dalledalmintoAvatar border
TS
dalledalminto
ML dengan Kuntilanak Penunggu Pohon Beringin



Kisah mistis erat berhubungan mitos di masyarakat. Boleh percaya, dan boleh tidak percaya dengan mitos di masyarakat jawa


(gambar: 90.co)

"Har, aku tinggal narik, ya! Sana pulang duluan, aku nggak jadi pulang bareng!" ucap Samsuri sambil membaca orderan di androidnya.
"Gimana, sih. Katanya mau balik, sekarang sudah jam 11 malam. Malam Jumat Kliwon lagi, nggak serem," terang Haryadi.
"Halaaah, kamu itu sukanya takhayul," kata Samsuri.
"Ya, udah. Aku pulang ya, sana berangkat. Semoga yang ngorder bukan demit," ucap Hariyadi sambil menstarter motor maticnya meninggalkan Samsuri di angkringan, tempat nongkrong mereka berdua sambil menunggu order ojek online.

Setelah Hariyadi pergi, hilang menyusuri jalanan. Samsuri meletakkan benda pipih itu di atas spedometer motornya. Jreng jreng. Suara mesin motor Samsuri saat distarter.

Samsuri terus membelah malam, menyelinap dalam gelap mengikuti rute yang ditunjukkan dari gawainya. Setelah 10 menit berjalan, akhirnya sampailah di tempat tujuan. Sebuah pertigaan jalan yang di tengahnya terdapat pohon beringin besar. Mata Samsuri memutar mencari sesosok orang tetapi hanya sepi yang tertangkap di retinanya. Tiba-tiba angin dingin berembus membuat bulu kuduknya berdiri. 'Di mana orangnya, GPS nya berhenti di sini? Sepi amat,' suara batin Samsuri. Matanya kembali mengedarkan pandangan.
"Mas mencari saya?" Jantung Samsuri hampir copot dikagetkan oleh suara seorang perempuan yang tiba-tiba muncul dari kegelapan malam di balik pohon beringin tersebut.
"Eh, iy-ya, Mbak. Mbak ini, bikin kaget saja," ucap Samsuri sambil terbata-bata, "Mbak dari mana datangnya? Tiba-tiba muncul kayak demit aja."

"Oh, maafin ya, Mas, kalau bikin kaget."

"Hehe, nggak papa Mbak. Soalnya Mbak cantik, jadi tidak masalah bikin kaget." Samsuri mulai genit.

"Yuk, segera berangkat, Mas. Keburu Subuh ntar," pinta Si Mbak.

Samsuri memberikan helm kepada Si Mbak. Sejurus kemudian, Samsuri telah memboncengkan Si Mbak, memecah gelap malam, menyusuri jalanan.
"Eh, maaf Mbak tadi dari mana, sampai pulang larut malam begini?" tanya Samsuri dengan basa-basi untuk menghilangkan keheningan malam.
"Iya, ini tadi habis rewang di tempat saudara punya hajat nikahan," jawab Si Mbak singkat.

"Nama Mbak, siapa, sih? Namaku Samsuri," tanya Samsuri lagi.
"Oh, namaku Maesaroh, biasa dipanggil Mae."

Perjalanan kembali hening, Samsuri masih fokus dengan laju kendaraan dan GPS di androidnya. Sampai di jalan yang sepi karena memasuki daerah persawahan. Udara dingin tidak menyergap kulit.
"Mas Sam, boleh pegangan, nggak. Dingin nih," ucap Mbak Mae sedikit malu-malu.
"Boleh, Mbak. Silakan aja!" jawab Samsuri girang.
Maesaroh kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Samsuri. Jantungnya berdetak kencang, ada tangan mulus di pinggangnya.

"Lho, Mbak Mae, tangannya kok dingin banget, seperti mayat. Mbak Mae sakit, ya?"

"Enggak, Mas. Mungkin hanya karena udara malam aja ini."

"Oh, gitu."

Tiba-tiba Samsuri mengendus-endus bau yang tidak sedap tertangkap dari hidungnya. Busuk. Anyir seperti bau bangkai.
sedap
"Mbak Mae, nyium bau tidak sedap nggak. Seperti bau bangkai?"

"Nggak, Mas. Mungkin bangkai kucing kelindas mobil."

"Iya, kali ya," jawab Samsuri. "Ini masih jauh rumahnya?"

"Nggak, Mas. Setelah persawahan ini, ntar belok kiri, ketemu desa Bongsren. Laaa, rumahku di ujung desa tersebut."

"Masnya udah bosan, pegel ya, ngeboncengin aku?"

"Nggak, Mbak. Ini motor saya sepertinya lambat banget jalannya. Eh, Mbak dadah dadah dengan siapa?"
tanya Samsuri. 'Aneh' batin Samsuri tumbuh pernyataan.
"0h, tadi ada temen aku Mas. Masnya nggak liatkah. Dia berdiri di dekat tugu desa Bebekan."

"Ah, kenapa aku nggak liat ya, Mbak."

"Mas Sam, lagi konsentrasi liat jalan kali. Udah hampir sampai, Mas, desa saya, desa Bongsren. Hati-hati jalanannya banyak batu dan kerikil," pinta Mbak Mae.

"Itu rumah saya sudah kelihatan, Mas. Buruan!' pinta Mbak Mae.

Benar saja, terlihat rumah besar, megah berlantai dua dengan pintu gerbang yang artistik beraksen kuno. Bola lampu taman menerangi halaman rumah terkesan mistis.

"Sudah sampai, Mbak."
Samsuri menghentikan motornya pas di gerbang rumah.

'Mampir yuk, Mas. Ntar aku bikinin yang anget-anget!"

"Baiklah!" Seperti kebo yang dicucuk hidungnya, Samsuri mengiyakan. Maesaroh menggandeng tangannya memasuki rumah mewah itu.
'Ke kamar aja ya, Mas. Mas Sam ntar bisa rebahan."
"Iya!' Lagi-lagi Samsuri nurut saja, setelah sampai di kamar, Samsuri merebahkan tubuhnya dan memejamkan mata.


(gambar: konfrontasi.com)

Bukan membuatkan kopi seperti janjinya, Maesaroh menggerayangi tubuh Samsuri. Samsuri makin tenggelam dalam libidonya. Tak merasakan bila bajunya telah dilucuti. Samsuri hanyut dalam kenikmatan untuk beberapa saat. Namun tiba-tiba pangkal pahanya merasakan sakit. Tepatnya di kelaminnya. Samsuri membuka matanya. Alamak. Ternyata sosok menyeramkan yang telah menindihnya. Telah merudapaksanya. Telah bergumulnya adalah kuntilanak. Rambutnya panjang awut-awutan, matanya bulat merah, mulutnya berlendir darah dengan gigi yang panjang.

Ih ... ih ... ih ...! Suara tawa khas kuntilanak menggema. Samsuri berontak, ditendang sosok yang menindihnya hingga jatuh ke lantai. Maesaroh yang telah berwujud kuntilanak pun marah. Ia bangkit, matanya melotot. Kukunya panjang hitam mencekik lalu melemparkan tubuh Samsuri ke tembok.

Tolong ... tolong ... tolong! Suara Samsuri di sela-sela hajaran Maesaroh. Samsuri menendang Maesaroh yang datang untuk mencekiknya lagi. Maesaroh terjengkang. Samsuri dapat melarikan diri. Berlari secepatnya.
Ih ... ih ... ih! Suara tawa itu terus menggema.

Sampai di luar, rumah mewah itu raib berganti pohon beringin tua dengan daun yang lebat. Sulur-sulur akar bergantungan menambah seram.

Dengan tubuh yang luka tergores-gores dan hanya memakai celana dalam, Samsuri sampai di pos ronda.
"Tolong ... tolong ... tolong! Saya dikejar kuntilanak!" Dengan napas terengah Samsuri minta tolong kepada bapak bapak ronda di pos.
"Apa yang terjadi, Nak?" tanya bapak peronda. Tanpa menjawab Samsuri pingsan duluan.

"Maesaroh kembali berulah. Maafkan aku, Nak Mas. Ini malem jumat kliwon. Aku lupa memberinya sesajen," guman bapak tua peronda itu.

~~~



*lanjut nggak, ya?!
Diubah oleh dalledalminto 25-03-2020 07:49
pakolihakbar
IztaLorie
delia.adel
delia.adel dan 11 lainnya memberi reputasi
12
2.4K
44
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan