i.am.legend.
TS
i.am.legend.
300 Hari di Suriah, Cerita Febri Ramdani Ditipu Khalifah ISIS


300 Hari di Suriah, Cerita Febri Ramdani Ditipu Khalifah ISIS

Suara.com - Ingin menikmati hidup di surga dunia sembari meretas jalan ilahiah, membuat banyak orang Indonesia pergi ke Suriah saat kekhalifahan ISIS didgaya. Namun, tak sedikit yang kecewa dan merasa terperdaya.

FEBRI Ramdani berdebat cukup sengit dengan keluarganya, soal rencana kepindahan mereka ke Suriah, yang oleh ayahnya selalu disebut sebagai negeri Syam.

Kondisi perekonomian keluarga sedang sulit-sulitnya pada tahun 2015. Pergi ke Suriah, bergabung dengan Negara Islam Irak dan Suriah yang dipimpin Khalifah Abu Bakr Al Baghdadi, dianggap sebagai satu-satunya jalan keluar dari kemelaratan.

Apalagi, ISIS menawarkan beragam fasilitas hidup yang menggiurkan: pendidikan gratis, kesehatan gratis, makan berkecukupan.

Namun, Febri kukuh tak mau pergi. Baginya, lebih baik hujan batu di negeri sendiri ketimbang hujan emas di negeri orang.

Akhirnya, Febri berpisah jalan. Sebanyak 26 anggota keluarganya, termasuk ayah dan ibu, berangkat ke Suriah. Sementara dirinya tetap di Indonesia, sebatang kara.

Febri berusaha bertahan hidup di Indonesia meski sendirian. Ia mengatur siasat, agar tercukupkan semua kebutuhan hidup, Febri berhemat. Soal tempat tinggal, ia memutuskan tinggal di indekos.

Ditinggal pergi oleh keluarga tempatnya tumbuh kembang sejak lahir, membuat Febri depresi. Ia lantas berupaya menggali informasi mengenai ISIS.

Febri berselancar di dunia maya, mengunjungi laman-laman daring pro-ISIS yang di dalamnya terdapat banyak informasi menggiurkan.

Lelaki itu terkesima, karena ISIS menawarkan pendidikan gratis, kesehatan gratis, rumah layak bebas kredit, dan sebagainya.

Satu janji yang menyentuh pikiran Febri adalah, sang khalifah membebaskan setiap pengikutnya untuk menentukan profesi atau pendidikan yang hendak dilakoni di Suriah—tak harus berperang.

Semuanya tampak sesuai dengan syariat Islam yang dipahami oleh Febri. Karenanya, tanggal 26 September 2016, Febri angkat kaki dari Tanah Air, menyusul keluarganya.

"Awalnya saya tak setuju, ragu, apa benar ISIS di Suriah menjalakna syariat Islam. Semua keluargaku pergi karena ekonomi kami lagi di bawah. Mereka meninggalkan saya,” kata Febri.

Febri kekinian menuliskan perjalanan hidupnya dan diterbitkan menjadi buku berjudul “300 Hari di Bumi Syam: Catatan Perjalanan Mantan Pengikut ISIS”. Buku itu didiskusikan olehnya di Aula Gedung IASTH, Kampung Universitas Indonesia, Salemba, Selasa (11/2/2020).

Menembus Barikade

Tak mudah menembus masuk Suriah ketika perang antara ISIS dan pasukan koalisi internasional tengah berkecamuk.

Dua bulan sebelum tahun 2016 berakhir, Febri dibantu salah satu kerabat pergi ke Suriah.

Kerabatnya itu pula, yang setahun sebelumnya, membantu keluarga Febri menyeberang ke Suriah, ikut ISIS.

Febri harus menempuh jalan memutar. Lebih dulu, kerabatnya memberangkatkan Febri ke Istanbul, Turki.

Selama di Istanbul, Febri menggunakan visa turis. Lima hari dia di kota penuh kenangan era peralihan tersebut, sebelum berangkat ke perbatasan Turki – Suriah.

Kerabatnya meminta Febri menunggu di salah satu titik kota Istanbul yang akan memberangkatnnya ke perbatasan memakai bus.

“Busnya cukup besar, berkapasitas 50 orang. Kami dibawa ke perbatasan lewat jalan setapak,” kata Febri.

Sesampainya di perbatasan, Febri menyerahkan KTP dan Paspor Indonesia kepada ISIS. Febri dan lainnya lantas disuruh lari, masuk ke wilayah Suriah.

Salah Kelompok

FEBRI yang lugu tak mengenal sekat-sekat organisasi yang bertikai di Suriah, meski sama-sama berpredikat teroris.

Akibatnya, Febri justru ditangkap dan menjadi tahanan. Ia mengira memasuki kawasan ISIS, ternyata kamp milik Jabhat Al Nusra yang berafiliasi dengan Al Qaeda.

"Saya ditangkap selama sebulan, saya tak tahu. Kami bernegosiasi, dan akhirnya dibebaskan setelah mengaku sebagai relawan kemanusiaan.”

Hancurnya Impian

TIDAK ada impian indah Febri yang tersisa saat benar-benar masuk ke wilayah ISIS di Suriah.

Tak ada pendidikan gratis. Kesehatan cuma-cuma, ternyata hanya bualan. Di Suriah, hanya ada kota yang sudah hancur lebur akibat perang.

"Saat saya masuk sudah berbeda, sudah ada bendera-benderanya. Tapi kok beda sama yang dipropagandakan. Kok hancur semua.”

Satu-satunya impian yang tersisa bagi Febri adalah bertemu dengan keluarga besarnya. Sudah setahun tak bertemu, maka rindu harus terbayar lunas.

Di Suriah, Febri bertemu salah satu WNI yang juga menjadi pengikut ISIS. WNI itu mengakui mengetahui keluarga Febri dan akhirnya mempertemukan mereka.

"Akhirnya saya bertemu keluarga dan alhamdulillah ibu masih hidup. Memang ada beberapa yang sudah meninggal.”

Pertemuan mereka berlangsung singkat. Febri hanya diberikan waktu dua hari untuk temu kangen bersama keluarga yang sudah tak lagi lengkap.

Selanjutnya, Febri diharuskan mengikuti wajib militer oleh ISIS. Tak ada pendidikan gratis, apalagi kebebasan memilih profesi seperti dijanjikan sang khalifah.

“Aku baru tahu, keluargaku marah saat melihatku di Suriah. Mereka berharap aku tak menyusul mereka. Sebab, mereka juga ingin kembali ke Indonesia.”

Segala kebusukan ISIS akhirnya diketahui Febri, bukan dari siapa-siapa, tapi justru dari keluarganya sendiri yang dulu meninggalkannya demi ke Suriah.

"Mereka bilang kenapa kamu ke sini. Kami sudah mau pulang ke Indonesia. Kami enggak dapat apa yang dijanjikan ISIS, kami justru diancam. Mereka jelaskan keburukan ISIS. Saya kaget.”

Febri dan keluarganya berembuk, mencari jalan untuk kembali ke Indonesia. Ia lantas mendapat pertolongan dari penduduk lokal agar bisa keluar dari wilayah ISIS.

Penduduk lokal meminta Febri lebih dulu menyerahkan diri ke Pasukan Demokratik Suriah. Sesudahnya, ia dan keluarga dipenjara selama 2 bulan agar bisa mendapat perlindungan KBRI.

"Usai 2 bulan dipenjara, kami dipertemukan dengan KBRI. Kami dijemput di perbatasan Irak – Suriah, di sana ada Kemenlu dan Dubes RI. Kami dibawa untuk proses pemulangan.”
sumber

☆☆☆☆☆

Hanya 1 kata yang pantas disematkan pada orang ini : bodoh.

Sejak awal semua pemuja Khilafah adalah orang-orang tolol. Mereka tak pernah sadar hanya diperdaya oleh cerita masa lalu. Cerita tentang kuda dan pedang.

Indonesia bukan negara yang membatasi orang beragama. Indonesia juga bukan negara yang begitu ketat membatasi internet. Seharusnya semua penggila ISIS bisa mencari informasi yang benar bukan hanya dari 1 kubu, apalagi kubu yang hanya dilandasi oleh kesamaan iman. Sebab kubu yang seperti itu justru hanya menyajikan propaganda busuk atas nama agama. Padahal yang diperangi ISIS adalah mereka juga yang mempunyai agama yang sama. Mereka membakar hidup-hidup sesama muslim. Mereka memberondongkan senjata otomatis ke orang-orang yang juga muslim. Mereka merudapaksa wanita-wanita yang juga muslim. Mereka menghukum penggal dari kalangan muslim. Satu yang melatari tindakan mereka : Berbeda pilihan. Bukan karena agama.

Jadi, ketololan mana lagi yang akan disembunyikan oleh mereka yang katanya mencari ridho Allah dan memilih jalan jihad?

Kalau hanya mau merasakan ditipu oleh saudara seiman, tak usah jauh-jauh ke Suriah. Disini banyak. Bahkan tak perlu mengorbankan nyawa. Hanya otak yang perlu digadai.

Disini banyak MLM yang mengusung kata Syariah.
Disini banyak agen travel yang mengusung kata Surga.
Disini banyak partai yang katanya partai agama.
Disini banyak tokoh politik yang mulutnya sampai berbusa menjual agama.
Bahkan disini banyak pemuka agama yang mencari orang-orang dungu untuk ikut demo atas nama agama dan ummat.

Dengan berbekal sertifikat berbau surga, maka sahlah seseorang memegang kunci surga. Katanyaaa....

Jadi untuk apa ke Suriah?

Lalu sekarang, nikmat mana lagi yang akan kalian dustakan wahai manusia-manusia bodoh? Ketika KBRI masih mau menolong kalian untuk kembali ke Indonesia, maka bertobatlah. Jangan justru jadi virus merusak disini. Hargai nyawa kalian yang masih diampuni oleh Indonesia.

Lihat mereka yang sekarang tak lagi dipedulikan Indonesia. Meratap dan menjual derita dengan harapan bisa kembali ke Indonesia.

Tak ada kata maaf bagimu Alfredo. Tak ada juga kata maaf bagimu Esmeralda. Menangislah kalian seperti film telenovela.

Ayo Rosalinda. Biarkan mereka tergoreng panasnya gurun. Kita disini bisa jalan-jalan menikmati indahnya Nusantara. Kita susul Marimar dan Alfonso di Mall.
Diubah oleh i.am.legend. 11-02-2020 16:24
anu.ku.lsebelahblog4iinch
4iinch dan 59 lainnya memberi reputasi
58
11.9K
177
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan