari PKI secara Nasional, namun NU mulai cemas karena banyak juga daerah yang dimenangkan oleh PKI. Ada daerah-daerah yang dimenangkan NU, tapi ada pula daerah yang dimenangkan oleh PKI. Bahkan dibeberapa tempat kalangan militer juga di menangkan oleh PKI. Sebagai contoh di Jawa Timur, Batalyon 513 di Blitar dan batalyon 511 dan Batalyon 512 Malang sebagian anggota mereka adalah simpatisan PKI, pada pemilu 1955 perolehan suara PKI di Balatyon tersebut mncapai angka 80 persen. Di Yogyakarta Batalyon L atau Batalyon Kentungan juga didominasi unsur PKI, Divisi Diponegoro di Semarang, kelompok PKI cukup mendominasi, sehingga Markas Kodam sempat diungsikan ke Wisma Puri Wedari, ini sebuah petunjuk bahwa PKI telah menguasai berbagai lini strategis.

Hasil itu sangat mencemaskan bagi NU, karena meskipun PKI sempat di buru di 1948 namun 7 tahun berselang di pemilu 1965 mereka justru memperoleh suara yang cukup signifikan. Posisi PKI ini maka ketenteraman dalam beragama dan bernegara akan mengalami ancaman. Namun demikian NU juga memperoleh optimisme baru sebab selama bergabung dengan Masyumi dengan kontribusi yang sangat besar hanya diberi 8 kursi parlemen dan paling banyak dikasi satu kabinet. Namun saat berdiri sediri malah meperoleh 45 kursi serta mendapatkan kursi kabinet antara 5 hingga 8 kementerian serta 91 kursi di Majelis Konstituate.


Berdasarkan porsi kemenangan yang diperoleh partai maka kesemuanya berhak mendapatkan posisi yang layak duduk di kabinet, baik PNI, Masyumi, NU mapun PKI. Tetapi partai-partai besar dan beberapa partai kecil enggan menerima duduknya wakil PKI di kabinet. Melihat kenyataan itu Bung Karno sebagai Presiden mencoba menjembatani dengan mengundang seluruh pimpinan partai pada 21/2/1957 tentang perlunya membentuk kabinet yang lengkap terdiri dari partai besar yang ada dengan mengeluarkan Konsepsi Presiden tentang Kabinet Kaki Empat. NU beserta partai politik lainnya seperti Masyumi, PSII, Partai Katolik dan lain-lain menolak terbentuknya Kabinet Kaki empat. Sementara PNI, Murba dan PKI sendiri setuju dengan Konsepsi presiden tentang kabinet Kaki empat tersebut.


Penolakan NU terhadap masuknya PKI ke Kabinet merupakan tindak lanjut tentang kewaspadaan NU terhadap bahaya komunisme. Sikap keras NU tersebut membuat Bung Karno Marah dan mengudang tokoh NU KH Wahab Hasbullah, KH. Zainul Arifin dan KH. Idham Chalid. Kepada mereka Bung Karno mengatakan;


Quote:

NU tetap bergeming dan menolak PKI masuk Kabinet.

TREAD LAINNYA KLIK: (Part 1)(Part 2), (Tread 4), (Part 6), (Part 7)

Quote:


Baca Juga HotTread Ane Yang Lain Gan




ariebetadine
yusuf2210
ikhwancool
ikhwancool dan 27 lainnya memberi reputasi
26
7.5K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan