trifatoyahAvatar border
TS
trifatoyah
Hantu Berbaju Merah dari Sungai Timur




Kasocikal adalah sebuah Desa di timur kecamatan Doro, sebuah Desa yang tertutup pepohonan hingga konon katanya di jaman dulu menjadi tempat yang aman untuk bersembunyi para pengungsi pada jaman Belanda. Karena yang terlihat dari mata telanjang adalah hutan yang sangat rimbun. Kasocikal sendiri berarti tempat peristirahatan berjumlah tujuh rumah.

Di Kasocikal terdapat tiga sungai yang semuanya penuh misteri, dan mengandung kisah yang mistis. Yaitu sungai Barat, sungai timur, dan sungai selatan.
Sungai timur adalah sungai paling angker dari ketiga sungai yang ada di Desa Kasocikal.
Sungai Timur konon katanya memiliki penunggu yang bernama Dewo. Makhluk yang sangat menyeramkan, dengan baju dan muka warna merah menyala. Ketika ada orang menyebut nama Wo, maka hantu itu merasa ada yang mengusiknya, nggak tanggung-tanggung dia akan mengikuti orang yang telah memanggilnya Wo.




Mentari bersinar kemerahan membelah langit menuju ke tempat peraduannya di barat sana. Hari itu aku menggendong si kecil Azmi, bocah laki-laki berumur kurang lebih dua tahun. Hari itu anak yang biasanya ceria kini sedikit rewel.

Sore menjelang Maghrib, pulanglah dua pekerja kami yang mencangkul di kebun, kebetulan kebun kami berada di dekat sungai timur. Mereka beristirahat di ruang tengah, sambil menunggu Azan Maghrib dan mengajak Azmi bermain.

Awalnya tidak ada yang aneh menimpa Azmi, kembali dia hanya sedikit rewel. Baru sekitar jam delapan malam, ketika ayah Azmi yang menepuk-nepuk nyamuk di kamar, baru sadar ada yang aneh pada diri Azmi, bocah kecil itu tidak mau bermain sama kakaknya Fari.

"Mi, kok kamu kalem banget hari ini?" tanya Mbak Peni yang ikut momong Azmi.

Azmi hanya diam, tak bersuara.

"Mi, sini sama ayah nepukin nyamuk," ajak ayahnya karena tahu aku mau salat Isya.

Kududukan Azmi di dekat ayahnya, anak itu menurut saja. Aku bergegas mengambil air wudhu, kemudian salat di kamar sebelah.
Baru saja selesai salam, Ayah berteriak.

"Bunda! Cepetan. Ayah mau baca surat Jin."

Jantungku berdetak kencang, bulu kudukku tiba-tiba meremang, dengan cepat kubuka mukena, bergegas menuju kamar depan, begitu mendengar suara Ayah dan jeritan histeris Azmi.

"Ada apa, Yah. Kenapa Azmi nangis, kenceng gini?" tanyaku panik sambil menggendong Azmi.

"Ayah ambil air wudhu dulu."

Azmi menangis semakin kencang, aku berusaha menenangkan. Ayah mengambil Al-Qur'an, dan langsung membaca surat Jin, di dalam kamar. Kemudian di tutup dengan Surat An-Nas, Surat Al-Falak, dan Surat Al-Ikhlas.
Sambil menenangkan Azmi, tak henti mulut ini komat-kamit membaca ayat kursi.

"Sebenarnya ada apa, Yah?" tanyaku masih tetap dalam kebingungan yang mendera.

"Bunda, tidak perhatikan Azmi, dari tadi Azmi diam, kita tidak memperhatikannya. Kalau tatapan mata Azmi dari tadi sebenarnya kosong."

"Maksud, Ayah?" tanyaku sambil merapat ke tubuhnya, aura mistis terasa sekali di dalam rumah.

"Sepertinya, Azmi melihat sesuatu yang sangat menakutkan."

Kbali bulu kudukku merinding. Rasa takut menyergap sampai ubun-ubun. Kupeluk bocah kecil itu erat. Dia sedikit tenang, kemudian rewel kembali.

"Ayah baru menyadarinya tadi, saat Azmi menatap kosong langit-langit kamar. Begitu Ayah bacakan Ayat Kursi, Azmi langsung menjerit dan menangis histeris, sepertinya dia baru melewatkan rasa takutnya yang luar biasa."

Sementara di ruang tengah Pak Daim dan Pak Tasir pekerja kebun kami, bertanya-tanya ada apakah gerangan? Kami tidak bisa menjawabnya. Ketika kembali Azmi ketakutan.

Hujan masih turun di luar sana, ketika hendak kami bawa Azmi ke rumah Kakeknya, yang kebetulan seorang Kyai. Untuk meminta bantuan menenangkannya.

Malam-malam kami tembus hujan berbekal mantel, yang menutupi tubuh kami dari guyuran hujan. Tapi nihil, Kakeknya sedang pergi ke Jakarta.

Akhirnya kami membawa Hilmi ke rumah kakek yang satunya. Begitu kami mengetuk pintu, Nenek langsung membukanya, dan kaget melihat kadatangan kami malam-malam di tengah hujan. Setelah mempersilakan kami masuk nenek kembali bertanya.

"Ada apa?"

"Nek, Azmi. Azmi nek," jawabku gugup.

"Ada apa dengan, Azmi?"

"Dia habis diganggu makhluk tak kasat mata."

"Astaghfirullahalazim."

Tidak lama kemudian nenek pergi keluar, aku tidak tahu dia ke mana. Tidak lebih dari lima belas menit nenek kembali dengan seorang laki-laki, yang katanya orang pintar. Orang itu adalah tetangga nenek.

"Anak ini, ketakutan karena melihat makhluk yang mengikuti dua pekerja yang pulang kerja hampir Maghrib, karena itu waktu Sanding kala, waktu di mana makhluk halus berkeliaran di waktu itu."

"Kok bisa?" tanyaku tambah merinding.

"Makhluk itu dari sungai Timur, dia mengikuti dua pekerja itu sampai ke dalam rumah, dan anak kecil ini yang diganggunya."

Bulu kudukku meremang, teringat cerita dari mulut ke mulut, cerita yang sudah melegenda, tentang Hantu Dewo dari sungai timur. Konon katanya kalau kita ke sungai timur atau melewati sungai timur, kita tidak boleh menanggil dengan panggilan, Wo, yang artinya Bude atau Pak Dhe, walaupun biasanya kita memanggil kakak dari ayah atau ibu dengan panggilan Wo atau Wak, ketika kita berada di sungai timur maka kita harus mengganti panggilan itu. Kalau tidak hantu itu akan terus mengganggu.

Apakah mungkin dua pekerja itu saling panggil Wosehingga hantu itu teriusik kemudian muncul? Dan mengikutinya sampai dalan rumah?
Semoga saja hantu Dewo mau memaafkan dua pekerja itu karena mereka bukan warga Desa Kasocikal, jadi tidak tahu, kalau berada di area sungai timur tidak boleh memanggil Wo.

Baru saja Azmi dibacakan ayat-ayat Al-quran dan diberikan air putih yang di suruh meminumnya. Tak hentinya kami berdoa agar makhluk itu tidak mengganggu Azmi, tiba-tiba dari luar, terdengar ketukan di pintu.
Seorang wanita berbaju merah, memberikan nasi berkat karena baru saja selamatan, Azmi langsung menjerit histeris.
Ternyata benar hantu itu berbaju merah.
Kembali kami menenangkan Azmi.

Esok paginya kami kembali ke rumah, karena tidak mungkin meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. Pokoknya kami bertekad tidak mau kalah dengan hantu berbaju merah itu. Dengan bacaan Qalam Illahi kami yakin, dia tidak akan berani lagi mengganggu kami. Dan kami juga berpesan pada dua pekerja kami, untuk tidak kembali dari kebun sampai sore hari dan juga untuk tidak saling memanggil Wo!

End


Berdasarkan pengalaman pribadi TS.


Sumber gambar
ini
Diubah oleh trifatoyah 17-03-2020 22:12
Anna471
istijabah
riwidy
riwidy dan 34 lainnya memberi reputasi
33
2.3K
133
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan