Assalamualaikum,,,jumpa lagi dengan ane

Saran Arief Poyuono untuk FPI agar Habib Rizieq Bisa jadi Presiden

jpnn.com, JAKARTA - Politikus Gerindra Arief Poyuomo mendorong organisasi masyarakat (Ormas) Front Pembela Islam atau FPI bertransformasi menjadi partai politik. Dengan begitu peluang Habib Rizieq Shihab menjadi calon presiden di Pemilu 2024 juga terbuka.

Dorongan ini dikemukakan wakil ketua umum Partai Getindra itu menyikapi polemik perpanjangan surat keterangan terdaftar (SKT) FPI yang tidak kunjung diterbitkan oleh kemendagri.

“Supaya FPI enggak selalu dipersoalkan kalau buat acara, dan terjadi pro kontra di masyarakat, usul saya FPI dari ormas jadi parpol aja. Jadi jelas ideologinya pasti Pancasila," kata Arief melalui pesan singkat kepada JPNN.com, Sabtu (30/11).

Anak buah Prabowo Subianto di Gerindra ini menilai bahwa langkah tersebut sangat penting bagi FPI untuk mengukur apakah ormas tersebut nanti bisa memiliki perwakilan di 75 persen kabupaten/kota dan 33 provinsi di Indonesia saat berubah menjadi parpol.

"Terkait ide NKRI Bersyariah yang diperjuangkan FPI selama ini, nanti bisa terealisasi jika FPI jadi parpol dan jadi pemenang mayoritas” lanjut Arief.

Selain itu, dengan status sebagai parpol, FPI akan bisa mengukur ada berapa persen simpatisan ormas itu dari total pemilih tetap di pemilu 2024.

“Dan Habib Rizieq itu punya potensi untuk jadi Presiden Indonesia jika FPI jadi parpol," ucap pria yang juga pentolan Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu ini.

Arief mengatakan, FPI selama ini sudah punya modal sosial dengan adanya gerakan 212 yang sampai sekarang masih terjaga semangat dan kekompakannya.

“Pasti FPI kalau jadi parpol akan bisa jadi parpol besar yang mewakili umat Islam nantinya," sebut Arief.

Selain itu, dengan menjadi parpol, tidak akan ada lagi pihak yang akan mempersoalkan setiap aktivitas FPI dan Habib Riziek pasti akan mudah untuk balik ke Indonesia.

Terkait masalah AD/ART FPI yang tidak mencantumkan Pancasila sebagai asas organisasinya, kata Arief, jika menjadi parpol maka organisasi besutan Habib Rizieq Shihab itu wajib mengikuti aturan.

“Ya kalau parpol harus mencantumkan Pancasila dong," tandas Arief Poyuono. (fat/jpnn)




Pertanyaan terbesar dari ane adalah..."WANI ORA????"

Tuh kang mas, mbak yu para dedengkot FPI, sudah dikasih masukan sama eks konco mesra bang Arief Puyuono buat bertransformasi menjadi partai politik.

Daripada galau terus menunggu kejelasan persetujuan perijinan sebagai Ormas, sekalian lah jadi partai politik.

Kan lumayan tuh, sudah jelas punya massa minimal 7 juta orang yang aktif ikutan demo selama ini. Belum lagi jumlah keyboars warior yang jumlahnya pasti jauh lebih banyak lagi.

Belum lagi kalau jadi parpol, grup sebelah yang sudah positif di banned sama pemerintah bisa ngikut numpang menjadi voter nya ntar. Siapa tahu sukses kan bisa lebih mempermulus perjuangan yang saat ini tertunda. Siapa mereka? Siapa lagi kalau bukan grup Hizbut Tahrir Indonesia alias HTI.

Selain itu, setelah pemilu bisa dapat cash back dari uang negara untuk setiap lembar suara sah yang didapat. Bayangin berapa omset yang bakalan didapatkan dalam satu kali periode pemilu.

Masalah modal, gampang aja, buat donasi alias urunan paling enggak 10ribu dari seluruh simpatisan. Lagian kalau masalah donasi pasti lancar jaya. Tinggal poles tulisan dipermintaan donasi dengan kata kata "dana untuk memperjuangkan akidah dan ummat" pasti deh lebih deras dana mengalir masuk yang derasnya lebih besar daripada derasnya aliran air sungai bengawan solo.

Pertanyaannya, "Wani Ora?"

Jumlah kantor perwakilan pasti bakalan memenuhi, karena ane yakin tiap daerah pasti ada kelompok FPI atau HTI bercokol. Mungkin selam ini mereka malu malu kucing buat tampil secara kasat mata. Tapi bukankah demi memperjuangkan keyakinan dan memperjuangkan "ummat" pasti kemaluan itu bakalan dibuang jauh jauh...rasa malu gaeeess bukan kemaluan...

Ayo FPI, ayo HTI bersatulah, bersinergilah agar kalian lebih mudah mencapai tujuan cita cita mulia kalian. Bikin parpol, ikut pilkada, ikut pilpres siapa tahu menjadi salah satu jalan pembuka merealisasikan tujuan kelompok kalian.

Kalau ternyata nantinya kalian kalah di Pilpres (masak kalah sih??? Lagian kalau kalah pastinya kalian di curangi -- ane pake logika yang selam ini kalian pakai), kalian masih bisa memenangkan beberapa daerah sebagai kepala daerah. Bukankah ada beberapa daerah yang merupakan die harder pendukung kalian?

Kalau bisa menang di Pilkada, sekalian bisa menjadi pembuktian bahwa sesuatu yang kalian perjuangkan memang hasilnya bagus, dan bisa dijadikan bahan promosi di pemilu berikutnya.

Jangan sampai kalah dari Provinsi paling barat di Indonesia, dimana dengan kewenangan mengatur hukum sesuai kehendak golongan mayoritas sana sudah terbukti bisa menghasilkan kinerja luar biasa.

Mereka saja bisa menjidakan diri mereka sebagai provinsi paling terbelakang, pejabatnya banyak yang kena kasus KPK, dan seabreg produk hukum yang bagi kebanyakan orang hanya sebagai lucu lucuan...kan seharusnya gampang kalau mau ngalahin prestasinya.

Sekali lagi, wani pora berubah menjadi partai politik? Masak sekali lagi kalah sama para pecinta dangdut yang rela mendukung sebuah partai bernama "Partai Idaman".

Kurang apalagi coba sumberdaya kalian, pemimpin kharismatik sudah ada. Itu bapak yang lagi bingung mau pulang. Para tokoh yang akan senantiasa menyerukan kebaikan kelompok kalian, itu yang suka ceramah ceramah di medsos. Sumber rupiah unlimited, itu para 7 juta jamaah yang rela berangkat dari desa nya menuju tempat demo atau tempat reuni. Pastinya mereka kalau cuma diminta sumbangan 10 ribuan pasti akan senang hati memberi.

Dan satu lagi yang paling sakti. Yaitu fatwa jenasah bakalan mandi sendiri kalau tidak memilih yang sealiran.

Buanyak lo resources kalian. Tapi, ada satu sumber daya yang ane masih kurang yakin kalian punyai

Apa itu??

Jawabannya adalah "Keberanian menuruti saran Arif Puyuono untuk berubah menjadi Partai Politik"

Wani Ora??

Wassalam

01 Desember 2019