ormasbarbar
TS
ormasbarbar
8 Fakta Sokushinbutsu, Proses Mumifikasi Diri yang Berasal dari Jepang
8 Fakta Sokushinbutsu, Proses Mumifikasi Diri yang Berasal dari Jepang

Dianggap sebagai sebuah bentuk "pencerahan" diri




Kata "mumi" memang memunculkan banyak arti. Kita mungkin akan berpikir tentang firaun yang dibalsem dan dibungkus dengan kain. Mungkin "mumi" juga membuat kita berpikir tentang sisa-sisa manusia yang berada di Katakombe Kapusin di Palermo, Sisilia.

Mumi memang menjadi hal yang menarik sekaligus menyeramkan. Tetapi tidak peduli seberapa beragamnya mereka, mereka memiliki satu kesamaan: proses mumifikasi selalu terjadi setelah kematian. Walau setidaknya ada satu pengecualian untuk aturan ini, yaitu proses mumifikasi diri sendiri secara hidup-hidup.

Sebuah sekte Buddha Vajrayana di Jepang yang bernama Shingon dikenal karena melakukan proses ini. Para biksu Shingon akan mengubah tubuh mereka menjadi mumi saat mereka masih hidup agar menjadi sokushinbutsu (“Buddha dalam daging atau Buddha yang hidup”).

Lalu, hal apa saja yang ada di balik proses mumifikasi ini? Langsung saja kita simak 8 fakta tentang sokushinbutsu di bawah ini.

1. Biksu pertama yang melakukannya adalah pendiri sekte Shingon


Orang pertama yang bercita-cita menjadi mumi hidup adalah seorang pria bernama Kukai, yang kemudian dikenal sebagai Kobo Daishi. Melansir dari laman Ancient-origins, Kukai adalah seorang biksu Buddha yang hidup sekitar 1.000 tahun yang lalu di Jepang. Selama hidupnya ia mendirikan sebuah sekte baru agama Buddha yang disebut Shingon.

Kukai dan para pengikutnya yakin bahwa kekuatan spiritual dan pencerahan dapat dicapai melalui penyangkalan diri dan gaya hidup asketis. Oleh karena itu, wajar jika kita melihat seorang biksu Shingon yang duduk selama berjam-jam di bawah air terjun atau mengabaikan kebutuhan tubuhnya saat bermeditasi.

Terinspirasi oleh praktik Tantra dari Tiongkok, Kukai memutuskan untuk mengambil gaya hidup asketisnya secara ekstrem. Tujuannya adalah untuk meninggalkan batasan dunia fisik dan menjadi sokushinbutsu. Untuk mencapai ini, Kukai menjalani proses tertentu yang dapat mengubah tubuhnya menjadi mumi saat dia masih hidup.

2. Tahap pertama atau 1000 hari pertama


Sebenarnya proses mumifikasi itu panjang dan melelahkan. Ada tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 1.000 hari, yang pada akhirnya akan mengubah tubuh menjadi mumi. Selama hampir sembilan tahun, biksu yang menjalani proses ini harus dipastikan tetap hidup sampai menjadi mumi.

Setelah seorang biksu memutuskan untuk melakukan mumifikasi diri, ia akan memasuki tahap pertama. Dia akan mengubah pola makannya, tidak makan apa pun selain kacang, biji, dan buah beri. Diet ketat ini dikombinasikan dengan aktivitas fisik yang sama ketatnya.

Selama 1.000 hari pertama ini, biksu tersebut akan kehilangan lemak tubuhnya dengan cepat. Mumifikasi membutuhkan tubuh dengan kondisi yang kering (semakin kering semakin bagus). Kehilangan lemak tubuh adalah langkah pertama dalam perjuangannya melawan pembusukan tubuh setelah kematian.

3. Tahap kedua (1.000 hari selanjutnya)


Untuk 1.000 hari berikutnya, biksu hanya akan memakan kulit kayu dan akar dalam jumlah yang semakin dikurangi. Aktivitas fisik diganti dengan meditasi selama berjam-jam. Akibatnya, biksu itu akan kehilangan lebih banyak lemak dan otot tubuh.

Proses untuk menjadi kurus ini bertujuan untuk mencegah pembusukan tubuh setelah kematian. Bakteri dan serangga adalah dua faktor utama yang terlibat dalam dekomposisi tubuh. Diet ketat yang dijalani oleh biksu tersebut dimaksudkan untuk "membunuh" makhluk dekomposer yang ada di dalam tubuhnya.

4. Meminum racun dalam bentuk teh


1.000 hari kedua memang membuat tubuhnya semakin kurus, tetapi biksu yang melakukan sokushinbutsu masih belum puas, sehingga ia menambahkan proses lain dalam diet ekstremnya.

Sebelum menjalani proses terakhirnya untuk menjadi sokushinbutsu, biksu itu akan meminum teh yang terbuat dari getah pohon urushi. Getah ini biasa digunakan sebagai pernis untuk mangkuk atau perabot dan sangat beracun.

Setelah meminumnya, mereka akan terus muntah, berkeringat, dan buang air besar. Proses ini akan mengeringkan tubuh biksu dan menciptakan kondisi ideal untuk mumi. Selain itu, racun pohon urushi yang mengendap di tubuhnya akan membunuh belatung dan serangga yang mungkin akan menyerang tubuhnya setelah dia mati nanti.

5. Dikubur hidup-hidup


Setelah menjalani 2.000 hari puasa yang menyiksa, meditasi, dan meminum racun, biksu tersebut dianggap sudah siap untuk meninggalkan alam dunia ini. Tahap kedua dari sokushinbutsu diakhiri saat biksu itu dimasukkan ke ke dalam makam batu.

Makam itu sangat kecil, dan tidak memungkinkannya untuk duduk. Dinding dan langit-langitnya sangat sempit sehingga biksu itu tidak dapat berdiri atau bahkan berbalik. Setelah biksu tersebut mengambil posisi lotus, para asistennya akan menutup makam, yang secara harfiah menguburnya hidup-hidup.

Makam tersebut hanya diberi sebuah bambu kecil, yang menghubungkannya dengan dunia luar untuk memberi udara kepada biksu. Dia akan duduk di makamnya yang sempit dan hanya dibekali dengan sebuah lonceng kecil.

Setiap hari, biksu tersebut akan membunyikan lonceng untuk memberi tahu asistennya bahwa dia masih hidup. Ketika mereka tidak lagi mendengar suara lonceng dari dalam makamnya, mereka akan menarik bambu dan menyegel makam tersebut untuk 1000 hari ke depan.

6. Tahap ketiga (1.000 hari terakhir)


Dalam 1.000 hari terakhir, makam tersebut dibiarkan tersegel sampai tubuh biksu di dalamnya berubah menjadi mumi. Jaringan otot dan lemak tubuh yang rendah akan mencegah pembusukan tubuh secara normal. Tubuh biksu itu akan mengering dan perlahan-lahan menjadi mumi.

Setelah 1.000 hari, makam tersebut akan dibuka dan sang biksu yang sudah menjadi mumi akan dikeluarkan. Tubuhnya akan ditaruh di dalam kuil dan disembah sebagai sokushinbutsu, Buddha yang hidup. Biksu tersebut akan dikagumi dan dirawat, bahkan pakaiannya akan diganti setiap beberapa tahun sekali agar ia selalu terlihat bagus.

7. Memiliki peluang keberhasilan yang kecil


Dalam 1.000 tahun sejak Kukai memelopori proses mumifikasi diri, dipercaya bahwa ratusan biksu juga telah mencoba untuk menjadi mumi hidup, namun hanya sekitar dua lusin biksu yang diketahui berhasil. Jelas bahwa proses ini memiliki tingkat kegagalan yang tinggi.

Jalan untuk menjadi seorang Buddha yang hidup adalah proses yang sulit. Selama lebih dari lima tahun, calon sokushinbutsu hampir tidak makan apa-apa, hampir tidak melakukan aktivitas fisik, dan menjalani meditasi selama berjam-jam.

Mungkin aman untuk mengasumsikan bahwa beberapa orang memiliki kontrol diri dan kemauan untuk menderita dengan cara ini selama 2.000 hari berturut-turut.

Banyak biksu yang menyerah di tengah jalan. Bahkan jika mereka melanjutkan gaya hidup petapa ini sampai akhir, masih ada kemungkinan besar bahwa tubuh mereka tidak berubah menjadi mumi setelah mati. Hal ini dikarenakan Jepang memiliki iklim yang lembab dan tanah yang keras, sehingga memperburuk proses mumifikasi.

Terlepas dari semua usahanya, tubuh biksu itu mungkin akan membusuk di dalam makamnya. Dalam kasus ini, biksu itu tidak akan dianggap sebagai Buddha yang hidup. Jenazahnya hanya akan dimakamkan kembali, namun dia akan sangat dihormati karena ketabahan hatinya.

8. Dilarang sejak Era Meiji


Mumifikasi diri sudah dilakukan sejak abad ke-11 hingga abad ke-19. Namun pada tahun 1877, Kaisar Meiji, Mutsuhito, memutuskan untuk menghentikan proses bunuh diri ini. Undang-undang baru dikeluarkan, yang isinya melarang pembukaan makam biksu yang telah mencoba sokushinbutsu.

Sejauh yang diketahui, sokushinbutsu terakhir adalah mumi Tetsuryukai. Selama bertahun-tahun, Tetsuryukai telah mempraktikkan gaya hidup petapa untuk menjadi mumi yang hidup. Ketika hukum ini diberlakukan, upayanya tiba-tiba menjadi ilegal. Namun dia tetap melanjutkan prosesnya dan disegel di makamnya pada tahun 1878.

Setelah 1.000 hari berlalu, para pengikutnya mulai resah. Mereka ingin membuka makamnya untuk melihat apakah Tetsuryukai sudah menjadi sokushinbutsu, tetapi takut mendapat hukuman dari Kaisar Meiji. Akhirnya, pada suatu malam mereka menyelinap ke makamnya dan menemukan bahwa Tetsuryukai telah berubah menjadi mumi.

Mereka pun ingin menampilkan tubuh Buddha tersebut di kuil, dan untuk menghindari penuntutan, pengikut Tetsuryukai mengubah tanggal kematiannya menjadi tahun 1862, 15 tahun sebelum hukum Mutsuhito diberlakukan. Sampai saat ini tubuh Tetsuryukai masih diabadikan di Kuil Nangaku, Tsuruoka, Jepang.

Nah, itu tadi 8 fakta tentang sokushinbutsu, sebuah proses mumifikasi terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh sebuah sekte Buddha di Jepang. Bagi para biksu yang melakukannya, praktik ini tidak dianggap sebagai bunuh diri, tetapi lebih sebagai bentuk pencarian "pencerahan" diri.

Diubah oleh ormasbarbar 29-08-2019 05:23
patricksbykutil75dellesology
dellesology dan 19 lainnya memberi reputasi
20
10.3K
73
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan