DiNa853Avatar border
TS
DiNa853
Lukisan Senja
Hai GanSis, sebuah cermin bengenre gore untuk 21+ yang mengandung unsur sadisme di dalamnya. So, siapin mentalmu! Selamat membaca💓





Sebulan lagi, Mario—sahabatku—akan melepas masa lajangnya. Ia akan mengarungi kehidupan baru dengan seorang wanita pilihannya.

Senja—calon Mario—memang sempurna. Siapa pun pria yang memandang pasti akan terpesona dengan kecantikannya. Keberuntungan berpihak pada Mario, karena dari sekian banyak pria yang melamar, Mariolah yang dipilih Senja.

Sebenarnya, aku selalu mendukung apa pun keputusan Mario. Namun, sikap Senja yang manja dan mengatur Mario membuatku sedikit terganggu. Apalagi ia selalu merendahkanku bahkan tidak ada sedikitpun rasa sungkan menghina bila di depan Mario.

Pernah suatu hari, Mario datang bersama Senja. Kukira, mereka ke rumah hanya sekadar singgah. Ternyata Mario bermaksud lain, ia hendak mengajakku mengunjungi sebuah pameran lukisan di kota.

"Sayang, kita perginya berdua aja ya! Lihat tu pakaian Rani nggak modis banget! Entar orang kira, kita bawa pembantu lagi!" sanggah Senja waktu itu.

"Lagian aku juga nggak mau semobil sama dia. Bisa getel-gatel nanti badanku, iiih," imbuh Senja sambil mengedikkan bahunya.

“Tapi, Sayang ... Rani itu sudah lama lho pengen datang ke pameran ini! Mumpung kita ke sana, nggak ada salahnya ‘kan kalau ajak Rani sekalian?” Mario berusaha memberi alasan.

“Pokoknya aku nggak mau. Titik!” pekik Senja sambil memanyunkan bibir dan menyilangkan kedua tangannya di dada, persis seperti anak kecil yang tengah merajuk.

“Sudah, sudah, kalian duluan aja! Gue bisa pergi lain kali kok, lagian gue juga masih ada urusan ini.” Aku mencoba menengahi.

“Tuh, denger, Sayang!” timpal Senja.

Akhirnya Mario mengalah, kemudian pamit padaku. Ia pergi dengan menggandeng tangan Senja menuju mobil yang terparkir di halaman rumahku.

Belum sempat aku masuk, Senja turun dari mobil dan menghampiriku. Dia menarik tanganku, memaksa masuk ke dalam rumah.

"Denger ya, Ran! Nggak usah cari perhatian lagi di depan Mario! Gue ini calon istrinya, jadi gue berhak melarang Mario bergaul dengan siapa pun, termasuk loe!" ketus Senja seraya mengacungkan telunjuknya di depan mukaku.

Senja berlalu, hanya suara high hellsnya yang terdengar memecah kesunyian. Sementara aku masih mematung, memandangnya melangkah masuk ke dalam mobil.

Mario memang banyak berubah sejak mengenal Senja. Ia tidak lagi membela mati-matian saat ada yang menghinaku, seperti yang dilakukannya dulu. Hampir seluruh waktunya dihabiskan bersama Senja.

Seringkali Mario menolak saat aku mengajaknya nongkrong. Alasannya selalu sama, ia tengah menemani Senja. Ia juga jarang menerima panggilan telpon dariku. Bahkan, mengunjungi rumahku pun sudah tidak pernah ia lakukan seperti dulu. Mungkin, cinta telah membuatnya berubah hingga pelan-pelan mengabaikanku.

Suara ketukan pintu rumah memecah kesunyian. Penasaran, aku segera membukanya. Aku terkesiap kala melihat Senja dengan tampilan yang berbeda berdiri di hadapanku. Tak ada gaun indah yang menempel di tubuh seksinya. Ia mengenakan setelan hoodie hitam yang menutup kepalanya dan celana panjang jeans warna senada.

Senja mendorong tubuhku dan menatap penuh kebencian.

“Gue peringatin sekali lagi, Ran! Jangan ganggu Mario! Loe pikir, gue ngga tahu kalo loe sering hubungin Mario, hah?” geram Senja penuh emosi.

“Maafin gue, Nja! Gue ga ada maksud buat ganggu. Sebagai sahabat, gue Cuma pengen tahu kabarnya aja. Enggak lebih, kok!” tukasku dengan harapan bisa meredam emosinya.

“Mario memang sahabat loe, tapi itu dulu. Sekarang, gue yang berhak penuh atas dirinya. Awas, kalau loe berani ganggu lagi, cewek gatel!” serunya penuh ancaman.

Kata-kata Senja membuat darahku mendidih. Sebelum Senja beranjak pergi, reflek aku menarik tangannya hingga ia mundur beberapa langkah. Aku mendorongnya hingga terduduk di sofa ruang tamu.

Senja hendak melawan, tetapi aku sudah mencekik lehernya. Ternyata, mulut besarnya tak sebanding dengan kekuatannya. Ia hanya gadis manja yang suka mengatur tetapi aturan itu tidak berlaku untukku.

Sengaja aku memainkan pisau di tubuh Senja. Aku begitu menikmati setiap sayatan pada tubuh yang terawat ini. Setiap tetes cairan kental membuat diriku puas.

Tiba-tiba terlintas dalam benakku untuk memanfaat cairan merah ini. Aku bergegas ke belakang mengambil wadah untuk mengumpulkan setiap tetes darah. Aku akan mengabadikannya dalam sebuah lukisan.

Dengan peluh bercucuran, aku menyelesaikan lukisan langit senja khusus untuk Mario dengan memakai cat yang istimewa. Ia begitu menyukai warna langit kemerahan. Mungkin kesamaan nama menjadi salah satu alasan kenapa ia memilih Senja menjadi kekasihnya.

Mario begitu bahagia saat menerima lukisan senja dariku.

"Terima kasih ya, Ran! Bagus banget, aku suka," kata Mario sambil terus memandang lukisan dariku.

Setelah memberikan lukisan itu, aku bergegas pulang. Aku hendak memeriksa hewan peliharaan yang ada di belakang rumah. Kelima anjing Pitt Bullku tampak tertidur pulas setelah menikmati sajian istimewa yang kuberikan.

End
Diubah oleh DiNa853 14-02-2020 01:21
lina.wh
NadarNadz
nona212
nona212 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
3K
22
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan