arganovAvatar border
TS
arganov
Ibu, Aku Ingin Pulang


1. Prolog



Arah barat. Kotaku berada di sana. Menghadap laut dengan pantai yang ombaknya tak pernah berhenti singah dan pecah. Sudah berapa lama aku tak ke sana. Setahun? Dua tahun? Atau lebih. Aku tak ingat sudah berapa lama berada di kota metropolitan yang tak pernah tidur walau sekejap. Aku lelah. Sungguh.

Setiap kali langkah kakiku terseok dan tersandung lalu kemudian jatuh tersungkur. Aku rindu tempat yang disebut rumah. Kapan bisa ke sana? Kapan? Bagaimana caranya?Apa yang harus kulakukan untuk bisa ke sana?

"Mel ...."

Aku menoleh pada asal suara. menemukan teman sekamar yang berbagi ruangan berukuran 4x5 denganku hampir selama beberapa tahun ini. "Nggak, cuma rehat." Hanya tersenyum yang bisa kulakukan.

"Bulan puasa kita nggak ada kerjaan loh? kamu nggak mau pulang saja?"

Aku jelas terdiam. namun, aku tak bisa. "Uangku belum cukup," alasanku. Aku tak mau terus-terusan ditanyai seperti tahun lalu.

"Tiap hari kerja hampir di dua tempat. Kamu juga menerima orderan bersihin rumah hari sabtu dan minggu, masa sih, uangmu belum juga cukup?" Teman sekamarku menggeleng. "Kamu mau bawa uang berapa ke kampung, Mel? 100 juta?"

Aku tahu kalau sekarang ia masih mencemooh. Ia tak tahu apa yang ada di pundakku. "Satu milyar," timpalku sambil tersenyum, menyembunyikan luka yang kembali mengangga.

Kulihat ia menghela napas perlahan, "Jangan rindu aku, ya." Ia memengatupkan kedua bibirnya membuat garis lurus dan menyentuh hidungku sedikit.

Baca juga: Ibu, Aku Ingin Pulang 2

"Kamu nggak akan balik?" Aku tahu jika suatu saat ini akan terjadi. Kami sama-sama sudah menjadi perempuan dewasa.

"Bapakku dikampung ingin aku menikah. Aku tidak punya pacar, jika cocok mungkin begitu." Ia menekuri sepatu hitam yang sedang dipakai. "Kamu sendiri?"

Aku tersenyum. Tidak ada yang peduli aku hidup atau mati. Lalu bagaimana ada yang peduli jodoh yang cocok untukku. "Aku belum ingin menikah."

Ia tertawa mendengar jawabanku. Tentu ia amat sangat jelas tahu jika aku berbohong. "Aku tidak paham, Mel, sebenarnya apa yang kamu takutkan?" ungkapnya sambil mendesah. Pakaian terakhir ia masukkan ke dalam tas. "Aku akan rindu kamar ini."

"Kunjungi aku kapan-kapan." Aku mengerucutkan bibir. kulihat ia mengangguk.

"Kalau bisa pulanglah ke kampungmu, Mel. Kamu tahu, walau semua orang benci padamu di sana. Ada satu orang yang akan selalu akan merindumu untuk pulang," nasehatnya. Aku mengangguk mengiyakan.

Aku tahu benar siapa yang di maksud oleh teman sekamarku ini. Benar, aku juga rindu untuk bertemu. Hanya saja aku tidak sanggup menjejakkan kakiku lagi ke sana. Aku kembali menoleh ke arah barat. Ah, Ibu, aku ingin pulang.
Diubah oleh arganov 17-06-2020 03:32
nona212
Pupilsxone
jiyanq
jiyanq dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.7K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan