Hi sobat kaskus, maraknya intrik.politik baik dari kubu A dan kubu B membuat terkadang di seluruh penjuru medsos terciptalah cyber war. Padahal.pilpres telah berakhir bahkan kedua capres pun sudah bersatu di Istana. Tapi lagi dan lagi politik perlu enemy bila tak ada itu semua rasanya bagaikan air laut tanpa garam, hambar dan tak menggoda.

Maka pilihan yang tepat adalah memojokkan orang-orang keturunan dari Hadramaut. Siapa mereka? Keturunan orang arab yang berasal dari Yaman Selatan, peran mereka sentral dalam menjatuhkan Ahok di pemilihan Gubernur DKI. Perang politik antar anak bangsa yang berasal dari dua keturunan berbeda memantik bara api yang panas. Walau mereka di zaman voc sering disebut sebagai golongan timur asing. Golongan ini berasal dari Cina, Arab, India dan Pakistan.



Disinilah kisah ini dimulai, politik identitas yang dipakai oleh masyarakat pada waktu itu sukses membuat Ahok tersungkur di pilkada. Hingga terpilihlah gubernur baru Anies Baswedan yang kita kenal sebagai keturunan dari Hadramaut.

Bahkan saat itu Rizieq Shihab yang lantang dan keras dalam bersuara pun berada di belakang dari jatuhnya suara Ahok di DKI Jakarta. Inilah yang akhirnya tercipta pertikaian dua kubu di tanah air yang membuat situasi politik Indonesia memanas dan jadi ganas. Para buzzer pun tak henti untuk menghina dan membully dengan nama yang merendahkan.



Hingga berjalannya waktu politik identitas itu runtuh setelah kemenangan Jokowi, bahkan ketika Prabowo berada di gerbong yang sama politik dengan menjual Islam seakan gembos di tengah jalan. Hanya ada satu orang yang masih berkuasa dialah Anies Baswedan, maka tak heran bila Anies kini dibenci dan di puji dari kedua kubu yang berlawanan.

Semua sepak terjang Anies akan di goreng sampai basi, seperti yang baru terjadi ketika Mendagri mengatakan 'Jakarta Seperti Kampung dibandingkan Shanghai Cina' para buzzer pun senang hingga berita ini pun viral, namun sebenarnya om Tito hanya memberikan pesan bila dahulu Beijing seperti kampung, rumah kumuh dan sungai kotor dan hitam namun saat ini Cina bisa berubah pesat. Tentu saja itu juga bisa dilakukan oleh kota-kota di Indonesia, terutama Jakarta pasti bisa mengikuti apa yang Cina terapkan.



Nah biar sesuai judul yang asal goblek menurut saya Jakarta tidak akan mengikuti pembangunan di Cina, selain masyarakat Cina mirip dengan Indonesia Jorok dan tidak tertib maka melihat itu semua rasanya lebih pantas bila seorang Anies Baswedan yang berasal dari keturunan Arab Hadramaut akan mengambil contoh Qatar. Yup negara modern yang sebentar lagi akan menyelenggarakan piala dunia 2022.

Pembangunan di qatar bukan main-main, kebersihan dan keindahan kotanya tertata sangat cantik. Budaya masyarakatnya yang terbiasa hidup bersih dan disiplinpun memberikan kehidupan di Qatar lebih baik. Bahkan tanah tandus pun di sulap lebih hijau, bukan hanya itu jalanan Qatar pun diberi warna biru agar mengurangi efek pantulan sinar matahari.









Pulau buatan di laut Jakarta menjadi salah satu daya tarik untuk membuat Jakarta seperti Pulau Buatan Palm Tree di Qatar, bahkan gedung tinggi The Signature Tower akan dibangun dan berada di kawasan pusat bisnis SCBD tower ini akan mempunyai ketinggian 638 meter ini, dan rencananya akan memiliki 111 lantai. Sudah mirip Burj Khalifa belum?

Setidaknya Jakarta memang sudah berbenah, tinggal masyarakat yang katanya mayoritas beragama ini harus hidup disiplin serta taat pada aturan, tidak jorok dan menjadi masyarakat yang beradab. Percuma bila teknologi dan kemajuan sebuah kota terlihat mewah dan megah tapi masyarakatnya masih jorok dan tak punya etika.



Buat wong cilik siapapun Gubernur Jakarta blue print nya sudah ada, tinggal mau atau tidak membangun Jakarta. Dan yang terpenting ada dana atau tidak? Atau di pakai buat beli lem aibon? Jakarta ohhh Jakarta...