rahma.syndromeAvatar border
TS
rahma.syndrome
(CERPEN) Aku Bukan Pelakor!
Hari ini aku terjebak dalam curhatan temanku. Ia menceritakan tentang pacar barunya. Ya, setiap momen yang ia lakukan pasti diceritakannya kepadaku. Bahkan, ketika pacarnya tak sengaja kentut saat tertawapun ia menceritakan. Bukan aku tak menghargainya, tapi aku malas mendengarkan ia yang terus bercerita tentang pacarnya padahal hampir setiap bulan berganti pacar. Dengan alasan bosan!



Bulan ini ia menceritakan betapa senangnya diantar pulang oleh pacarnya, bulan depan bisa saja ia menceritakan betapa baiknya sang pacar yang membelikannya tas ataupun baju.

Sebenarnya, ia memang sedang mencari jodoh atau membuang-buang waktu dengan mengencani banyak orang? Aku pikir, lebih baik menunggu orang yang tepat daripada harus bersama dengan orang yang salah.

Itu hanya pikirannku, bukan pikiran temanku ataupun orang-orang diluar sana. Tapi jujur, terkadang aku jengah dengan curhatannya yang hanya seputar pasangan. Apa dia tidak punya hidup yang menarik selain tentang pasangan? Apa dia tak punya impian yang harus di ceritakana kepadaku? Entahlah.

“Lo masih dengerin gue kan?” tanya Alia, sahabatku sejak setahun yang lalu.
Aku hanya mengangguk sambil sesekali tersenyum untuk menghormatinya.

Setelah itu, ia kembali menceritakan betapa mesranya ia bersama dengan sang pacar pada saat malam tahun baru. Bahkan, ia mengambil ponselnya dan memamerkan foto mesranya. Alia benar-benar sedang mabuk cinta dengan Eden, bahkan ia mengatakan tidak akan bosan dengan Eden dan akan menikah dengannya.

Mendengar ceritanya yang begitu manis, aku jadi berpikir untuk menguji kesetiaan pacarnya. Ya pacarnya yang bernama Eden. Apakah dia memang sangat mencintai Alia dan sangat setia? Entahlah. Bisa saja ia goyah setelah melihat rumput tetangga yang lebih hijau.

Setelah pikiran itu muncul, jelas saja aku mendekati Eden secara halus. Secara halus? Ya, aku selalu menggunakan Alia sebagai alasannya.

Mudah untuk mendekatinya. Dengan ucapan manis dan wajah cantikku, ia justru balik mendekatiku.

“Lo udah punya pacar Lil?” tanya Eden saat kami sedang berada di sebuah kafe. Tentu saja Eden yang mengajakku untuk bertemu. Tak lupa pesan yang ia kirimkan kepadaku selalu aku screenshoot agar sewaktu-waktu ku gunakan jika Alia tahu.

“Belum,” jawabku singkat.

“Masa sih? Cewek secantik dan sebaik lo gak punya pacar?” tanya-nya lagi.

Aku tersenyum mendengarnya. Secara tidak lagsung, ia memujiku. Sekali lagi, aku bukanlah pelakor! Aku hanya menguji kesetiaan pacar sahabatku.

Selang beberapa hari, Alia kembali menceritakan tentang Eden yang berjanji akan menikahinya setelah lulus kuliah. Wow, semakin menarik. Batinku.

“Lo yakin sama ucapan Eden?” tanyaku tak percaya.

“Yakin lah, apalagi dia itu tipe cowok yang setia. Gue percaya banget sama dia,” sahut Alia dengan nada pasti.

Aku hanya tersenyum kecil. Bodoh! Batinku.

“Kalo ternyata Eden selingkuh, lo gimana?”

Alia tertawa sejenak. “Ya gak mungkin lah Lila,” ucapnya setelah menghentikan tawanya.

Aku semakin tertarik untuk menguji Eden. Disini aku hanya ingin menunjukan kepada Alia bahwa tidak semua laki-laki bisa dipercaya. Lagipula, aku tidak ingin Alia disakiti Eden setelah Alia memberikan semuanya.

Semakin hari, Eden semakin sering menghubungiku. Tentu saja tanpa di ketahui oleh Alia. Tak jarang pula ia mengajakku jalan.

“Hubungan lo sama Alia gimana?” tanyaku kepada Eden saat kami sedang berada di pantai.

“Emm, masih biasa sih. Adem ayem tanpa percekcokan. Alia percaya banget sama gue, jadi dia gak mempermasalahka kalo gue gak ada kabar seharian. Karena pasti dia mikirnya gue sibuk ngurusin kuliah,” jawabnya seraya tersenyum.

Aroma player memang berbeda dengan aroma lelaki sejati.

Waktu terus berjalan sampai akhirnya Eden menyatakan cinta kepadaku. Pacar sahabatku menyatakan cinta kepadaku. Apa aku harus memberi tahu Alia terlebih dahulu? Atau aku menerimanya dulu?

Jujur, aku bingung sendiri dengan permainan yang kubuat. Aku sama sekali tidak ada perasaan apa-apa terhadap Eden, tapi aku tidak ingin berhenti sampai Alia tahu bahwa Eden tak sebaik yang ia kira.

“Jadi gimana?lo mau jadi pacar gue?” tanya Eden sekali lagi.

Sebelum aku menjawab, Alia datang dengan kemarahan yang sudah berada di puncak kepalanya.

“LILA…EDEN!” Teriaknya yang membuat Eden kaget setengah mati.

“Lila, lo…” Alia memandang Eden sejenak lalu melanjutkan ucapannya.

“Lo nusuk gue dari belakang? Oh, selama ini gue cerita ke lo tentang Eden tapi ternyata lo suka sama Eden?” tanya Alia dengan nada keras.

Jujur aku sedikit cemas karena permainan tak sesuai rencanaku. Tadinya aku akan memberitaukan kepada Alia tentang aku yang menguji kesetiaan Eden. Tapi sebelum itu terjadi, Alia sudah ada di depanku dengan semua kesalahpahaman.

“Gue bener-bener gak nyangka. Gue nyesel punya sahabat brengsek kaya lo!.”

“DASAR CEWEK MURAHAN!” sekali lagi Alia berteriak kesal. Untung saat ini kami sedang berada di belakang kampus yang tidak ada orang selain kami bertiga.

“ALIA!” bentakku tak kalah keras.

“Gue sama sekali gak ada maksud buat ngrebut Eden dari lo. Gue gak ada perasaan apa-apa sama dia. Selama ini yang deketin dan ngajak ketemuan dulu itu Eden. Gue ada buktinya,” terangku.

“Oh ya? Mana ada pelakor ngaku pelakor!”

“Asal lo tahu, cowok yang selama ini lo bangga-banggain di depan gue, ternyata dia gak sebaik yang lo kira. Kenapa? Dia deketin gue dan bahkan nembak gue!” emosiku benar-benar sudah tak bisa di tahan lagi.

“Itu karena lo yang kegatelan!” bentak Alia.

“Itu karena lo yang terlalu bodoh! Pecaya gitu aja sama omongan Eden,” balasku.

Disaat perdebatanku dengan Alia semakin memanas, tiba-tiba datang seorang wanita yang menyapa Eden dengan hangat.

“Hai Eden, lo lagi ngapain disini?” tanya wanita tersebut yang mungkin satu kampus denganku juga.

“Lo siapa?” tanyaku ketus kepada wanita yang menyapa Eden tadi.

“Gue cewek yang lagi deket sama Eden,” sahutnya enteng.

Persis seperti adegan di film-film saat si pria ketahuan selingkuh. Benar-benar dramatis! Aku menghela napas sejenak sebelum akhirnya aku berbicara kepada Alia.

“Mata lo gak rabun kan Al?”

“Eden.. lo, lo bener-bener bajingan! KITA PUTUS!” bentak Alia.
 
Eden benar-benar tidak bisa apa-apa. ia sama sekali tak mengeluarkan suara, bahkan bergerakpun ia tak bisa. Kalian tahu wajah-wajah pencuri yang tertangkap basah? Ya, itu seperti wajah Eden.

Setelah mengucapkan itu. Alia segera menarik tanganku untuk menjauh. Aku hanya mengikutinya yang ternyata berjalan ke arah toilet.

Tepat seperti perkiraanku, Alia menangis seperti di sinetron-sinetron.

“Al,” panggilku malas.

Bukannya menjawab, Alia justru memberikan sumpah serapah kepada Eden.

“Al, lo tuh jadi cewek begonya gak selesai-selesai ya!” ucapku kesal.

“Cowok model Eden aja di tangisin. Dia itu gak pantes bikin air mata lo jatuh. Buang-buang tenaga aja! Cowok banyak kali, apalagi yang lebih baik dari Eden. Makanya lo kalo cari cowok tuh jangan asal suka terus pacaran,” tambahku.

“Lo jadi sahabat sadis banget sih Lil! Gue lagi nangis malah di maki-maki.” Ujar Alia tak terima.

“Kalo gak gitu lo gak sadar-sadar! Gue itu gak mau lo disakitin sama cowok, makanya gue ngelakuin ini. Bukannya gue mau ngerebut Eden dari lo, tapi gue mau nunjukin sifat Eden yang sebenernya tuh kaya apa.”

“Ya udah si gak usah di omongin lagi. Gue minta maaf karena udah nuduh lo yang enggak-enggak,’’ ucapnya lirih.

Entah berapa menit dia menangis sampai akhirnya terdiam dan segera mencuci wajahnya. Yah begitulah klao punya sahabat yang gampang buta karena cinta. kita harus ekstra sadis untuk menyadarkannya. Bukan karena jahat, tapi memang hanya dengan cara sadis bisa menyadarkannya.


Gimi96
NadarNadz
nona212
nona212 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
4.6K
55
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan