c4punk1950...Avatar border
TS
c4punk1950...
Tragedi Berdarah, Pembantaian Etnis Tionghoa Di Indonesia




Banyak yang tidak tahu sejarah kota tua di Jakarta ternyata menyimpan banyak cerita kelam loh gan, yang banyak dilupakan orang adalah Tragedi Angke disebut juga Chinezenmoord oleh orang Belanda, yang berarti "Pembunuhan orang Tionghoa" dan ini semua fakta sejarah yang jarang di ketahui anak millenial masa kini.

Pada buku yang ditulis oleh G. Bernhard Schwarzen yang berjudul Reise in Ost-Indien yang terbit tahun 1751. Ia menerangkan sangat detil, dimana kanal-kanal penuh mayat. Di dalam gang dan jalanan pun banyak mayat bergelimpangan, darah seperti banjir yang menghiasi kota Batavia.



Pembantaian terhadap etnis tionghoa oleh serdadu Belanda berlangsung selama 13 hari, hasilnya ribuan orang Tionghoa pun mati dibantai tentara Belanda. Tidak ada asap bila tidak ada api, apa sih menyebabkan ribuan keturunan tionghoa habis dibantai oleh VOC. Pertumbuhan penduduk akibat banyaknya imigran Tionghoa memang menjadi awal masalahnya.

Pada saat itu Batavia di pimpin oleh Gubernur Jenderal VOC, yaitu Adriaan Valckenier merasa penduduk Tionghoa semakin lama semakin banyak saja, dan hal ini pertanda buruk bagi eksistensi Belanda di Batavia karena terlihat masyarakat Tionghoa pintar dan telaten dalam berdagang. Maka jalan satu-satunya perpindahan penduduk dari Batavia di kirim ke Afrika Selatan atau Srilanka. Namun desas desusnya sebelum sampai di negara tujuan mereka telah di buang ke laut, disinilah timbul pemberontakan oleh masyarakat Tionghoa di Batavia.



Puncaknya di tahun 1740 pemberontakan Tionghoa pun sukses membunuh 50 serdadu Belanda, dan juga merusak pabrik-pabrik gula yang membuat Valckenier murka dan mengirimkan 1.800 tentara untuk membalasnya. Ditambah lagi isu yang dihembuskan VOC bahwa orang-orang Tionghoa akan merudapaksa warga pribumi, dan juga menjadikannya sebagai budak.

Bahkan ada sayembara berhadiah yang dilakukan oleh Gubernur Batavia itu bagi siapa yang berhasil membawa kepala orang Tionghoa akan dijanjikan hadiah yang besar. Alhasil kaum pribumi dan VOC bersatu dalam pembantaian etnis Tionghoa di Batavia.

Genosida pun tak terelakkan, maka peristiwa itu juga di kenal dengan nama Geger Pacinan, dan Angke sendiri dalam bahasa Hokian adalah sungai merah. Sungai yang saat itu di penuhi banyak darah, itulah sisi kelam sejarah negara ini. Maka tak heran isu-isu yang berkembang antara keturunan Tionghoa dengan warga Pribumi selalu saja menimbulkan gesekan.



Tak hanya di Batavia bahkan pembantaian etnis ini pun terjadi di Jawa Timur. Hal ini tertuang pada buku Tionghoa dalam Pusaran Politik karya Benny G Setiono disebutkan, dimana pembantaian etnis Tionghoa pada saat Perang Jawa (1825-1830). September 1825, ketika itu pasukan berkuda yang dipimpin putri Sultan Hamengku Buwono I, Raden Ayu Yudakusuma, mereka menyerbu Ngawi, kota kecil di perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur yang terletak di tepi Bengawan Solo. Hasilnya, banyak etnis Tionghoa pun di bunuh tak perduli anak kecil dan wanita semua di habisi.

Etnis Tionghoa memang masuk pusaran politik sejak zaman Belanda, mereka juga dijadikan oleh Sultan Jawa sebagai orang yang di percaya sebagai bandar pemungut pajak. Bahkan diskriminasi terhadap ras Tionghoa pun semakin menjadi hingga setelahnya dibukukan oleh Hendri F. Isnaeni ia menulis di awal abad ke-20, ada beberapa peristiwa rasial terhadap etnis Tionghoa, diantaranya kerusuhan di Solo pada 1912 lalu kerusuhan di Kudus pada 1918. Setelah itu di masa revolusi, terjadi gerakan anti etnis Tionghoa, tepatnya di Tangerang pada Mei-Juli 1946, Bagan Siapi-api pada September 1946, dan juga Palembang pada Januari 1947.



Kemudian pada tahun 1965 di masa Orde Lama berakhir etnis Tionghoa pun di bunuh karena dianggap punya peran dalam Gerakan 30 September 1965 (G30S). Hingga hal itu pun berlanjut dimana terjadi pembantaian terhadap 30.000 orang yang berasal dari etnis Tionghoa, di Provinsi Kalimantan Barat pada 1967 atas nama PGRS/PARAKU. 





Bahkan setelah sejarah kelam di masa lalu itu di perburuk di masa orde baru, menurut Penelitian oleh Amy Freedman dari Franklin and Marshall College, Amerika Serikat, mereka menemukan fakta sebenarnya kebencian warga lokal terhadap etnis Tionghoa adalah sebuah program dari hasil politik pecah belah Soeharto. Penelitian ini diberi judul "Political Institutions and Ethnic Chinese Identity in Indonesia," Freedman memberikan pernyataan bahwa sebenarnya Soeharto seakan memaksa etnis Tionghoa untuk melakukan asimilasi dan juga mengidentifikasi mereka sebagai bukan pribumi. Sebagian kecil warga Tionghoa di masa Suharto mendapatkan fasilitas investasi dari negara, hingga mereka pun menjadi sangat kaya.

Mereka menjadi biang sarang korupsi hingga akhirnya Singapura menjadi maju karena korupsi oleh etnis Tionghoa yang membawa lari uang negara ke Singapura. Karena negara kecil itu memang tempat banyak orang Indonesia untuk mencuci uang haram mereka.



Puncaknya terjadi kerusuhan 1998 dimana lengsernya Suharto memakan korban dari rasialis warga Tionghoa, pemisahan identitas ini menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu bisa muncul lagi.

Maka dengan representasi dari segolongan kecil etnis ini dibuatlah stigma bahwa etnis Tionghoa mempunyai kekuasaan di negara ini, dengan cara yang culas dan sebagainya. Maka ketika di zaman reformasi hingga sekarang masih saja stigma itu melekat.

Untuk itu di masa sekarang cobalah berpikir sejenak siapa yang menciptakan manusia? Tuhan!! Lalu untuk apa ada berbagai ras, suku dan bangsa? Agar kita saling membantu, tolong-menolong dan juga saling mengenal. Maka lupakanlah hal yang berbau rasis, jangan sampai kita kembali di adu domba dengan banyaknya berita-berita hoax yang ingin memecah belah persatuan kita.

Sudah berapa banyak sejarah masa lalu yang telah membuat kita sebagai manusia seperti "Malaikat Pencabut Nyawa" padahal apa bedanya kita dengan ras lain? Hanya warna kulit, tapi sebenarnya kita punya keinginan yang sama yaitu "Damai".



Mari kita bergandengan tangan, dan jagalah kedamaian untuk Indonesia baru dan Indonesia yang semakin maju. Semoga trit ini membuka mata hati kita, permusuhan tidak akan membuat bangsa ini semakin hebat. Dan jangan pernah lagi kita di permainkan oleh para elite politik, karena mereka rela menumbalkan rakyat demi perut mereka agar terisi.

Salam lur, saya c4punk see u next thread






emoticon-I Love Indonesia

"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klikdan klik
Pic : google

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star





GIF





Diubah oleh c4punk1950... 11-02-2020 07:17
anasabila
sebelahblog
4iinch
4iinch dan 11 lainnya memberi reputasi
10
6.1K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan