Menulis adalah hobi yang sangat menyenangkan bagi sebagian orang. Menulis bisa menjadi lahan curhat bagi mereka yang suka menuangkan rasa berbentuk tulisan atau bisa juga di jadikan karya dan jadi bacaan yang bermanfaat bagi semua orang yang membaca.

Akhir-akhir ini, ane melihat begitu banyak orang yang suka menulis, baik itu profesinya dari ibu rumah tangga, mahasiswa, guru, dokter bahkan dari profesi-profesi yang tidak dapat ane sebutkan satu persatu. Ini merupakan prestasi yang bagus menurut ane, karna peningkatan penulis yang selalu aktif dan konsisten dalam menulis.

Tapi sayangnya, dari komunitas atau fanspage yang telah di bentuk untuk wadah bagi penulis. Mereka lebih suka membahas cerita tentang masalah rumah tangga, atau masalahnya orang dewasa. Yang seharusnya kita tahu, dalam dunia maya, tulisan yang kita post yang melihat bukanlah orang tua saja, ada di sana mereka yang masih dalam tahap belajar soal kehidupan.

Tulisan yang sering ane baca dari penulis di media sosial adalah tentang “PELAKOR” seberapa hebat dia mempengaruhi kita sebagai penulis? Hingga kita lupa, kalau karya kita kan mengajak orang untuk melakukan hal yang mungkin bisa merusak rumah tangga orang lain. Menulis tentang ini sih menurut ane sah-sah saja, kalau memang untuk kebutuhan pribadi dan bukan untuk khalayak ramai.

Kadang-kadang ane risih juga sih, tiap membaca tulisan karya penulis pasti isinya tidak lepas dari : Poligami, Palekor, Perselingkuhan dll. Ini akan berdampak buru bagi mereka yang mungkin kurang mampu menyaring cerita dari tulisan kita. Sekarang coba kita analisa lagi, kita itu menulis untuk apa? Tujuannya apa?target pembacanya siapa?

Sekarang coba kita bayangkan, misal di media sosial kita menulis tentang “Pelakor” sasarannya dewasa, apa dampak buruk dari pembaca setelah membaca tulisan kita?
1. Yang jelas, kita sudah mengotori pikiran-pikiran pembaca mengenai pelakor
2. Pembaca akan merasa (khusus bagi laki-laki) bahwa benar pelakor itu lebih menggoda dari pada istri sahnya sendiri.
3. Pembaca (khusunya wanita) merasa tidak nyaman jika suaminya keluar untuk mencari nafkah, malah jadi kepikiran yang macam-macam karna adanya godaan pelakor.
4. Tidak ada lagi rasa saling percaya antara suami dan istri
5. Sering salah paham
6. Anak jadi sasaran amuk orang tua
7. Memaksa mereka dalam usia dini untuk berprilaku tidak baik dalam hidupnya.

Karna pengguna media sosial dari semua golongan dan umur.

Sekarang sudah saatnya kita membuat karya-karya yang menunjang perkembangan dan kekreatifan masyarakat Indonesia untuk bisa berfikir positif dengan bacaan-bacaan yang mengarah pada pelajaran yang baik.

Karna perilaku seseorang dapat di pengaruhi oleh apa yang mereka dapatkan baik dari membaca, maupun dari apa yang dia lihat.

Negara kita ini negara maju, apa jadinya jika masyarakatnya semua berprilaku tidak baik. Jangan kan untuk membuat negara bangga, untuk mempertahankan keluarganya aja mereka tidak sanggup.

Untuk ke depan mungkin kita bisa mengganti bahasan pokok cerita, soal pendidikan, soal ilmu pengetahuan dll. Boleh bahas tentang Pelakor tapi jangan sampai itu yang di utamakan. Karna kita menulis untuk kebaikan, untung- untung pembaca bisa berubah lebih baik setelah baca karya kita.

Mari penulis, sama-sama kita memulai mengakat tema soal pelajaran dan pendidikan. Karna masih banyak hal yang bisa kita bahas soal perkembangan zaman dan motivasi lainnya.