Dalam kehidupan di negara wkwkwland, figur emak-emak merupakan sosok dominan yang menguasai banyak hal. Kekuatannya gak ada lawan. Seperti penguasa yang tak terbantahkan.

Di jalan raya, emak-emak sering sekali menyalakan lampu send kanan tapi malah belok ke kiri. Seperti gabut, tapi itu adalah salah satu dari ciri khas yang tidak dapat dipisahkan dari figur satu ini. Selain itu, emak-emak juga sering menerobos arus lalu lintang yang berlawanan dengan santuy. Memang tidak ada duanya.

Kekuasaan emak-emak mendominasi banyak keluarga di Indonesia. Para suami yang garang saat di luar rumah menjadi takluk ketika berhadapan dengan emak-emak di rumah. Bukan main.

Sebagai sosok elitis, keuangan keluarga biasanya dipegang emak-emak secara absolut. Para suami sebagai pencari nafkah hanya bertugas menyetor secara rutin baik harian atau bulanan. Ada beberapa alasan mengapa hal ini banyak terjadi. Salah satunya mungkin karena emak-emak dianggap bisa mengelola keuangan lebih baik. Walau, banyak emak-emak yang justru menggunakan uang tersebut untuk belanja online di belakang suami.

Ngomong-ngomong soal belanja, emak-emak adalah masterpiece dalam proses tawar-menawar, khususnya saat di pasar. Kemampuan di atas rata-rata yang dimiliki emak-emak ini sudah diakui sebagai sebuah legenda mengerikan bagi para pedagang yang berlagak seperti kapitalis Barat.

Bagi kalian yang saat kecil sering ikut emak ke pasar, pasti pernah menyaksikan secara langsung kekejaman emak-emak saat menawar. Meme satu ini dapat mewakilinya.

Foto: Twitter.com

Tawaran emak-emak nyatanya lebih kejam dari kapitalisme pedagang pasar. Harga yang diajukan biasanya potongan ratusan persen yang irasional. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika ada seorang pedagang jantungan dan bengek tiba-tiba didatangi pembeli yang seorang-orang menawar dengan sadis.

"Berapa harga barang ini, Bang?"

"Tujuh puluh ribu, Mak."

"Sepuluh ribu kali!"

Auto berpulang ke Rahmatullah itu pedagang. Kalaupun pun selamat, biasanya emak-emak bakal mulai melakukan strategi pura-pura kabur biar dipanggil lagi oleh pegadang.

"Eh, Mak! Sini, sini! Boleh 'lah diambil, tapi lima puluh ribu, Mak!"

Emak yang tadinya melangkah menjauhi kios pun menoleh, "Lima belas ribu, Bang!"

"Kalau segitu, enggak ada untung saya, Mak!"

Emak tak peduli dan pura-pura lagi. Pejual pun biasanya bakal memanggil lagi. Kali ini pedagang sedikit pasrah. Emak biasanya memberikan tawaran yang lebih tinggi dan jika sudah demikian، maka itu adalah nilai maksimum yang diajukan oleh emak. Pedagang yang sudah mengerti logika emak-emak, akhirnya dengan terpaksa mengiyakan.

Bagaimana komentar GanSis terhadap emak-emak yang memiliki kemampuan menawar super kejam? Tulis di kolom komentar, ya!

---

Penulis: @malaikatrindu
Referensi: Opini Pribadi
Keterangan gambar utama: Hipwee.