Kompas.com

Kontroversi tentang keaslian keris Pangeran Diponegoro yang dikembalikan pemerintah Belanda kepada Indonesia pada 10 Maret 2020 kemarin masih berlanjut, bahkan kian ‘memanas’.

Hal itu terjadi setelah adanya cuitan Fadli Zon, selaku Ketua Umum Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), yang menantang ‘Debat Terbuka’ kepada sejarawan Bonnie Triyana, perihal keaslian Keris Kiai Naga Siluman tersebut.


Bombastis.com

Fadli Zon sebagai orang yang ahli di bidang perkerisan, meragukan keabsahan keris tersebut sebagai keris Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro. Bahkan ia menuding hasil verifikasi tim riset yang memastikan keris tersebut milik Diponegoro tidak akurat. Karena itu, ia menantang tim tersebut untuk mengadakan debat terbuka, dan disiarkan di televisi.

"Hasil risetnya salah bro @BonnieTriyana. Kalau mau lebih jelas segera buat debat publik soal Keris Naga Siluman Diponegoro ini agar tak menyesatkan sejarah. Saya yakin itu bukan Kyai Naga Siluman Diponegoro. Tim riset harus tanggung jawab hasil riset dong, kan riset pakai uang negara," cuit Fadli Zon.

Cuitan itu tentu saja bikin ‘panas telinga’ anggota tim tersebut, sebab selain dianggap tidak akurat atau salah, juga dinilai memakai uang negara.

Maka Bonnie Triyana yang merupakan salah satu anggota tim yang ditugaskan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid ke Belanda untuk memverifikasi keris itu langsung memberikan tanggapan.

Intinya, Bonnie menerima tantangan Fadli Zone untuk debat terbuka, dan membantah telah menggunakan uang negara, sebab timnya itu dibiayai oleh pemerintah Belanda.

Bonnie mencuitkan:

"Mungkin @MuseumNasional mau menerima usulan Mpu @fadlizon utk menyelenggarakan diskusi soal keris Pangeran Diponegoro. Kabarnya dlm waktu dekat koleksi Pangeran Diponegoro kan akan dipamerkan di MNI. Sekalian aja acaranya di situ. Fadli Zon itu keliru juga, (bilang) meneliti pakai uang negara. Enggak ada. Meneliti itu dari Volkenkunde, dibiayai sama mereka."
****
Menurut Ane, andai debat ini diadakan juga, maka tujuannya adalah bukan untuk mencari siapa yang benar, menang atau hebat, melainkan semata-mata untuk meluruskan sejarah masa lalu, khususnya tentang keris Diponegoro ini. Karena itu, Bonnie sendiri mengakui urgensi debat tersebut adalah untuk kepentingan sejarah dan dokumentasi.

Dan jika debat harus disiarkan televisi, maka Ane pikir Karni Ilyas dengan Indonesia Layers Club (ILC)nya adalah media yang tepat untuk memformulasikan ajang debatnya.

Maka pihak-pihak yang diundang sebagai narasumber haruslah orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Ane yakin acaranya bakal seru banget, jika narasumber yang dihadirkan adalah:


1. Para pakar keris, seperti Fadli Zon sendiri, serta keturunan para Empu (Mpu) yang mumpuni di bidangnya.

2. Para sejarawan dan arkeolog, seperti Peter Carey penulis sejarah Diponegoro, Sri Margana, Bonnie sendiri beserta anggota timnya yang lain.

3. Para antropolog, sosiolog dan budayawan untuk mengkaji budaya dan sosial kemasyarakatan masa lalu.

4. Para ahli metalurgi (ahli peleburan dan unsur-unsur logam), filologi (ahli naskah kuno), dan fisika (ahli analisis perubahan benda).

5. Para keturunan Pangeran Diponegoro sendiri yang tahu tentang keris Diponegoro.

6. Paranormal yang bisa menerawang dan memberikan pandangan gaibnya, seperti Permadi dan Ki Joko Bodo.

7. Para lawyer dan pihak lainnya yang berkompeten sebagai pembanding.


Maka perpaduan argumen ilmiah, pengalaman dan penerawangan mata batin yang diilmiahkan, akan membuat debat semakin panas dan seru.

Nah, jika debat itu dapat direalisasikan dan bisa menghasilkan kesimpulan yang disepakati semua pihak yang terlibat, Ane yakin kontroversi keaslian Keris Diponegoro ini akan berakhir, dan sejarah harus dicatat ulang atau direvisi jika hasilnya menunjukkan hal yang berbeda dari yang selama ini kita amini dari keris Diponegoro Naga Siluman itu.(*)
***
Ref 1, Ref 2. #510