i.am.legend.
TS
i.am.legend.
Tengku Zul: Ustaz Somad Mirip Jenderal Sudirman, Kalau Aidit Mirip Siapa?


Tengku Zul: Ustaz Somad Mirip Jenderal Sudirman, Kalau Aidit Mirip Siapa?

Suara.com - Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain mengklaim, Ustaz Abdul Somad memiliki wajah yang mirip dengan pahlawan Jenderal Sudirman. Pernyataan Tengku Zul itu sontak menjadi ramai diperbincangkan.

Hal itu disampaikan oleh Tengkuzul melalui akun Twitter miliknya @ustadtengkuzul. Dalam cuitannya, Tengku Zul juga menyandingkan foto UAS dengan Jenderal Sudirman.

"Allah menjadikan manusia kadang-kadang berwajah mirip. Adinda Ustaz Abdul Somad mirip Jenderal Sudirman," cuit Tengku Zul seperti dikutip Suara.com, Kamis (28/11/2019).

Tak hanya itu, Tengku Zul juga menyebut pelawak Eddy Sud memiliki wajah yang mirip dengan proklamator Soekarno dan dr Amoroso Katamsi mirip dengan Soeharto.

Tengku Zul juga menyebut Ketua CC PKI almarhum DN Aidit memiliki wajah yang mirip dengan seseorang. Namun ia tak menyebut siapa orang tersebut.

"Almarhum Edi Sud mirip Bung Karno. Almarhum dr Amoroso mirip Pak Harto. Ada pula yang mirip Aidit Gembong PKI. Kita tidak tahu apa rahasia Allah. Allahu Akbar," ungkap Tengku Zul.

Cuitan Tengku Zul langsung viral dan menjadi sorotan warganet. Banyak warganet yang menilai memang UAS dan Jenderal Sudirman memiliki bentuk wajah yang sama.

"Bener juga ya ustaz," kata @petrukngluruk_.

"Kakak adik beda zaman syaikh," ujar @anaogev.

"Mirip banget Jenderal Sudirman dengan UAS. Masyaallah," tutur @stiharyati7.
sumber

☆☆☆☆☆☆

Satu lagi cuitan produk gagal akibat pembiakan secara stek. Stek sendiri adalah pembiakan tumbuhan dengan membuat belahan pada sebuah batang atau dahan pohon agar menghasilkan bibit baru secara cepat. Masalahnya kalau hal ini dipraktekan pada sebuah agama, maka yang ada hanyalah kesia-siaan. Mengapa? Karena bibit pohon itu tidak pernah merasakan gemburnya dan kerasnya tanah. Tidak pernah merasakan sulitnya sebuah akar membumi bersatu dengan landasan sebuah kehidupan, yaitu tanah.

Dan ulama-ulama karbitan bisa diibaratkan seperti itu. Mereka tidak pernah merasakan beratnya menjalani hidup dalam lingkungan pesantren. Tidak pernah berinteraksi dengan sebuah kehidupan yang dilandasi dengan kerendahan hati dan membumi. Merasa sombong karena bisa mencari jalan pintas, tak perlu repot-repot mencari air kehidupan. Tak perlu merasakan hidup dibawah.

Panggilan Ustadz dalam kehidupan masa lalu sangat terhormat. Dia adalah guru. Dia panutan. Dia contoh. Tapi makin kesini sebutan Ustadz semakin murah. Label Ustadz bisa disematkan pada siapa saja. Bahkan seseorang yang memelintir sebuah video dengan narasi sepenggal lalu dibui bisa auto Ustadz. Seorang penyanyi bisa tiba-tiba menjadi Ustadz. Sampai seorang atheis saja mendadak Ustadz panggilannya karena doyan nyinyir terhadap pemerintah.

Membandingkan dua raut wajah yang dimiliki 2 orang bisa saja dengan jalan pemaksaan pemikiran. Bisa juga memang karena sama. Bahkan wajah seseorang bisa menyerupai kunyuk. Bisa menyerupai babi. Bisa menyerupai gorilla. Itu tergantung persepsi seseorang. Bisa juga memang sama.

Tapi karakter seseorang pasti berbeda. Ada mungkin 2 orang dengan raut wajah yang sama, tetapi punya kehidupan berbeda. Ada yang terlalu tinggi hati, menuntut lebih banyak pada istrinya, atau ingin poligami, maka dia menceraikan istrinya. Meskipun dia telah menjual buku tentang cara membangun rumah tangga agar terhindar dari perceraian. Akhirnya jatuhlah ia pada kehinaan dunia. Karena perbuatannya tidak sesuai dengan ucapannya. Ditambah lagi mungkin dia bukan termasuk orang ganteng, jadi saat dia menghina seseorang dengan sebuah hinaan berhidung pesek, semua memintanya bercermin. Dan mungkin dia akhirnya menuruti, akibatnya akhirnya fatal, seperti pepatah buruk muka, istri dibelah, eh dicerai.

Diperparah lagi dengan seseorang yang disandingkan sama wajahnya adalah seorang yang teguh pendiriannya, dihormati oleh kawan dan lawan. Disanjung oleh seluruh bangsa Indonesia tanpa kecuali. Gigih menjalani hidup. Keras pendiriannya. Dan terutama yang terpenting adalah bisa menjaga harkat dan martabat sebuah keluarga, terlebih pada istrinya yang ditinggal jauh berbulan-bulan, bertahun-tahun. Dia adalah sosok Ustadz sebenar-benarnya. Ustadz dalam bidang pendidikan, Ustadz dalam bidang kehidupan.

Dan kembali kepada soal kemiripan, sayangnya yang menyanding-nyandingkan hal ini tak lebih mirip dari seekor kambing. Jenggotnya hanya hiasan, bukan jenggot ilmu. Suara yang keluar dari mulutnya hanyalah suara mengembik, bukan suara ilmu. Senyum yang terlukis dibibirnya hanya senyum lapar untuk mencari makan, bukan senyum tulus sebuah ilmu.

Tapi setiap orang bebas mengemukakan pendapat. Diatas sebuah kejujuran tetap harus dikemukakan, bahwa sebuah fakta tidak bisa menghilangkan sebuah jati diri seorang manusia. Didalam dunia mungkin seseorang terhina dan bersalah. Tapi kita tak pernah tahu rahasia Illahi.

Bahwa yang disebut dengan narasi hinaan sebenarnya derajatnya sama dengan yang kabur ke Arab Saudi sana. Aidit adalah sebuah marga, bergeser dari sebutan awalnya Aidid atau Aideed. Dia adalah keturunan Rasulullah. Dia berhak menyandang nama Habib didepannya. Karena ideologi, maka hinalah ia. Dan seharusnya kehinaan ini sama dengan mereka-mereka yang menyandang gelar Habib tapi suka menghina dan menista orang lain. Dan faktanya DN Aidit bukanlah orang Tionghoa seperti darah Ustadz Dengkulnya Naen. DN Aidit berdarah Arab, gen yang banyak dipuja sebagai gen superior oleh Bani Kadal Gurun tanpa melihat lagi siapa orangnya. Lebih menyedihkan lagi bahwa dia ternyata Habib. Ya. Habib yang Komunis!

Dan Ustadz Dengkulnya Naen pasti bingung. Benci tapi harus menghormati. Komunis selesai di dunia. Habib hingga akherat. Bukan begitu Naen?

Hehehe....
Diubah oleh i.am.legend. 06-12-2019 05:50
knoopysebelahblog4iinch
4iinch dan 70 lainnya memberi reputasi
67
18.6K
227
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan