masnukhoAvatar border
TS
masnukho 
[Coc Bisnis] Liku Kehidupan Petani Karet Masa Pandemi, Tetap Bertahan Meski Sengsara!

Harga karet di masa pandemi covid-19, tidak sebanding dengan capeknya petani!


Quote:




Lampung, adalah salah satu Provinsi di pulau Sumatera dengan komoditas utama getah karet.
Tepatnya di daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat, banyak warga masyarakat yang berprofesi menjadi petani karet untuk keberlangsungan hidupnya!
Entah itu dengan bekerja menjadi buruh sadap karet milik orang lain menggunakan sistem bagi hasil, atau menyadap ladang karet milik pribadi.

Menjadi petani karet tentu banyak liku-liku yang harus dilalui, karena hasil bumi tidak dapat ditentukan secara pasti. Musim, cuaca, dan kesuburan tanah, itu semua menjadi alasan, apakah karet akan memproduksi getah banyak atau sedikit.
Selain ke tiga alasan di atas masih ada satu lagi masalah yang cukup membuat petani karet kembang kempis dalam melanjutkan kehidupan, alasannya yaitu keadaan. Maksut dari keadaan di sini, adalah harga beli getah karet dari pengepul kepada petani yang semakin hari semakin menurun. Bisa dikatakan harga beli getah karet dari pengepul atau lapak-lapak karet kepada petani, itu sangat tidak sesuai dengan peluh yang telah dikeluarkan.

Saat ini pertanggal 10 Juni 2020, harga getah karet di desa ane hanya mencapai angka tertinggi yaitu 4ribu/kg untuk harga karet basah, dan 5-6ribu/kg untuk karet kering. Itu pun penentuan harga beli tergantung dengan kondisi getah yang dijual!

Proses penyadapan pohon karet sampai proses pemulungan oleh petani untuk dijual ke pengepul yaitu setiap tiga hari sekali.
Biasanya untuk satu hektar kebun karet, bisa mendapatkan hasil 60-70kg getah karet basah, jika dirupiahkan sekitar 240 ribu rupiah. Di bawah ini hitung-hitungan singkatnya!


Quote:




Turunnya harga karet terus menerus ini telah terjadi sejak sebelum pandemi virus covid-19, dan semakin turun setelah corona masuk ke Indonesia dan diberlakukannya sistem Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Adanya pandemi virus corona membuat banyak lapak-lapak besar terpaksa tutup sementara, karena tidak bisa menjual hasil getah yang mereka beli dari petani keluar daerah.
Sehingga hanya beberapa lapak saja yang menerima hasil panen petani, itupun dengan harga sangat murah.

Di tengah dilema ini, banyak pemilik ladang karet yang terpaksa harus membongkar ladang karet mereka dan merubahnya menjadi kebun singkong.
Keputusan berat harus diambil agar terus bisa melangsungkan hidup di tengah keadaan sulit seperti sekarang.

Ane pribadi tetap mempertahankan untuk menyadap ladang karet, meskipun harga beli getah karet sangat tidak sesuai dengan tenaga yang harus dikeluarkan. Tentu doa terdalam dan harapan besar harga karet segera dapat naik kembali, sehingga tidak perlu membongkar ladang karet dan merubahnya menjadi kebun singkong.




Seperti itulah liku-liku bekerja sebagai petani karet, harus rela menerima meskipun dalam keadaan sangat tidak baik.

Mengeluh tentu itu sangat manusiawi bukan?
Memang kita sebagai manusia diwajibkan untuk selalu bersyukur, tapi saat badan lelah dan pikiran tidak menentu, tentu keluh kesah itu akan muncul dengan sendirinya.

Baiklah GanSis itu tadi cerita keluh kesah petani karet yang harus bertahan hidup di tengah pandemi virus covid-19, perlu diketahui bahwa perjuangan kami itu berat, namun akan tetap kami lakukan demi keluarga yang butuh makan!

Oke, terima kasih sudah singgah dan see you next time GanSis




Penulis: @masnukho
Narasi: Opini pribadi
Sumber gambar: Dokpri


emoticon-Cendol Ganemoticon-Rate 5 Staremoticon-Keep Posting Gan
Diubah oleh masnukho 09-06-2020 23:43
ningka
sriwijayapuisis
firsaf05
firsaf05 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
2K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan