credit pict : ada pada pict


Padamu, Keyke.. yang menyematkan aku begitu rapi, di dalam hati.

Apa kabarmu? Masihkah engkau mengingat aku?



Aku masih menunggu di persimpangan rindu, sayang.



Rasa yang kutahan, seperti telah kelihangan. Perih ini kupendam, seiring kau simpan lembaran cerita kita. Di muka mereka, aku tiada. Di senjang waktu kala bosan melanda, kau lari ke pelukan.

Seringkali aku mengingat-ingat lagi. Perjumpaan kita itu, sungguh sebuah kisah yang terpatri mati dalam hati. Di kala rasa bosan yang melanda dalam menjalani hari-hari, engkau sambut godaanku. Akulah cinta yang kau nantikan. Jiwa yang kau harapkan.



Masih ingatkah saat kau dekap aku dan meluruhkan gemuruh kesahmu? Segala kekesalanmu akan ketidakmampuan dirinya untuk menjadi belahan jiwa. Segala kebosananmu dalam pulang petang, pergi sebelum siang menjelang, mencari nafkah. Segala kepenatanmu.

Aku setia mendengar, mengerti, dan memahami, tapi juga menyadari. Sadar jika aku bukanlah siapa-siapa di hadapan mereka.

Ah! Tapi setelah kau lega, aku tiada lain hanyalah sahabat biasa. Lalu kau berlalu, kembali memeluk dia, mengepul kekesalan juga kebosanan baru untuk kau tumpahkan kelak.

Cintamu yang pasang-surut, mengikis hatiku perlahan. Perih, tapi aku menginginkannya. Aku selalu menunggu jadwal gelombang pasang kerinduanmu kembali menerpa tepian asa. Walau aku sadar, gelombang itu hanya membasahi luka hatiku yang mengering. Lalu saat kau berlalu, turut menyeret segala anganku, menoreh luka baru.

Jujur. Rasanya ingin aku bangkitkan keberanian dalam nurani. Pergi ke sana, kala kau sedang di keramaian. Lalu dengan wajah tanpa dosa aku akan memanggil dirimu dengan panggilan sayang yang kau suka : Keyke..Atau mungkin aku akan langsung menggandeng tanganmu? Bahkan mendekapmu? Ups!
Tenang sayang, itu hanya inginku. Hanya khayalan semata. Jangankan melakukan itu,  menyampaikan itu pun aku tiada berdaya.



Itulah kenyatannya. Setiap kali hasrat itu datang menghantui, kutepis dalam duka.
Duka karena aku kekasih yang tak pernah, dan tak akan pernah engkau akui. Karena aku menyadari, hanya cinta dan raga ini yang aku punya. Dan hanya itu pula hal yang engkau hasratkan dari diriku. Aku bisa apa? Karena bukan seperti dia sebagai seorang pria dengan masa depan yang lebih dari sekedar kata cerah.

Keyke..Curahan hatiku dalam surat ini mungkin tak akan pernah sampai kepadamu.



Biarlah sampai akhir nafas, aku nikmati cintamu dalam singkatnya waktu pertemuan dalam bayang-bayang. Walau tak adil untuk diriku, tapi rasa ini membutakan aku.