skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Derita Orang Gila yang Dimanfaatkan Orang Waras. Lalu, Siapa Sesungguhnya yang Gila?
Lagi kongkow manis diwarung kopi tanpa sinyal wifi (tagihannya belon dibayar), mendadak saya kaget bukan kepalang mendengar teriakan sesosok pria asing. Bukan bule. Karena definisi orang asing, artinya belum pernah ketemu, bercakap-cakap dan belum pernah terlibat dalam skandal hutang-piutang sesama teman, dan lain sebagainya. Paham ndes?

Setelah diperhatikan secara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, lelaki yang barusan teriak ternyata golongan orang yang menderita gangguan pada syarafnya. Jalanan yang seakan terpanggang gaharnya sinar matahari, sukses dilewati dengan santai tanpa alas kaki. Termasuk pakaian tak layak pakai yang dikenakannya, semakin memperkuat hipotesis saya berdasarkan pengamatan visual, teori aljabar, teori 212, dan menggunakan rumus phytagoras, bahwa doi benar-benar orang gila.

Melihat lelaki yang volume otaknya tidak penuh ini, spontan teman saya yang memang kurang ajar, mengejek dan mengatakan "ora waras". Mungkin sudah jengah karena sedari tadi orang "asing" ini meracau tak jelas sembari berteriak-teriak.

Tahu jawabannya guys? "Kamu yang ora waras". Makjleb. Teman saya bingung mendapat jawaban lugas nan menghujam tersebut. Ini bukan settingan seperti acara mikrofon pelunas hutang. Dan saya saksi dari semua kejadian ini. Tanpa rekayasa. Apalagi diambil dari novel fiktif karya Dan Brown.



Setelah orang gila ini berlalu dengan rileks, tiba-tiba saya teringat beberapa kasus penyerangan kepada ulama ditanah air, yang ditengarai melibatkan orang gila sebagai aktor utama. Masih pada ingat?

Seperti dikutip dari harian TribunNews, seorang ulama mengaku diteror di Madiun pada medio Februari 2018. Kasus serupa juga terjadi di daerah lain dengan target pemuka agama. Bagaimana mungkin orang gila bisa selektif menentukan targetnya?

Sampai disini, teori-teori cocokmologi yang saya pelajari selama menempuh pendidikan bersama Saint Seiya, seakan tak berguna. Ampas dah!

Sedikit pencerahan saya dapatkan dari Etty Kumolowati, Direktur Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta, seperti penjelasan beliau yang disampaikan pada kanal Republika. Menurutnya, orang gila atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), tidak terjadi dengan spontanitas dan memiliki tahapan yang dapat dideteksi. Orang dengan gangguan tersebut tidak dapat membedakan antara realitas dengan halusinasi. Terkait dengan kasus penyerangan ulama, kalau pelakunya benar-benar ODGJ, ia mengatakan serangannya tidak selektif. Catat!?

Pendapat lebih seram lagi, saya dapatkan dari pengamat intelijen, Soeripto. Pria yang dikenal sebagai tokoh intelijen tiga zaman ini mengatakan bahwa orang gila bisa "dioperasikan". Operasi penyerangan seperti kasus yang terjadi diberbagai daerah bisa menggunakan orang gila. Mereka bukan didoktrin, seperti orang waras, tapi mereka direkayasa suasana jiwanya, disentuh sisi emosinya. Para ODGJ ini dipelajari dulu dimana sisi emosinya tersentuh. Kapan orang-orang gila ini mudah terpancing, dan bertindak agresif dan kapan dia menjadi tenang. Walah sangar rek!?

Berdasarkan dua pendapat dari sisi yang berbeda ini, saya menemukan benang merah terkait keberadaan orang-orang gila yang dianggap sebagai pelaku utama teror dan penganiayaan para tokoh agama.



Keberadaan orang gila itu ada. Namun pertanyaan besar yang menggelitik didalam jiwa hampa nan bebal ini adalah tentang target yang dipilih oleh orang-orang unwaras ini. Kok bisa sasarannya tokoh agama? Apakah mereka pernah bermasalah dengannya? Atau ini bentuk provokasi demi tujuan tertentu? Kejahatan by designagar masyarakat dihantui kecemasan? Lantas para pecundang memanfaatkan keruhnya suasana demi ambisinya? Entahlah!?

Orang gila yang sebenar-benarnya gila tidaklah berbahaya. Ia hanya merespons jika ada yang terlebih dahulu mengintimidasi mereka. Jika tidak, maka mereka hanya mengikuti kodrat mereka sebagai orang gila. Yang berbahaya justru orang waras namun bertindak melampaui batasan-batasan kegilaan diluar nalar manusia normal. Gila kuadrat!?

Sebagai penutup tulisan ini, coba sesekali ganggu orang gila yang melintas didepan kalian. Sebut doi "orang gila" tapi jangan lupa gunakan helm. Tunggu jawaban ironis dari mereka. Percobaan ini sekaligus untuk menguji siapa yang sesungguhnya gila. Lah wong sudah tahu orang gila malah diteriakin gila. Situ waras?


©Skydavee

Sumber gambar: google
Referensi: 1&2
Diubah oleh skydavee 27-07-2018 03:35
anasabila
4iinch
4iinch dan anasabila memberi reputasi
3
37.8K
293
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan