c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Penampakan Di Jembatan Panus Depok






Sumber Gambar : Jembatan Panus Depok


Setiap daerah ada cerita horor, begitu juga dengan daerahku. Sebenarnya aku tak percaya hal yang gaib namun ketika mengalami kejadian aneh, maka aku asumsikan mereka yang tak kasat mata benar adanya.

Saat itu kami sedang bermain di kawasan Depok, bisa dibilang di masa itu Depok belumlah menjadi kota seperti sekarang yang banyak kebisingan hingga mahluk tak kasat mata pun terganggu dengan padatnya lalu lintas yang ramai. Apalagi dengan hadirnya covid-19 masyarakat Depok sepertinya lebih mengkhawatirkan virus tersebut di bandingkan bertemu mahluk tak kasat mata yang menjadi buah bibir selama bertahun-tahun.

Saya lupa tepatnya tahun berapa setidaknya jalan penghubung ke arah Tole Iskandar saat itu yang menghubungkan Kota Depok dan Bogor ada sebuah jembatan lama yang bernama jembatan panus sedangkan kira-kira 30 meter dari jembatan kecil tersebut baru saja dibangun jembatan yang baru yang lebih besar. Mungkin sekitar tahun 90an, kisah ini pun terjadi tanpa disangka dan tanpa saya duga.

Kami bertiga saya, Wawan, dan Andi sedang mengendarai sepeda layaknya anak-anak di masa lalu, sepeda adalah barang mewah di masa itu. Tentu saja kami pun bermain hingga tak ingat waktu, hingga tibalah kami di jembatan panus. Waktu itu kami anggap jembatan itu seperti jembatan biasa saja, hari sudah menjelang magrib.

Tiba-tiba Andi ngerem mendadak, mukanya terlihat pucat seperti melihat sesuatu.

"Andi, lo kenapa?"

"Punk, Wan lo ga liat orang itu?"

"Orang yang mana?"

"Itu... lagi megang anjing putih"

"Ngaco lo, kagak ada orang disini! Jangan ngada-ngada dah" seru Wawan.

"Muka tuh orang pucet banget Wan, orang bule masa lo ga liat pake baju kaya chaplin"

"Udah-udah yuk mending kita segera pulang, nih hari makin gelap tau! Mana mau hujan lagi"

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan menuju rumah setelah melewati jembatan panus tersebut, air hujan mulai turun dengan rintik-rintik kecil.

Aku dan Andi berada di depan sedang Wawan berada di belakang, tapi anehnya jarak kami semakin jauh. Akhirnya kami berduapun berhenti untuk menunggu Wawan.

Firasatku ada yang tak beres, jeda waktu kami tak lama namun hingga kini Wawan belum tiba. Akupun penasaran dan melihat ke jalan nampak Wawan berusaha keras menggoes sepedanya, tapi jalannya tetap pelan seperti keong.

"Punk, Wawan bawa siapa?"

"Maksudnya Ndi?"

"Itu ada cewek pakai baju merah di boncengan belakang si Wawan"

"Ahhh, gw ga liat"

"Bener punk, gw liat jelas kok cewek cantik"

"Masa sih!"

"Sumpah gw ga bohong punk"

Tambah lama Wawan mendekat, namun aku sama sekali tak melihat penampakan yang dimaksud Andi.

"Punk dia ngilang!"

"Terbang?"

"Ga tau tapi tadi pas gw nengok cewek itu dah ga ada"

Hoshh... hoshh.... hosh. Tarikan nafas Wawan tersenggal.

"Anjir sepeda gw berat banget, rusak deh kayanya"

"Coba sini gw liat" ujarku.

Ku cek sana sini tak ada yang rusak, tak ada tanda-tanda tempat boncengan hangat habis diduduki orang. Aku pun menggaruk kepala yang tak gatal, apa benar yang dikatakan Andi! Kepalaku bertanya-tanya sepertinya ada sesuatu yang tak beres.

"Ga ada apa-apa Wan semua aman" ucapku.

"Padahal tadi berat banget"

"Ya udah yuk kita pulang, dah hampir isya ini" Andi merasa ketakutan.

Wawan pun menaiki sepedanya dan berjalan normal seperti biasa.

"Ehhh sepedaku dah enteng lagi ini"

"Yuk kita ngebut" aku pun berteriak pada semuanya.

Akhirnya sampailah kami di rumah, hanya rumah kampung dengan jalan masih banyak tanah. Lapangan luas dan kebun serta sawah yang dihiasi suara kodok bernyanyi membuat suasana malam semakin sunyi. Tak banyak kendaraan yang lalu lalang hanya beberapa orang mendorong gerobak, atau abang becak yang lalu lalang mengantarkan penumpang.

Rumah kami berdekatan, aku pun pamit pulang pada mereka. Malam semakin pekat bintang semakin malu-malu menampakkan cahayanya.

Hingga suara adzan subuh memanggilku untuk beribadah di surau, kokok ayam jantan bersahutan lalu aku pun berjalan ke surau untuk beribadah, tiba di surau kepalaku masih berat mungkin efek mata masih mengantuk disini aku tak melihat Wawan, hanya ada Andi saja teman karibku yang datang ke surau.

"Ndi lo liat Wawan?"

"Ga liat punk!"

Setelah pulang dari surau, didekat rumahku ramai orang berkerumun tepatnya dirumah si Wawan.

"Pak, ada apa pak?" Tanyaku pada salah satu warga.

"Itu Wawan kesurupan"

"Kesurupan!" Mataku dan Andi bertatapan.

"Jangan-jangan yang aku lihat kemarin...."

"Ya, lo benar Ndi" ucapku memotong ucapannya.

Aku melihat Wawan seperti seorang wanita, bukan hanya gayanya saja tapi cara bicaranya juga bahkan suaranya memang seorang wanita, terkadang Wawan tertawa cekikikan mirip dengan suara kuntilanak di televisi.

Tak lama datanglah pak Haji yang bisa ngobati orang kesurupan.

"Siapa kamu?"

"Aku betah disini, jangan ikut campur kau?"

Pak haji melafatkan beberapa ayat sambil mencengkeram jempol di kaki Wawan.

"Siapa kamu?"

"Ampunn.. ampunn pak, saya istri Stephanus yang bikin jembatan itu!"

"Ohh... pembuat Jembatan Panus, kenapa kamu ikut sampai disini?"

"Aku suka dengan anak ini, dia baik orangnya hihihihihi...." tawanya membuat bulu kudukku merinding.

"Keluar kamu, ini bukan tempatmu?"

"Ampunn.. pak... ampunn..."

Lalu Wawan terlihat melotot dan menjerit-jerit lama kelamaan, iapun pingsan tak sadarkan diri. Pak Haji berkata bahwa sosok yang Menganggu Wawan sudah pergi, akhirnya warga pun satu persatu kembali ke rumah masing-masing.

"Apa yang kamu lihat kemarin berarti pak Stephanus Ndi"

"Iya, orang bule punk sambil membawa anjing putih"

"Berarti yang kamu lihat di bonceng Wawan kemungkinan istrinya?"

"Mungkin! Aku juga tak tahu cerita tentang Jembatan itu, baru kali ini aku melihat hal tak kasat mata"

Namun setelah berkata seperti itu, wajah Andi terlihat menegang.

"Punk...punk.... punk"

"Apaan sih?"

"Itu dibelakang lo"

"Kenapa?"

"Ada wanita berbaju merah diatas pohon kelapa"

"Mana?" Aku pun berbalik.

"Astaga, itu emak gw Ndi... ngapain lagi pagi-pagi dah manjat pohon"

Aku dan Andi pun segera berlari menghampiri sosok berbaju merah itu?

"Emakk... emakkk...."

Sosok wanita itu melihat ke bawah, lalu tertawa.

"Hihihihihihi...." suaranya seperti teriakan kuntilanak.

Tamat








Diubah oleh c4punk1950... 19-03-2020 04:34
infinitesoul
aa115prass
dwikusumad
dwikusumad dan 18 lainnya memberi reputasi
19
3.4K
105
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan