noviarini21Avatar border
TS
noviarini21
Ralf Rangnick, Misi AC Milan Kini
RB Leipzig dan Milan adalah dua klub yang sangat berbeda.

Gambar: dailymail.co.uk

Yang satu, masih muda namun penuh kontroversial. Rasen Ballsport Leipzig mejadi sumber kebencian publik Jerman karena keterlibatan Red Bull. Perusahaan minuman energi asal Austria dituduh menganggap RB Leipzig sebagai alat marketing Red Bull. Selain itu, RB Leipzig juga mencederai makna kebijakan "50+1" yang menjadi ciri khas sepakbola Jerman.
Seperti diketahui, sebuah klub di Jerman dipandang sebagai sebuah institusi sosial sehingga mayoritas saham dimiliki oleh club member. Leipzig memang tidak terlihat sedang melanggar aturan "50+1" karena tetap memiliki club member. Akan tetapi, club memberyang hanya berjumlah 17 itu juga diketahui memiliki keterkaitan kuat dengan Red Bull. Hal itu secara otomatis menimbulkan kemarahan dari hampir seluruh Jerman.

Namun, terlepas dari kontroversial yang menyelimuti mereka, sulit rasanya untuk tidak terkagum-kagum dengan pencapaian mereka selama ini. RB Leipzig yang dulunya merangkak dari divisi kelima menjadi penantang serius gelar Bundesliga. Mereka pernah dilatih oleh pelatih berpengalaman Ralph Husenhuttl, punya fasilitas latihan ultramodern bernilai 30 juta euro dan tentu saja didukung oleh kekuatan finansial Red Bull.

RB Leipzig pun memiliki filosofi yang jelas. Mereka lebih memilih untuk membeli dan mengembangkan talenta muda. Nantinya para pemain tersebut akan ditempa dan diberikan kesempatan bermain sampai mereka menjadi bintang. Ini adalah cara yang efektif untuk menjalankan klub dan sejauh ini memberikan hasil yang bagus untuk Leipzig.

Milan, disisi lain adalah klub bersejarah dan salah satu klub dengan pendukung terbaik di dunia. Masa kejayaan mereka terjadi saat kepemilikan masih ditangan Silvio Berlusconi dari tahun 80-an hingga awal 2010-an.

Sekarang, Milan berubah menjadi tim medioker di lapangan dan memiliki masalah ketidakstabilan manajemen di luar lapangan. Mereka sudah hampir tujuh tahun tidak berlaga di Liga Champions. Milan pun sering melakukan lelucon dalam aktivitas transfer dan penunjukkan pelatih kepala.

Gambar: acmilaninfo.com

Bandingkan itu dengan RB Leipzig yang telah menandatangani pemain seperti Timo Werner dan Marcel Sabitzer dengan harga yang jauh lebih rendah dari kualitas yang mereka miliki. Penunjukan pelatih inovatif dalam diri Julian Nagelsmann membuat Die Roten Bullen menjadi ancaman bagi dominasi Bayern Munich di Jerman.

Ralf Rangnick menjadi aktor intelektual di balik lesatan instan RB Leipzig. Rangnick, menjabat direktur olahraga klub secara inovatif menyajikan identitas baru bagi RB Leipzig. Leipzig memusatkan diri sebagai klub dengan sepakbola atraktif yang fokus pada pengembangan talenta muda. RB Leipzig memiliki kebijakan untuk hanya merekrut pemain berusia 17 hingga 24 tahun.

Sebelumnya, Rangnick adalah pelatih yang disegani di seluruh Eropa, juga memiliki karir manajerial yang sukses di Hannover, Hoffenheim dan Schalke. Dia membawa Hannover kembali mencicipi kasta teratas Liga Jerman setelah tiga belas tahun.

Ceritanya bersama Hoffenheim pun lebih menakjubkan dengan membuat klub dari divisi tiga itu mentas ke Bundesliga. Dan Schalke 04 membuat kejutan dengan melangkah ke semi-final Liga Champions setelah sukses mengandaskan perlawanan juara bertahan Inter Milan saat itu (hal tersebut juga tak terlepas dari mantan pelatih Felix Magath).

Ralf Rangnick selama ini dikenal sebagai pelatih yang mampu menemukan dan mengembangkan bakat muda. Dia juga percaya bahwa klub harus mengikuti faktor Tiga K(Kapital, Konzept, Kompetenz) untuk sukses.

Modal, tentu saja mengacu pada klub yang memiliki sumber daya keuangan yang cukup untuk memfasilitasi keberhasilan. Konsep mengacu pada klub yang memiliki filosofi sepakbola, sedangkan kompetensi dalam sepakbola yang jelas memastikan klub dapat dijalankan secara efisien. Melihat apa yang telah dicapai RB Leipzig, model Tiga Kini jelas telah menunjukkan hasilnya.

Gambar: dailymail.co.uk

Jadi, Apa yang anda rasakan jika rumor tersebut menjadi nyata?

Ketika Rangnick pertama kali dikaitkan dengan AC Milan, itu menjadi pertanda bahwa klub akhirnya menyadari kesalahannya. Selama tujuh tahun Milanisti hanya diberikan janji-janji manis tanpa pernah menjadi nyata. Banyaknya campur tangan manajemen dalam kiprah Milan di Serie A justru menghancurkan klub secara perlahan namun pasti.

Kehadiran legenda klub di jajaran manajemen yang awalnya diharapkan membawa optimisme pun gagal karena mereka tidak memiliki konsep dan filosofi yang jelas dalam mengelola AC Milan. Mengenai kompetensi pun Milan sangat kekurangan itu, karena sistem manajerial mereka tidak dijalankan secara efisien.

Jika rumor tersebut menjadi kenyataan, Rangnick telah dijanjikan akan diberikan kekuasaan absolut atas sisi permainan Milan. Hal ini bermakna Rangnick tidak hanya dikaitkan dengan klub sebagai pelatih, tetapi juga sebagai direktur olahraga. Itu artinya dia diberikan kontrol penuh atas aktivitas transfer, filosofi, dan gaya bermain AC Milan di dalam dan luar lapangan

Ini tentu saja pertanda bagus. Tindakan pemilik Milan bisa dibenarkan. Mereka memiliki keyakinan penuh pada kemampuan Rangnick untuk membalikkan keadaan di San Siro. Dan mereka percaya bahwa metode Tiga Kyang ia usung adalah cara terbaik untuk memberi klub stabilitas dan kesuksesan di masa depan.

Jika Milan menunjuk Rangnick, artinya mereka harus siap untuk menjalani revolusi baru. Mantan direktur olahraga Leipzig tersebut akan datang dengan membawa orang-orangnya sendiri.

 Gambar: espn.com

Ini artinya, jika ingin proyek ini berhasil, Elliott Management selaku pemilik Milan harus memastikan Gazidis beserta kroni-kroninya dilarang campur tangan. Sekali ikut campur tangan, bukan mustahil Rangnick akan angkat kaki dan misi Milan harus dimulai dari nol lagi.

Untuk Milanisti, apa pendapat anda?

Jika Rossoneri memutuskan untuk mengejar tanda tangan Ralf Rangnick, itu akan menjadi penunjukan yang sangat cerdas. Rossoneri bisa memiliki model bisnis yang sustainable untuk memperbaiki sektor finansial. Stagnasi dan mediokritas yang selama ini menaungi San Siro akan segera berakhir.

Hal ini tentu bergantung pada dukungan pemilik Milan di pasar transfer pemain. Sudah menjadi tanggung jawab pemilik untuk memberinya modal yang cukup untuk memastikan ia dapat mendatangkan pemain yang sesuai dengan filosofi-nya. Tak perlu khawatir Rangnick akan menghabiskan banyak uang karena selama ini ia dikenal mencetak pemain bintang.

Rangnick mungkin pembuat konsep ulung dan memiliki filosofi sepakbola yang sudah diakui, tetapi tanpa dukungan sang pemilik, se-bagus apapun konsep atau filosofi yang diusung Rangnick akan terbuang percuma.

Referensi:

Acmilaninfo.com

Acmilan.theoffice.com

Dailymail.co.uk, etc.

onik
nona212
tien212700
tien212700 dan 27 lainnya memberi reputasi
28
4.8K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan