Pengalaman saya pada saat itu. Pagi hari seperti biasa di sekolah kami jam tujuh pagi sudah pada masuk kelas. Saya saat itu sedang ada jam mengajar.
Lagi mengajar tiba-tiba teman saya memanggil.

“Bu Ester anakmu kesurupan,” ujar Bu Liant berbisik biar anak-anak yang sedang belajar tidak terganggu.

“Lho kok bisa Bu Liant kan ini masih pagi,” ujarku tidak percaya.

“Ayolah Bu, lihat! Sekalian hubungi orang tuanya,”ujar Bu Liant lagi agar saya segera menghubungi orang tuanya.

Saya memberikan tugas dulu kepada anak-anak, kemudian kami ke kelas anakkku. Kebiasaan kami di sekolah jika wali kelas, menyebut anak-anak adalah anakku. Kami menuju kelas XI IPS 1, anak saya yang kesurupan bernama Rahmat. Sebenarnya dia tidak sendirian ada temannya bernama Rio.

“Tadi Pak Agung dan Bu Anis sudah di situ Bu Ester, ujar Bu Liant lagi.

“Oh sykurlah.” Ujarku

Sambil jalan saya menghubungi orang tua Rahmat.

Seteleh sampai di kelas Rahmat, Pak Agung dan Bu Anis sudah mendoakan Rahmat. Dia lama terdiam dan menangis. Matanya kosong. Setelah itu dia agak lemas.

Kami menanyakan keadaan Rahmat kepada Rio. Apa yang terjadi kenapa Rahmat bisa terdiam seperti itu.

“Rio coba ceritakan kenapa Rahmat menangis dan tidak keluar suara,” saya menanyakan apa penyebab Rahmat bisa kesurupan.

“Saya juga tidak tahu Bu Ester, tadi saya mengajak dia ke ruang lab TIK, dia sudah terdiam seperti ini dan tidak bergerak tapi air matanya mengalir terus. Saya goyang-goyang tubuhnya, kaku dan tidak bisa bergerak. Teman-teman yang lain sudah pergi semua, tinggal kami berdua. Akhirnya saya ke kantor guru."

“Oh seperti itu,”

“Iya Bu Ester, ujar Rio lagi.

Rahmat sudah sadar dan tidak berapa lama orang tuanya sudah datang. Saya menceritakan kejadian yang menimpa Rahmat dan saya anjurkan dibawa pulang saja. Kami tidak menanyakan saat itu kenapa Rahmat bisa kesurupan.

Keesokan harinya Rahmat cerita. Sebenarnya dia penasaran kepada penunggu di kelasnya. Kebetulan setiap hari dia datang lebih awal dari temannya. Jam enam lewat sepuluh sudah berada di kelas. Bayangan itu selalu ada sekilas di pojokan . Sehingga membuat Rahmat penasaran.

Akhirnya pagi itu dia menantang ingin melihat seperti apa rupanya. Kalau dari jauh seperti bayangan seorang gadis berambut panjang dan selalu berdiri di belang sudut kelas dekat jendela. Mahluk halus itu menerima tantangan Rahmat dan mendekat.

Wajahnya kosong , pucat matanya bolong hingga membuat Rahmat terdiam dan kaku, dan air matanya mengalir terus. Rahmat tidak bisa teriak minta tolong. Rahmat tidak kuat, roh halus itu marah dan menguasai tubuh Rahmat . Dia menyesal telah menantang mahluk halus.



Begini kisahnya Rahmat




“Lain kali hati-hati ya! Jangan menyendiri dan pikirin kososng!” Saya mengingatkan Rahmat lagi.

“Iya Bu, saya juga sudah kapok dan jera tidak mau mengulang lagi.” Janji Rahmat.

Sekolahan kami dulunya terkenal tempat pembuangan mayat, jadi maklumlah sering mengganggu anak-anak bahkan kami juga gurunya. Tapi bila iman kita kuat mereka jarang mengganggu. Yang penting kita jangan mengusik mereka, menantang mereka keluar dari persembunyiannya sperti yang dilakukan Rahmat.

Kejadian ini terjadi pada tahun 2017. Sekolahan kami berada di daerah Bekasi, Desa Jatirangga. Seiiring berjalannya waktu, bertambahnya rumah penduduk di sekitar sekolah kami. Perumahan bertambah dan pendatang juga bertambah jadi sekolah kami sudah jarang kesurupan seperti itu.

Bahkan sekolah sering dibuat sholat dan ada kegiatan rohani sperti ROKRIS dan ROHIS lama-lama penghuni mahluk halus pergi dan tidak mengganggu lagi.