Kaskus

Story

diyanti978Avatar border
TS
diyanti978
Terimakasih dan maaf
Terimakasih dan maaf


"Aku tau kamu terlalu dingin, tak pernah peka dengan keadaan sekitar."
"Atau kamu hanya pura-pura tak tau apa yang terjadi?"

Semilir angin menyibak rambut panjang yang kubiarkan terurai. Kini aku sedang berada diatas menara, bangunan kampus yang ikonik dan menjadi lambang kedidayaan tempat menempuh pendidikan sarjana ku kini.

Aku terdiam dipinggir pagar pembatas, membawa buku tebal manajemen dan tas selempang di pundak. Beberapa mahasiswa hilir mudik dengan kepentingan masing-masing. Namun, aku hanya ingin berdiri dan menikmati padatnya jalanan dibawah sana sembari membiarkan pikiran berkelana dengan bebasnya.

"Kamu selalu menganggap ku teman-"
"Emang kita teman," sela suara ku sendiri yang terekam jelas di pikiran.

Tubuh ku merespon dengan menolak pikiran-pikiran yang sedang berputar. Aku menggeleng-gelengkan kepala agar pikiran itu menghilang dari otak ku. Namun sekuat tenaga aku berusaha menghilangkannya, kejadian masa lampau itu semakin kencang menari-nari dalam pikiran.

"Kamu punya otak yang pintar yang bisa mendefinisikan teman dan orang yang suka." Suara dingin yang menusuk-nusuk hati ku pada saat itu.

Laki-laki berperawakan tinggi yang biasa berekspresi ramah dan humoris dengan senyumnya yang menawan setiap kali menyapa ku. Saat itu terlihat dingin, wajah mengeras datar dan menahan emosi.

Aku menundukkan kepala, merasa takut dan tak tau harus berkata apa. Saat itulah hal yang kutakutkan terjadi. Seorang yang selalu ku anggap teman mendesak agar ku jujur dengan perasaan sendiri.

Kalaupun aku jujur, sebenarnya aku juga mencintainya, namun aku tak ingin jujur dengannya. Aku tak ingin terlibat cinta saat ini atau fokus kuliah ku terpecah.

Kedua orang tua ku bersusah payah membiayai dan aku tidak ingin mengecewakan mereka dengan berpacaran.

Tapi hati ku terasa bimbang begitu dia menjauh dan tak pernah ada lagi. Rasa sesal kemudian menjadi rasa sesak yang kian terasa setiap harinya. Jika aku bisa mengulang waktu, aku ingin agar tak kenal dengannya. Itu lebih baik dibanding harus berpisah seperti ini dan harus menahan perasaan suka yang semakin terasa. Atau jika aku bisa menetapkan takdir, aku akan menetapkan hari pertemuan dengannya dimasa mendatang, bukan sekarang disaat aku memiliki beban tanggungan untuk tak mengecewakan kedua orang tua ku yang bersusah payah telah membiayai pendidikan hingga sejauh ini.

"Kamu nggak paham," sekali lagi kilasan itu kembali menyapa dalam pikiran. Aku pada saat itu berbicara seperti itu kepadanya.
"Apa yang aku nggak paham? Kamu hanya berpura-pura nggak tau padahal kamu tau."
"Sandi Maafin aku."
"Aku nggak bisa maksain kamu Mil, tapi maaf aku sudah terlalu suka sama kamu, jadi aku ingin menjauh."
"Tapi San."
"Selalu di dekat mu semakin rasa cinta tumbuh, terus aku harus gimana sedangkan kamu selalu menganggap teman?"
"San, maafin aku.."
"Semoga kamu baik baik Mil," katanya yang terakhir kali ku dengar.

Aku menyangga tubuhku di pagar pembatas. Mencoba menghilangkan sesak yang terus mendera. Hingga kini ku tak tau kabarnya bagaimana.

emoticon-Frownemoticon-Frownemoticon-Frown

Untuk teman yang ku suka.
Teman yang ku bohongi.
Dan teman yang ku kecewakan.

Apa kabar? Ingin ku mendengar kabar baik tentang mu walau aku terluka. Ingin mendengar pula jika kamu telah melupakan ku. Hal itu lebih baik.
Aku ingin hidup lebih baik dan kembali fokus dengan kuliah ku dan ku harap kamu pun sama bisa fokus akan masa depan mu.

Sesak ini menjadi pengalaman, setidaknya aku pernah merasakan jatuh cinta dan sakit. Terimakasih telah memberikan pengalaman itu. Dan maaf ku telah menorehkan luka untuk mu.
Diubah oleh diyanti978 02-05-2020 23:05
Iqiramadan21Avatar border
abellacitraAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 20 lainnya memberi reputasi
21
493
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan